Indonesia Jadi Basis Produksi Printer Epson Nama Epson mungkin terdengar tak sepopuler produsen printer lainnya di kalangan konsumen pribadi. Namun, produk dengan merek asal Jepang tersebut sebenarnya punya pangsa pasar yang cukup kuat di Indonesia terutama di kelas menengah ke atas dan pasar komersial. "Untuk printer dot matrix kami nomor satu dengan market share lebih dari 95 persen. POS (point of sales) printer seperti yang digunakan di kasir, parkiran, bank passbook, kami juga nomor satu dengan 70 market share. Market share inkjet memang sekitar 28 persen," kata M Husni Nurdin, Deputy Country Manager PT Epson Indonesia saat memperkenalkan model printer ink tank system atau sistem infus terbaru L800 di Bali, Sabtu (14/5/2011) lalu. Ia berani mengklaim nilai kapitalisasi pasar Epson paling tinggi di antara pridusen printer lainnya di Indonesia. Menurutnya, saat ini, tidak ada satu pun produsen printer yang memiliki pabrik di Indonesia selain Epson. Pabrik Epson di Cikarang, kata Husni, kini mempekerjakan sekitar 15.000 karyawan. "Hanya Epson yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Tahun ini kita berinvestasi untuk menaikkan kapasitas produksi dari satu juta printer menjadi dua juta printer per bulan," ungkapnya. Ia mengatakan, pasar Indonesia hanya menyerap 2-3 persen saja, sementara sebagian besar diekspor ke berbagai negara. Mulai tahun lalu, Epson memperkenalkan printer yang menggunakan teknologi ink tak system atau sistem infus untuk memenuhi kebutuhan pasar. Menurut Husni, sejak tahun 2001, pihaknya memang menyadari bahwa masyarakat Indonesia cenderung mulai banyak yang membutuhkan printer sistem infus karena alasan ekonomis dan tidak terlalu sering isi ulang tinta. Hadirnya printer sistem infus original menjawab tuntutan pasar sekaligus memberi jaminan kualitas mengingat banyak printer infus yang merupakan hasil rekayasa pihak ketiga. Epson L800 yang akan dirilis ke pasar mulai Juni 2011 merupakan model printer sistem infus ketiga yang diperkenalkan. L800 merupakan printer enam warna sistem infus yang akan dibanderol seharga 272 dollar AS (belum termasuk pajak). Printer tersebut khusus mencetak foto, tidak seperti dua model sebelumnya yang dirilis sejak Oktober 2010, L100 dan L200, untuk mencetak dokumen. Sejauh ini ketiganya merupakan printer dengan fungsi tunggal, hanya untuk keperluan mencetak saja. "Secara volume penjualan L800 mungkin tidak akan terlalu besar seperti L100 dan L200. Tapi, kita harapkan di ink tank system, L800 bisa memperkuat market share secara keseluruhan dari 47 persen menjadi 50 persen," ujar Husni. Menurutnya, printer kelas menengah ke atas seperti L800 menjadi andalan karena kontribusi produk kelas menengah ke atas untuk Epson saat ini mencapai 80 persen. Ia mengatakan, saat ini seluruh produksi printer sistem infus memang belum dilakukan di Indonesia. Namun, perancangan desain produk telah melibatkan sumber daya lokal sehingga diharapkan sesuai tuntutan masyarakat di Indonesia. Namun, dalam waktu dekat PT Epson indonesia juga mempertimbangkan untuk memproduksinya di Tanah Air. "Kita usahakan tahun depan produksi printer ink tank system bisa dilakukan di Cikarang," tandas Husni. Salah satu alasannya, kata Husni, Epson Indonesia dinilai sukses memasarkan printer jenis tersebut dan akan menjadi model bagi pemasaran di negara-negara lainnya di samping sumber daya yang bersaing dan faktor ekonomi lainnya.