TUGAS KIMIA ORGANIK LANJUT DISUSUN : KISDARINI NIM. 0402515012
Samy B. Said, Mohammad M. A. Mashaly, Ahmed M. Sheta, Saad S. Elmorsy METODE BARU PEMBENTUKAN 1 - AMIDOALKYL - 2 - NAFTOL MELALUI REAKSI KONDENSASI MENGGUNAKAN MULTIKOMPONEN DALAM TETRACHLOROSILANE Samy B. Said, Mohammad M. A. Mashaly, Ahmed M. Sheta, Saad S. Elmorsy
Molekul 1-amidoalkyl-2-naftol, merupakan obat biologis aktif sintetis Untuk mengembangkan produksi senyawa tersebut dapat dilakukan melalui reaksi kondensasi multi komponen. Reaksi kondensasi antara berbagai aldehida aromatik, β-naftol dan nitril termasuk alkil dan aril nitrile, menggunakan tetrachlorosilane (TCS) sebagai reagen dalam ruangan dengan suhu dan kondisi bebas pelarut. Ruang lingkup dari prosedur ini dalam sintesis berbagai naftol amidoalkyl, diteliti sejumlah aldehida aromatik yang berbeda direaksikan dengan 2-naftol dan asetonitril.
Molar ratio between benzaldehyde, 2-naphthol and acetonitrile Untuk mengoptimalkan kondisi, reaksi benzaldehida, β-naftol dan asetonitril merupakan salah satu model untuk menyelidiki efek dari jumlah reaktan yang berbeda terhadap hasil yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Molar ratio between benzaldehyde, 2-naphthol and acetonitrile Reaction time (hr) Yield (%) 1 : 1 : 1 15 73 1 : 1 : 2 83 2 : 1 : 1 60
Bila dalam reaksi ini menggunakan pelarut terklorinasi seperti metilen klorida atau 1,2-dikloroetana, yang dianggap sebagai pelarut efektif pada berbagai reaksi, ternyata sedikitmenghasilkan produk sangat. Apalagi bila menggunakan pelarut donor seperti tetrahidro furan (THF) dan dietil eter (DEE) justru menghambat reaksi. Namun bila reaksi ini tanpa TCS, reaksi juga tidak berlangsung. Untuk menentukan jumlah optimal TCS, reaksi dilakukan pada suhu kamar, dengan perbandingan jumlah molar TCS yang sama. Hasil yang diperoleh ternyata paling tinggi.
Contoh reaksi antara aldehyde, β-naftol, asetonitril dan TCS dengan perbandingn 1: 1: 2: 2, dapat dilihat pada skema berikut: 1 - amidoalkil , 2 - naftol Benzal dehid 2-Naftol asetonitril
Untuk mengetahui beberapa perincian reaksi dapat dilihat pada tabel berikut: No Reactant Time (hr) Product name Yield (%) 1 C6H5CHO 14 N-((2-hydroxynaphthalen-1-yl) (phenyl)methyl) acetamide 83 2 p-ClC6H4CHO 17 N-((4-chlorophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide 78 3 p-CH3C6H4CHO 18 (p-tolyl)methyl) acetamide 79 4 p-(Me)2NC6H4CHO N-((4-(dimethylamino)phenyl) (2-hydroxynaphthalen-1-yl) methyl)acetamide 65 5 p-OHCC6H4CHO 13 N-((4-formylphenyl) (2-hydroxy 70 6 o-BrC6H4CHO N-((2-bromophenyl) (2-hydroxy 85 7 m-BrC6H4CHO N-((3-bromophenyl) (2-hydroxy 80
No Reactant Time (hr) Product name Yield (%) 8 o-O2NC6H4CHO 18 N-((2-nitrophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide 67 9 m-O2NC6H4CHO N-((3-nitrophenyl) (2-hydroxy 70 10 p-CH3OC6H4CHO 14 N-((4-methoxyphenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl) methyl) acetamide 73 Pada Tabel diatas terbukti bahwa, berbagai aldehida aromatik dengan substituen penyumbang elektron (nomor 2, 3, 4, 6, 7, dan 10) atau kelompok penarik elektron ( nomor 5, 8, dan 9). Meskipun demikian reaksi ini juga dipengaruhi oleh faktor elektronik dan sterik.
Struktur senyawa yang dihasilkan dapat dilihat pada skema berikut N-((4-chlorophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide N-((2-hydroxynaphthalen-1-yl) (phenyl)methyl) acetamide
N-((2-hydroxynaphthalen-1-yl) (p-tolyl)methyl) acetamide N-((4-(dimethylamino)phenyl) (2-hydroxynaphthalen-1-yl) methyl)acetamide N-((4-formylphenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide N-((2-bromophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide
N-((3-bromophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide N-((2-nitrophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide N-((3-nitrophenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl)methyl) acetamide N-((4-methoxyphenyl) (2-hydroxy naphthalen-1-yl) methyl) acetamid
Mekanisme reaksi yang terjadi digambarkan dalam Skema berikut. Mekanisme ini melibatkan penambahan 1,2- tetrachloro silane (TCS) untuk aldehida menghasilkan senyawa transisi yaitu silil ether [A].
2-naftol bereaksi dengan TCS dan menghasilkan silil enol eter [B] dan HCl.
Reaksi 2-naftol dengan aldehida aromatik dengan adanya asam Lewis dikenal untuk memberikan orto-kuinon methides (o-QMS). Kemudian o-QMS [E], bereaksi dengan garam nitrilium [C] untuk membentuk 1-amidoalkyl-2-naftol setelah hidrolisis. Reaksi ini memberikan produk yang diinginkan pada suhu kamar.
Apakah nitrile aromatik juga berperan dalam reaksi pembentukan 1-amidoalkyl-2-naftol ? Salah satu contoh yaitu reaksi antara benzonitril (aril nitril) dengan aldehida, β-naftol dan TCS. Ternyata penggunaan dua ekivalen benzonitril dan tetrachlorosilane dan satu ekuivalen seng klorida sebagai reagen biner diperoleh hasil tertinggi dari N - ((2-hydroxynaphthalen-1-yl) (fenil) metil) benzamide (Skema 3).
Seperti ditunjukkan pada Tabel 3, reaksi aldehida dengan β-naftol dan benzonitril dalam tetrachlorosilane dan seng klorida sebagai reagen biner dalam kondisi bebas pelarut pada suhu kamar menghasilkan hasil tertinggi dari derivatif 1-benzamidomethyl-2-naftol. Upaya untuk mengetahui aldehida alifatik seperti asetaldehida dalam reaksi dengan 2-naftol dan asetonitril sebagian besar tidak berhasil. Oleh karena itu tidak ada Aldehida alifatik lainnya yang diuji.
KesimpulanMetode satu - pot efisien telah dikembangkan untuk sintesis 1 - amidoalkyl - 2 - naftol dari kondensasi aldehida , β - naftol , asetonitril dan TCS sebagai kondensasi reagen . Metodologi ini memberikan beberapa keuntungan seperti prosedur sederhana , mudah pemeriksaan , hasil yang tinggi , dan kondisi reaksi pelarut bebas . Fitur yang menonjol dari metodologi ini mencakup pemurnian mudah , umum dan di samping itu ada aparat rumit yang diperlukan .
Dikutip dari: International Journal of Organic Chemistry, 2015, 5, 191-199 Published Online September 2015 in SciRes. http://www.scirp.org/journal/ijoc; http://dx.doi.org/10.4236/ijoc.2015.53019;
TERIMA KASIH