Pariwisata budaya Febri hartono, M.Pd
pariwisata Pariwisata sesungguhnya telah dikenal sejak zaman prasejarah, namun pariwisata dahulu berbeda dengan pariwisata/ berwisata pada saat ini (pariwisata modern) Sejak zaman dahulu bangsa-bangsa seperti Sumeria, Phoenisia, sampai dengan Romawi sudah melakukan perjalanan namun tujuannya adalah untuk berdagang, menambah pengetahuan ilmu hidup, ataupun ilmu hidup. Sedangkan di Indonesia sendiri pariwisata telah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan, walaupun masih berkepentingan untuk saling menguasai, meskipun tidak dapat dipungkiri akan adanya pertukaran kebudayaan antar wilayah. Di Indonesia sendiri pariwisata modern mulai dikenal sejak zaman pendudukan Belanda melalui Vereeneging Toesristen Verker (VTS), yang merupakan suatu badan official tourist bereau.
Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi.
Menurut Pendit (1994) ada beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal : Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atar dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka. Wisata kesehatan yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani. Wisata olahraga yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara
Wisata komersial yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya Wisata industri yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian Wisata bahari yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai ataupun laut. Wisata cagar alam yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata bulan madu yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.
Menurut Noval (dalam Yoeti, 1995) wisatawan adalah setiap orang yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di tempat tersebut secara teratur, dan di Negara yang di mana ia tinggal untuk sementara itu untuk membelanjakan uang yang di dapatkan di lain temapat. Menurut Soekadijo (2000) wisatawan adalah pengunjung di Negara dikunjunginya setidak- tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motivasi: Mengisi waktu senggang untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan kesehatan, studi, keluarga dan sebagainya Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga dan sebagainya) Dalam rangka pelayaran pesiar, jika ia tinggal kurang dari 24 jam.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tentang kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Foreign Tourist (Wisatawan asing) Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman. Domestic Foreign Tourist Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).
Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara) Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus. Indigenous Foreign Tourist Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.
Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/ air port/ stasiun bukan atas kemauannya sendiri. Business Tourist Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.
Budaya/ kebudayaan Apabila ditinjau dari asal katanya, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Budhayah yang merupakan bentuk jamak dari Budhi yang berati Budi atau akal. Dalam ilmu Antropologi Budaya pengertian Budaya dan Kebudayaan tidak dibedakan. Adapun pengertian Kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah: “Penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani yang tercakup di dalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial”. Manusia memanusiakan dirinya dan memanusiakan lingkungannya.
Kebudayaan Memiliki 7 Unsur Universal Bahasa Sistem Teknologi Sistem Ekonomi Organisasi sosial Sistem pengetahuan Religi dan Kesenia
Menurut Dimensi Wujudnya, Kebudayaan Memiliki 3 Wujud Yaitu: Wujud Sistem Budaya Sifatnya abstrak Berupa gagasan, ide-ide, konsep, Nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan lain sebagainya. Disebut sebagai Sistem Budaya karena gagasan, pikiran, konsep, norma dan sebagainya tersebut tidak merupakan bagian-bagian yang terpisahkan, melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat
2. Wujud sistem Sosial Bersifat Konkrit Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan yang ada dalam masyarakat
3. Wujud Kebudayaan Fisik Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Hasil karya manusia tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah benda dalam bentuk yang konkret sehingga disebut Kebudayaan Fisik. Berupa benda-benda hasil karya manusia, seperti candi-candi, prasasti, tulisan-tulisan (naskah), dsb.
Jenis Pariwisata (Spillane 1987: 28) Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya Pariwisata Untuk Rekreasi Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain,selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain. Pariwisata untuk Olahraga (Sport Tourism) Big Sport Event Sporting Tourism of the Practitioner
Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan Pariwisata untuk Berkonvensi Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara
Komponen Perjalanan Wisata (Suwantoro, 2004: 15) Sarana Pokok Pariwisata Sarana Pelengkap Pariwisata Sarana Penunjang kepariwisataan Biro Perjalanan dan Agen ransportasi (Darat, Laut dan Udara) Restoran Objek Wisata Atraksi Wisata (Tradisi atau Budaya Lokal) Fasilitas rekreasi dan olahraga Prasarana umum Night Club dan Steambath Casino dan Entertainment Souvenir Shop, mailing service
Unsur-Unsur Industri Pariwisata Pariwisata saat ini sudah menjadi sebuah Industri yang semakin berkembang Pembangunan hotel berbagai tipe dan kelas, peningkatan sarana-prasarana pariwisata, dan peningkatan keahlian SDM di bidang pariwisata Di Indonesia, pariwisata telah menampilkan peranannya dengan nyata dalam memberikan kontribusinya terhadap ekonomi, sosial dan budaya bangsa kesempatan kerja, pendapatan negara, kondisi sosial masyarakat yang lebih baik, apresiasi kebudayaan.
Sebagai sebuah industri, pariwisata akan berdampak terhadap neraca perdagangan, lingkungan hidup, politik, sosial dan budaya suatu bangsa industri pariwisata adalah industri yang “menjual” pelayanan dan jasa kepada orang yang sedang melakukan perjalanan (visitors) Oleh karena itu, industri wisata dikenal juga dengan sebutan invisible export
Unsur pokok pariwisata Politik Pemerintah Perasaan Ingin Tau Sifat Ramah Tamah Jarak dan Waktu Atraksi Akomodasi pengangkutan Harga-Harga Publisitas dan Promosi Kesempatan Belanja
Politik Pemerintah sikap dan kebijakan pemerintah terhadap kunjungan wisatawan dan kegiatan pariwisata di suatu daerah yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata Secara langsung Secara tidak langsung Politik Pemerintah
1 Ketetapan MPR RI no. II/MPR/1993 tentang GBHN Bab IV merumuskan bahwasanya pariwisata dijadikan sektor andalan kegiatan ekonomi; terpelihara kepribadian serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup; dll 2 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan 3 Surat keputusan Menteri kehakiman No. MO2-IZ.01.02 tahun 1993 tentang pemberlakuan fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) kepada beberapa negara selama 2 bulan
Rasa Ingin Tahu Dasar hakiki utama yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang hakekatnya ingin tahu segala sesuatu di dalam dan di luar lingkungannya Rasa ingin tahu tersebut terkait dengan kebudayaan, tata cara hidup dan adat istiadat suatu daerah, cuaca dan iklim negara lain, kekayaan dan keindahan alam daerah lain , dll yang tidak ada dalam lingkungannya sehari-hari Guna memfasilitasi keingintahuan wisatawan, Indonesia membuka kantor Penerangan Promosi Pariwisata Indonesia (P3I)
Sifat Ramah Tamah Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata yang sangat ramah (extremely hospitable) Sifat ramah tamah yang alamiah di berbgai sektor merupakan “modal potensial” dalam pengembangan industri pariwisata
Jarak dan Waktu (Aksebilitas) Keberagaman dan keterkinian berbagai jenis alat transportasi Pentingnya efisiensi waktu (ketepatan, kecepatan dan kelancaran) yang harus dipergunakan di pelabuhan pintu gerbang masuk, waktu pemeriksaan barang bawaan dan dokumen perjalanan wisatawan Jarak dan Waktu (Aksebilitas)
Atraksi bisa ditawarkan dalam bentuk paket wisata Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat Dalam kegiatan pariwisata, atraksi harus dikoordinasikan dalam suatu penyajian yang harmonis, menarik dan terpadu Atraksi bisa ditawarkan dalam bentuk paket wisata Indonesia perlu mengembangkan paket atraksi wisata tahunan yang waktu pelaksanaannya (penanggalan) jelas, misal: festifal layang-layang, promosi diskon kemerdekaan atau ahir tahun, dan tour de indonesia
Akomodasi Akomodasi bisa dikembangkan sesuai dengan konsep wisata yang ditawarkan Akomodasi bisa bersifat modern, back to nature, home stay, akomodasi dengan arsitektur tradisional dan khas budaya lokal, dll
Pengangkutan di industri pariwisata berhubungan erat dengan aksesibilitas jalan menuju tempat wisata dan alat trasportasi Yang terpenting mengenai pengangkutan dalam industri pariwisata adalah ketetapan rencana jadwal perjalanan yang teratur Pengangkutan
Harga-Harga Faktor harga baik untuk barang dan jasa pariwisata maupun ongkos perjalanan merupakan faktor penting dalam menarik minat wisatawan Target wisatawan yang akan diharapkan berkunjung juga harus diperhatikan
Publisitas dan Promosi Kampanye kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan terus menerus Yang terpenting dalam kampanye pemasaran pariwisata adalah setiap aspek yang dipromosikan untuk “dijual” harus sesuai fakta Publisitas dan Promosi
Kesempatan berberbelanja dalam industri pariwisata identik dengan kesempatan untuk membeli souvenir di daerah tujuan wisata Rata-rata wisatawan mancanegara membelanjakan US$ 1085,75selama berwisata di indonesia Kesempatan Belanja
? Agama Pariwisata Budaya
Peran seni budaya terhadap pariwisata Seni Budaya merupakan salah satu unsur pending dalam Industri Pariwisata Di Indonesia terkenal akan keragaman seni dan Budaya di berbagai daerah Seni Budaya merupakan hasil rasa, karya dan cipta dari kehidupan masyarakat di daerah tertentu Seni Budaya dan Pariwisata merupakan satu kesatuan yang memiliki hubungan timbal balik Ada Seni Budaya tetapi tidak ada Pariwisata tentunya Seni Budaya tersebut tidak akan di ketahui dunia luar begitupun dengan Pariwisata
Pariwisata Terhadap seni budaya Dampak Positif Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik, upacara-upacara adat dan tarian Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik Terjadinya tukar menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal
lanjutan Mendorong pendidikan dibidang kepariwisataan untuk menghasilkan sumber daya manusia dibidang kepariwisataan yang handal Memperluas lapangan pekerjaan Bertambahnya kesempatan berusaha Meningkatkan pendapatan Terpeliharanya kebudayaan setempat Dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan
Dampak Negatif Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru daerah luar Timbulnya komersialisasi Berkembangnya pola hidup konsumtif Terganggunya lingkungan Semakin terbatasnya lahan pertanian Terdesaknya masyarakat setempat
Pariwisata dan globalisasi Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit Pariwisata pada era globalisasi berkembang menjadi sangat pesat, bagi masyarakat modern kegiatan pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Kemajuan pariwisata tidak terlepas dari kemajuan teknologi komunikasi yang merupakan salah satu hasil dari globalisasi
Lanjutan Di era globalisasi masyarakat dapat mengakses dengan mudah apa saja yang ingin mereka ketahui termasuk dalam bidang pariwisata. Dengan kemajuan teknologi pula sektor pariwisata akan terus berkembang maju untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan jaman.
Dampak Positif Menjadikan daerah pariwisata menjadi lebih dikenal di dunia luar Berkurangnya tingkat pengangguran di suatu daerah dengan adanya sektor pariwisata Perbaikan fasilitas transportasi penunjang kemajuan pariwisata Tarap hidup masyarakat yang meningkat Budaya yang sempat tenggelam dapat dimunculkan kembali Perkembangan alat transportasi
Dampak Negatif Nilai-nilai tradisional yang semakin memudar dan terlupakan dengan adanya globalisasi Bertambahnya volume kendaraan Banyak orang meninggalkan pekerjaan tradisional seperti petani kemudian bekerja dalam industri pariwisata Berkurangnya lahan untuk digunakan sebagai fasilitas pariwisata Percampuran budaya yang membuat budaya lokal semakin di tinggalkan Para generasi muda lebih memili budaya luar dari pada melestarikan budaya mereka sendiri
Lanjutan Pola hidup masyarakat yang lebih konsumtif Menjadikan masyarakat yang individualis Gaya hidup yang kebarat-baratan Terjadinya kesenjangan sosial
Kebijakan Pemerintah Dalam Kepariwisataan Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, pariwisata masih belum menjadi sasaran bagi kebijakan pemerintahan. Kemudian pada masa Orde Baru, pembangunan pariwisata mulai mendapat perhatian Pada Repilata pertama pembangunan pariwisata tidak dilakukan secara menyeluruh melainkan dengan cara bertahap di mulai pada Indonesia bagian tengah Kemudian tahap kedua di fokuskan di Indonesia bagian Barat yang berpusat di Medan
Masyarakat dan Perkembangan Pariwisata Pariwisata berbasis masyarakat adalah pengembangan pariwisata dengan tingkat keterlibatan masyarakat setempat yang tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan dari aspek sosial lingkungan hidup Pariwisata berbasis masyarakat adalah bentuk pembangunan pariwisata yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam kemandirian dan pengambilan keputusan. Masyarakat tidak hanya ditempatkan sebagai objek yang hanya menerima apa yang diputuskan dari pemerintah Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata akan menyebabkan timbul rasa memiliki dan rasa turut ingin memelihara potensi pariwisata yang berada di Daerahnya.
Pembangunan pariwisata harus dikaitkan dengan karakteristik sosial ekonomi masyarakat lokal sehingga kemajuan pariwisata akan terintegrasi dengan perekonomian masyarakat lokal. Masyarakat sendiri merupakan sekelompok orang yang berada di suatu wilayah geografis yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya. Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan mengenai fenomena alam dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya ataupun terlibat langsung dalam pariwisata berbasis alam dan budaya.
Pariwisata juga diharapkan mampu memberikan peluang dan akses kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha mereka. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara: Menyewakan tanahnya untuk industri pariwisata dan ikut memantau perkembangannya Bekerja sebagai karyawan tetap maupun paruh waktu dalam pariwisata Menyediakan pelayanan jasa Membentuk usaha patungan/ kerja sama dengan pihak swasta Mengembangkan pariwisata mandiri berbasis pariwisata kemasyarakatan
Agama Budaya Pariwisata
agama Agama dalam artian sempit dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan Dari sudut pandang kebahasaan bahasa Indonesia pada umumnya Agama dianggap sebagai sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau Agama juga dapat didefinisikan sebagai gambaran umum di seluruh dunia tentang bentuk peraturan umat manusia.
Pandangan Agama Menurut Beberapa Ahli Menurut Cicero (abad 15 SM), pembuat hukum Romawi adalah “panutan yang menghubungkan antara manusia yang satu dengan Tuhan”, Adapun Herbert Spencer seorang Sosiolog dari Inggris berpendapat bahwa faktor utama dalam agama adalah iman akan adanya kekuasaan tak terbatas atau kekuasaan yang tidak ada batasan waktu atau tempatnya Menurut Hendropuspito Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas pada umumnya
Dalam kamus Sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu: Kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; Perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.
Pengertian Kebudayaan Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) berasal dari perkataan latin “Colore” yang berarti mengelola, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengelola tanah atau bertani. Dari artian tersebut berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sedangkan budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang digunakan untuk meningkatkan taraf hidup mereka
Interelasi Antara Agama dan Kebudayaan Manusia, agama, dan kebudayaan adalah tiga unsur yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Sudah sejak sekian lama terjadi perdebatan mengenai agama dan kebudayaan, seperti perdebatan mengenai ayam dan telur. Apakah kebudayaan yang menciptakan Agama atau Agama yang menciptakan kebudayaan? Pada agama-agama samawi yakni agama yang berdasarkan wahyu dari langit seperti Yahudi, nasrani dan Islam yang masing-masing memiliki kitab yang diyakini. Dari kitab-kitab tersebut diyakini pada awalnya manusia telah beragama, dan untuk kemudian manusia menciptakan kebudayaan.
Pariwisata dan perubahan Sosial Diharapkan Perubahan Tidak Diharapkan Direncanakan Tidak Direncanakan Vertikal Mobilitas Sosial Horisontal Mobilitas Geografi
Perubahan Penggunaan Lahan Sumber Daya Alam Perencanaan Wilayah Potensi Wilayah Sumber Daya Manusia Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan Mata Pencaharian Budaya Keterampilan Jasa Wisata Tampak Pengembangan Penyempurnaan Perdagangan Karyawan Urbanisasi
Daya Tarik Wilayah Wisatawan Kehidupan Status Sosial Penduduk Setempat Penduduk Pendatang Kepuasan Sektor Informal Sektor Informal Kesan/ Kenangan
Pengaruh Wisatawan Terhadap Penduduk Setempat Peniruan Wisatawan Penduduk Setempat Mode Pakaian Gaya Berbicara Peralatan Hidup Gerak Tubuh Alat Pembayaran Kebiasaan-kebiasaan Keterbatasan Usaha Pendapatan dan Modal Latar Belakang Pendidikan Keterampilan Kelahiran Konsumtif Di Tempat Sendiri Kebudayaan Populer Urbanisasi
Pengaruh Negatif Yang Muncul Di Daerah Pariwisata Kebutuhan Penyediaan Pelayanan Akibat Nilai dan Moral Wisatawan Wisatawan Penduduk Setempat Penduduk Pendatang Prostitusi Narkoba Miras Pergaulan Bebas Kriminalitas
perubahan sosial adalah perubahan proses-proses sosial atau mengenai susunan masyarakat Sedangkan perubahan budaya lebih luas dan mencakup segala segi kebudayaan, seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa, teknologi, dsb. Perubahan dipermudah dengan adanya kontak dengan lain-lain kebudayaan yang akhirnya akan terjadi difusi (percampuran budaya) Kita lihat misalnya bagaimana terjadinya pergeseran kultur kehidupan masyarakat sekitar kawasan Candi Borobudur yang semula berbasis dengan aktivitas kehidupan agraris (bertani) bergeser menjadi masyarakat pedagang dan penjual jasa
Pariwisata ditinjau dari dimensi kultural dapat menumbuhkan suatu interaksi antara masyarakat tradisional agraris dengan masyrakat modern industrial Melalui proses interaksi itu maka memungkinkan adanya suatu pola saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur kehidupan atau pola budaya masyarakat khususnya masyarakat yang menjadi tuan rumah Dari dimensi struktural budaya, aktivitas industri pariwisata memungkinkan terjadinya suatu perubahan pola budaya masyarakat yang diakibatkan oleh penerimaan masyarakat akan pola-pola kebudayaan luar yang dibawa oleh para pelancong Pola-pola kebudayaan luar ini terekspresikan melalui tingkah laku, cara berpakaian, penggunaan bahasa serta pola konsumsi yang diadopsi dari wisatawan yang datang berkunjung
Kontak selanjutnya antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah adalah komunikasi verbal Kontak antara masyarakat tuan rumah dengan wisatawan membutuhkan suatu perantara atau media atau alat yang mampu menjalin pengertian antara kedua belah pihak, perantara atau media tersebut adalah bahasa, bahasa menjadi faktor determinan Akhirnya masyarakat kembali terdorong untuk bisa berbahasa asing Dorongan itu muncul bukan semata-mata karena motif ingin berhubungan misalnya korespondensi atau yang lain, melainkan lebih disebabkan karena faktor ekonomi, untuk dapat komunikatif dalam memasarkan dagangannya (baik produk souvenir, jasa menjadi guide, dll)
Kemunculan hotel, cafe, maupun toko-toko cinderamata di sekitar kawasan wisata adalah variabel yang turut membantu menjelaskan apa yang menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan wisata Dengan adanya berbagai sarana penunjang pariwisata itu masyarakat menjadi paham akan adanya pola / sistem penginapan yang bersifat komersial, dengan adanya cafe dan toko, logika pasar tradisional akan sedikit tergeser dari pola penjualan dengan model tawar-menawar menjadi model harga pas Dengan demikian sedikit banyak telah terjadi pergeseran budaya dan tatanan sosial di masyarakat sekitar kawasan wisata Artinya budaya-budaya lama itu mengalami proses adaptasi yang diakibatkan oleh adanya interaksi dengan para pelancong itu. Hal itu dimungkinkan juga karena sifat dari budaya itu sendiri yang dinamis terhadap perubahanyang terjadi
Pariwisata dengan segala aktivitasnya memang telah mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perubahan masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya Hal itu menuntut adanya perhatian yang lebih dari para pengambil kebijakan sektor pariwisata untuk mempertimbangkan kembali pola pengembangan kawasan wisata agar masyarakat sekitar lebih dapat merasakan manfaatnya Dengan kata lain bagaimana membuat suatu kawasan wisata yang mampu membuka peluang pelibatan aktif masyarakat sebagai subyek dalam kegiatan industri pariwisata bukan hanya sekedar sebagai obyek
Sekaligus menjadi catatan, bahwa faktor kemanusiaan dan entitas budaya lokal tidak boleh diabaikan, artinya kehidupan masyarakat tidak boleh tercerabut dari akar budayanya hanya karena adanya penekanan segi komersial dari tourism Pun juga, jangan sampai penekanan pada aspek ekonomi mengabaikan dimensi lain seperti dimensi ketahanan sosial budaya, karena perkembangan mutakhir dari dunia kepariwisataan adalah beralih nya minat wisatawan dari massive tourism ke etnic tourism, wisata-wisata unik yang sangat peduli pada karakter asli masyarakat setempat
Organisasi Kepariwisataan Suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu negara Lembaga yang bertanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan pengembangan dan promosi kepariwisataan baik dalam lingkup lokal, nasional dan internasional Bertanggung jawab untuk mengadakan penelitian memperbaiki produk dan mengembangkan produk baru sesuai dengan ketentuan Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiata kepariwisataan Sebagai badan yang mewakili negara dalam kegiatan dan percaturan kepariwisataan internasional
Organisasi Pariwisata Nasional Pemerintah Mulai ada tahun 1975, di bawah Departemen Pembangunan Awal Pelita IV dengan Kabinet Pembangunan IV (tahun1984), di bawah Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Pemerintahan B.J. Habibie, Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi berubah menjadi Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya Kabinet Gotong Royong, Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu, Departemen Pariwisata dan Budaya
Menurut WTO, struktur organisasi pariwisata pemerintah dirangkum dalam 4 bagian: Statistik dan Penelitian Pengumpulan dan penyajian data statistik Pengoperasian sistem informasi manajemen Pelaksanaan studi dan penelitian Perencanaan dan Pengembangan Penyusun kebijakan dan perencanaan dan pengembangan Pengkordinasian atas pelaksanaan pengembangan Penyusunan dan pengadministrasian standar (fasilitas dan pelayanan)
Promosi dan Pemasaran Perencanaan promosi dan pemasaran Pengoperasian kantor promosi pariwisata di luar negeri Pengoperasian kantor penerangan pariwisata dalam negeri Pendidikan dan Pelatihan Penyusunan rencana dan program ketenagakerjaan Penyusunan dan pengadministrasian standar diklat
Organisasi Kepariwisataan Nasional Non Pemerintah ASITA (Association of the Indonesian Tour and Travel Agency) Berdiri pada 7 Januari 1971 Gabungan dari MATRAI (Majelis Travel Agent Indonesia) dan ITRA (Indonesia Tour and Travel Agent Indonesia) Tujuannya mengusahakan, memajukan dan melindungi kepentingan perusahaan perjalanan umumnya dan kepentingan anggota pada khususnya
Menyempurnakan pemberian jasa untuk wisatawan, menyempurnakan layanan angkutan darat, laut dan udara serta penigkatan jasa dan mutu usaha perjalanan sesuai program dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang kepariwisataan Menjunjung tinggi dan mentaati serta melaksanakan tata krama usaha (kode etik) perusahaan perjalanan Indonesia Menurut Dirjen Pariwisata, jumlah anggota ASITA tahun 1995 adalah 1.514 anggota (masing-masing 961 BPW, 293 cabang BPW, 190 Agen Perjalanan Wisata & 61 Associate Members)
ASITA membagi lima kategori anggota: Anggota Penuh (Full Member) Perusahaan perjalanan wisata di Indonesia yang mendapat izin pemerintah dan mempunyai Nomor Induk Anggota (NIA) Anggota Sekutu (Associate Member) Jaringan usaha kepariwisataan, usaha angkutan darat, laut dan udara, lembaga pendidikan pariwisata, dan lembaga pemerintah Allied Associate Member (Non Resident Member) Tour Operators, Hotel dan Perusahaan Pariwisata yang berada di luar negeri
Anggota Kehormatan (Honorary Member) Orang atau badan usaha yang dianggap berjasa bagi ASITA Anggota Seumur Hidup (Life Member) Seseorang yang ditetapkan oleh DPP ASITA, karena dinilai telah berjasa dan mengabdi pada ASITA
PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Berdiri tanggal 9 Februari 1969 Tujuan PHRI: Ikut serta mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana dimaksudkan dalam jiwa dan semangat UUD 1945 Menempatkan diri selaku mitra kerja pemerintah dalam program pembangunan serta turut melaksanakan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan pariwisata pada khususnya, sehingga mampu memberi peran serta nasional dan internasional Memajukan dan mengembangkan industri kepariwisataan dalam arti kata yang seluas- luasnya, termasuk untuk memajukan seluruh anggota
PHRI memberi tiga katagori anggota: Anggota Biasa Badan usaha (perhotelan, restoran, jasa pangan dan jasa boga) yang telah memenuhi syarat Anggota Luar Biasa Anggota sekutu yang menjadi mitra kerja hotel dan restoran Anggota aliansi yang mempunyai kaitan erat dengan anggota Anggota afiliasi yang berada pada jajaran pariwisata Anggota Kehormatan Badan atau orang yang telah berjasa kepada PHRI yang diusulkan oleh Badan Pimpinan Daerah (BPD)
Organisasi Pariwisata Regional Swasta ASEANTA (ASEAN Tourism Association) Tujuan: Menyatakan para anggota, menggalang kerjasama, mempererat tali persaudaraan, saling membantu dalam memajukan dan melindungi kepentingan anggota Berusaha keras untuk mencapai fasilitas dan standar pelayanan terbaik bagi wisatawan Meningkatkan harkat dan etika bisnis pariwisata dan berjuang untuk mencapai profesionalisme Memelihara dan meningkatkan hubungan baik ASEAN
Organisasi Pariwisata Internasional (Pemerintah) WTO (World Tourism Organization) Merupakan transformasi dari IUOTO (Internasional Union of Official Travel Organization) Keanggotaan: Anggota Penuh (Full Member) Anggota Sekutu (Associate Member) Anggota Afiliasi (Affiliate Member)
Organisasi Pariwisata Internasional (Swasta) IHRA (Internasional Hotel & Restaurant Association) Tujuan: Mewakili industri perhotelan dan restoran dalam semua lembaga yang relevan Memberi visi mengenai masa depan industri perhotelan dan restoran melalui pertemuan tingkat tinggi dan pemikiran ulang (think-thanks) Menyebarkan informasi kepada para anggota mengenai isu-isu kunci, kecenderungan dan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi industri perhotelan dan restoran
PATA (Pasific Asia Travel Association) Tujuan : Menyediakan instrumen bagi kerjasama yang erat antar berbagai wilayah, negaradan kepedulian atas kepentingan komersil Meningkatkan dan membantu para anggota dalam upaya promosi dan pembangunan sumber-sumber pembiayaan bagi proyek-proyek perhotelan dan rekreasi Mengadakan negosiasi dengan jajaran pemerintah, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga yang sesuai/ terkait
IATA (Internasional Air Transport Association) Bertujuan memajukan pertumbuhan pengangkutan udara yang teratur, ekonomis, dengan pelayanan rute-rute internasional yang baik Dibentuk pada tahun 1945 dan berpusat di Canada
Interpreneurship