Pertemuan 1 Sistem Bilangan Departemen Agama Republik Indonesia.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAB VIII Penjelasan Peraturan Per-UU-an
Advertisements

Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Penullisan kata dan penullisan unsur serapan
Penulisan singkatan, akronim, angka dan bilangan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 Tentang PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN GURU KETERAMPILAN.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PEMBELAJARAN tik DI SLTP DAN SLTA
PERKEMBANGAN IPS DI INDONESIA
Matakuliah Pembelajaran
Diagnosis Kesulitan Belajar
POLITIK PERTEMUAN KE 13.
Pembelajaran bahasa Indonesia
POPULASI, SAMPEL DAN PELUANG
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan Pembelajaran IPS
Tanda Baca.
UNDANG UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.
PENYAJIAN DATA.
ABERASI LENSA.
Paket 4 Pengembangan Materi Pembelajaran PKn MI
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1
Paket 11 HAKIKAT KESULITAN BELAJAR
Paket 1 Mata Kuliah Pembelajaran Tematik
Paket 5 Teori Belajar Behavioristik
HAKIKAT PENDIDIKAN.
Jelaskan yang anda ketahui tentang energi
Paket 8 PSIKOLOGI BELAJAR.
Mata kuliah Matematika 3
PAKET 1 HAKEKAT PSIKOLOGI BELAJAR.
Pertemuan 1 Sistem Bilangan Departemen Agama Republik Indonesia.
Paket 9 Matakuliah Pembelajaran Matematika PEMBELAJARAN GEOMETRI BANGUN DATAR DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG Waktu : 150 menit.
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Paket 13 Mata Kuliah Pembelajaran PKn MI
PERTEMUAN 2 BILANGAN BULAT Departemen Agama Republik Indonesia.
MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelompok 6 Anggota : 1. Guntur Desi A W ( ) 2
MATEMATIKA DASAR.
MK SISTEM DIGITAL SESI II SISTEM BILANGAN
PENULISAN LAPORAN TEKNIK (PLT) Pertemuan 6 & 7
C Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum di Sekolah Dasar
ORGANISASI & TATA KELOLA dalam PENYUSUNAN STATUTA PTS
1. Ervin novita 2. Kusrini 3. Athiya Rizqiana 4. Yulianti Widya 5
PENCABUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sistem Numerasi Arab-Hindu
Sistem Numerasi Arab-Hindu
PENOMORAN DAN ANGKA.
Mengenal nama dan lambang bilangan.
BAB VIII PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING
UU REPUBLIK INDONESIA NO
BAB 2 LOGARITMA.
Kegiatan 7a Strategi Fasilitasi Moda Tatap Muka
Matematika Lanjutan Bilangan Bulat Ke Pokok Pembahasan.
Oleh Sukayati Widyaiswara PPPPTK Matematika YOGYAKARTA
BILANGAN PRIMA.
PRA – KALKULUS.
PERATURAN PERUNDANGAN NASIONAL
Sumatera Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PEMBELAJARAN PECAHAN DI SD
KESEJAJARAN DAN KESEBANGUNAN
Paket 5 Matakuliah MATEMATIKA 3
Sistem Bilangan Hendra Putra, S.Kom.
Aturan angka penting 1.Semua angka bukan nol adalah angka penting 2.Angka nol yang terletak dia antara dua angka bukan nol termasuk angka penting 3.Semua.
PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT SD
Kriteria KetuntasanMinimal
SISTEM BILANGAN.
Kriteria KetuntasanMinimal
UNDANG UNDANG KESEHATAN
Kriteria KetuntasanMinimal
SERTIFIKASI DOSEN TAHUN 2009
Bintek STRUKTUR RANCANGAN PERATURAN YAYASAN TENTANG STATUTA
Transcript presentasi:

Pertemuan 1 Sistem Bilangan Departemen Agama Republik Indonesia

LANGKAH PERKULIAHAN Kegiatan Awal:Apresepsi, dan memotivasi Curah pendapat bilangan romawi Penguatan Kerja kelompok Presentasi Penguatan Mengerjakan soal quis Kegiatan akhir: refleksi dan tindak lanjut

APRESEPSI Suharto adalah Presiden RI kedua Tinggi badan Ani satu setengah meter Fatma tinggal di Jalan Cemara dengan nomor rumah 10 dan (4) Nomor telepon rumah Pak Ahmad adalah 3737720. Adakah perbedaan makna bilangan pada masing-masing pernyataan tersebut?

MEMOTIVASI Coba baca undang-undang guru dan dosen. Ada bilangan romawi atau tidak? Pentingkah bilangan romawi

Tujuan perkuliahan

Kompetensi Dasar Memahami penulisan bilangan yang menggunakan nilai tempat dan tanpa nilai tempat beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Departemen Agama Republik Indonesia

Indikator Kompetensi Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat: Menunjukkan keterpakaian bilangan romawi, arab, dan hindu-arab dalam kehidupan sehari-hari Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan romawi; Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan desimal; Mengubah bilangan berbasis 10 menjadi bilangan berbasis 2; Mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan berbasis 10. Departemen Agama Republik Indonesia

Curah pendapat Dimanakah Anda pernah melihat penggunaan bilangan Romawi Apakah sistem bilangan desimal juga dugunakan? Jika ya, dapatkah Anda menjelaskan perbedaan penggunaan kedua sistem bilangan tersebut? Cermatilah perbedaan penulisan kedua sistem belangan tersebut! Jelaskan, apakah perbedaan penulisan sistem bilangan Romawi dan sistem bilangan desimal

DISKUSI KELOMPOK Berkelompoklah sesuai kelompok sebelumnya Setiap kelompok mendiskusikan LK 1.1A

PRSENTASI Salah satu kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Peserta lain menanggapi, menyanggah atau bertnya

Penguatan Departemen Agama Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dst. .... BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 2 Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal. Departemen Agama Republik Indonesia

Bilangan arab dipakai dalam penomoran juz, surat dan ayat. Bilangan romawi, bilangan hindu-arab dipakai secara bersamaan dalam penomoran UU. Bilangan arab dipakai dalam penomoran juz, surat dan ayat. Sitem bilangan romawi tidak menggunakan nilai tempat, sedangkan bilangan hindi-arab dan arab menggunakan nilai tempat. Bilangan dapat bermakna nilai, urutan, perbandingan dan label. Departemen Agama Republik Indonesia

DISKUSI KELOMPOK Berkelompoklah sesuai kelompok sebelumnya Setiap kelompok mendiskusikan LK 1.1.B

PRSENTASI Salah satu kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Peserta lain menanggapi, menyanggah atau bertnya

Penguatan Departemen Agama Republik Indonesia

Tabel: Lambang Bilangan Romawi Hindu-Arab I 1 XI 11 II 2 XII 12 III 3 XIII 13 IV 4 XIV 14 V 5 XV 15 VI 6 XVI 16 VII 7 XVII 17 VIII 8 XVIII 18 IX 9 XIX 19 X 10 XX 20 Departemen Agama Republik Indonesia

Tabel: Lambang Bilangan Romawi Hindu-Arab I 1 V 5 X 10 L 50 C 100 D 500 M 1000 Departemen Agama Republik Indonesia

Cara Menuliskan Bilangan Romawi Setiap nilai tempat dilambangkan oleh lambang bilangan yang dimaksud. Lambang bilangan ditulis dengan cara mendatar (harizontal) menggunakan pola penulisan ulang (repeating) dan bersifat penambahan (aditif). Apabila terdapat lambang bilangan yang lebih kecil mendahului lambang bilangan yang lebih besar, maka sifatnya adalah pengurangan. Departemen Agama Republik Indonesia

Contoh: MDCLX = 1000 + 500 + 100 + 50 + 10 = 1660 MMLXX = 1000+1000 + 50 + 10 + 10 = 2070 CDLIX = (500 – 100) + 50 + (10 – 1) = 459 CMXLVII = (1000 – 100) + (50 – 10) + 5 + 1 + 1 = 947 Departemen Agama Republik Indonesia

Penguatan 1.4 Departemen Agama Republik Indonesia

Sistem Bilangan Desimal Sistem bilangan desimal mempunyai sepuluh lambang dasar yang disebut angka (digit), yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 Sistem bilangan desimal menggunakan sistem nilai tempat, artinya setiap angka pada sistem desimal menempati nilai tempat tertentu. Karena setiap nilai tempat merupakan hasil perpangkatan bilangan 10, maka sistem bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 10 (100, 101, 102, ... ) Departemen Agama Republik Indonesia

Sistem Bilangan Desimal Misal bilangan 2569, angka “2” menempati “ribuan”, angka “5” menempati “ratusan”, angka “6” menempati “puluhan” dan angka “9” menempati “satuan”. Bilangan 2569 dibaca “dua ribu lima ratus enam puluh sembilan” Tanda titik dituliskan pada tiap hitungan tiga angka dari bilangan satuan. Dengan cara ini bilangan-bilangan yang besar (mempunyai tulisan yang cukup panjang) akan lebih mudah dalam pembacaannya dan terhindar dari kekeliruan (dalam buku-buku berbahasa asing, tanda titik diganti dengan tanda koma). Misalkan bilangan 2569 ditulis 2.569 Departemen Agama Republik Indonesia

Sistem Bilangan Desimal Bilangan dalam sistem desimal dapat ditulis dalam bentuk panjang. Misal 2.569 = (2 x 103) + (5 x 102) + (6 x 100) + (9 x 100) Departemen Agama Republik Indonesia

Sistem Bilangan Biner Sistem bilangan biner mempunyai dua lambang dasar yang disebut angka (digit), yaitu 0 dan 1 Sistem bilangan biner sama dengan sistem desimal menggunakan sistem nilai tempat, artinya setiap angka pada sistem biner menempati nilai tempat tertentu. Karena setiap nilai tempat merupakan hasil perpangkatan bilangan 2, maka sistem bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 2 (20, 21, 22, ... ) Departemen Agama Republik Indonesia

Sistem Bilangan Biner Misal bilangan 1001101, angka “1” menempati “enam puluh empatan”, angka “0” menempati “tiga puluh duaan”, angka “0” menempati “enam belasan”, angka “1” menempati “delapanan”, angka “1” menempati” “empatan”, angka “0” menempati “duaan”, dan angka “1” menempati “satuan”. Bilangan dalam sistem biner dapat ditulis dalam bentuk panjang. Misal 1001101 = (1 x 26) + (0 x 25) + (0 x 24) + (1 x 23) + (1 x 22) + (0 x 21) + (1 x 20) Departemen Agama Republik Indonesia

KEGIATAN AKHIR Refleksikankegiatan perkuliahan yang sudah dilaksanakan Bacalah lembar uraian materi paket 2.

Wassalamualaikum