Ilmu Penalaran atau Logika Logika adalah Ilmu dan Kecakapan Menalar; Berpikir dengan Tepat (the science and art of correct thinking berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk "mengolah" pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditunjukan untuk mencapai suatu kebenaran Berpikir dengan tepat : sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika, disebut "logis
Logika sebagai ilmu merumuskan aturan-aturan untuk pemikiran yang tepat kecakapan menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan konkret yang kita hadapi setiap hari, serta pembentukan sikap ilmiah, kritis, dan objektif.
Objek Material Logika: Arti Berpikir Objek formal adalah objek material dipandang dari sudut tertentu. Objek material dari Logika adalah kegiatan berpikir, yang dipelajari juga oleh Epistemologi, Psikologi, dan Antropologi
Faktor-faktor yang akan memaksa manusia untuk berpikir: Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah oleh orang lain (atau dirinya sendiri); Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadak, atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan; Jika ia ditanya; Dorongan rasa ingin tahu (curiosity, nieuwsgierigheid).
Menguji Suatu Penalaran atau Suatu Jalan Pikiran Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai pengetahuan yang benar dan sedapat mungkin pasti. Tetapi dalam kenyataannya hasil pemikiran (=kesimpulan) maupun alasan-alasan yang diajukan belum tentu selalu benar Benar = Sesuai dengan kenyataan. Jadi, apabila yang dipikirkan itu betul-betul demikian, cocok dengan realitas. Salah = tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi. apabila apa yang dipikirkan atau dikatakan itu tidak cocok dengan realitas yang sebenarnya
Kegiatan berpikir itu berwujud proses dalam akal budi yang berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang lain Pikiran adalah suatu unsur dalam proses rokhani (proses berpikir) yang memerlukan sebuah kalimat yang lengkap untuk dapat menyatakannya secara penuh (utuh) dan bermakna. Dilihat dari sudut bentuk penampilannya, kalimat adalah rangkaian kata-kata yang tersusun dengan caracara tertentu. Sebuah perkataan mengungkapkan (merupakan lambang dari) suatu gagasan (idea).
Menguji Suatu Pemikiran, paling sedikit ada empat pertanyaan yang mesti diajukan: Apa yang hendak ditegaskan, atau apa pokok pernyataan (statement) yang diajukan? Ini selanjutnya kita sebut kesimpulan. Bagaimana hal itu: Atas dasar apa orang sampai pada kesimpulan atau pertanyaan itu? Apa titik pangkalnya? Apa alasan-alasannya? (Dengan istilah teknis disebut premis-premisnya). Bagaimana jalam pikiran yang mengaitkan alasan-alasan yang diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana langkah-langkahnya? Apakah kesimpulan itu 'sah' (memang dapat ditarik dari alasan-alasan itu?) Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar? Apakah pasti? Atau hanya mungkin benar? Sangat mungkin tidak benar?
Kegiatan berpikir = kegiatan menghubungkan pikiran-pikiran itu diarahkan untuk memunculkan sebuah kesimpulan. Proses dalam akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut penalaran (bahasa Inggris: reasoning; bahasa Belanda: redenering)
Perhatikanlah mengapa kesimpulan salah Jalan pikiran itu mengenai pertalian atau hubungan antara titik pangkal/alasan/premis-premis dan kesimpulan yang ditarik darinya. Jika hubungan tersebut tepat dan logis, maka kesimpulan disebut 'sah' (valid). Perhatikanlah mengapa kesimpulan salah Semua orang berambut gondrong itu penjahat. Nah, para penjahat harus dihukum. Jadi, semua orang yang berambut gondrong harus dihukum. Jalan pikiran logis, tetapi kesimpulan salah, karena titik pangkal salah: Berambut gondrong # (tidak sama dengan) penjahat.
Tetangga saya mempunyai mobil Tetangga saya mempunyai mobil. Oleh karena itu, saya pun harus mempunyai mobil. Tidak cukup alasan : Kita sama dalam hal apa? Dalam hal apa tidak sama? Semua sapi itu binatang. Semua kuda itu binatang. Jadi sapi itu kuda. Kalimat pertama dan kedua memang benar, tetapi kesimpulannya salah karena jalan pikiran (kaitan antara premis dan kesimpulan) keliru.
Tujuan dari Logika: Membedakan cara berpikir yang tepat dari yang tidak tepat; Memberikan metode dan teknik untuk menguji ketepatan cara berpikir; Merumuskan secara eksplisit asas-asas berpikir yang sehat dan jernih.
Hukum Berpikir (the Laws of Thought). Asas Identitas (Principle ofIdentity; Principium Identitatis) yang dapat dirumuskan: A adalah A (A = A); setiap hal adalah apa dia itu adanya; setiap hal adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri; setiap subjek adalah predikatnya sendiri. Asas Kontradiksi (Principle of Contradiction; Principium Contradictionis) yang dapat dirumuskan: A adalah tidak sama dengan bukan A (non-A) atau A adalah bukan non A (A tidak sama dengan -A), dan dilambangkan dengan"A I -A ", keputusankeputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya benar, dan sebaliknya tidak dapat dua-duanya salah.
Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga (Principle of Exduded Middle; Principium Exdusi Tertii) dapat dirumuskan: Setiap hal adalah A atau bukan-A; keputusankeputusan yang saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau di antara keduanya; salah satu dari dua keputusan tersebut harus benar, dan kebenaran yang satu bersumber pada kesalahan yang lain. Asas Alasan yang Cukup (Principle of Sufficient Reason; Principium Rationis Sufficientis) dapat dirumuskan: tiap kejadian harus mempunyai alasan yang cukup. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari premis premisnya atau pembuktiannya (Do not go beyond the evidence).
Premis dan Kesimpulan premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar untuk menarik sebuah pernyataan yang disebut kesimpulan, atau pernyataan yang digunakan untuk mendukung atau membenarkan atau membuktikan kebenaran sebuah pernyataan lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat). Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis. Dengan demikian, premis dan kesimpulan adalah pengertian-pengertian korelatif, artinya pengertian-pengertian yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya, dan masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, seperti misalnya pengertian-pengertian suami dan istri.
Argumen/Argumentasi Kesatuan kumpulan pernyataan yang dinamakan premis atau premis-premis dan kesimpulan yang dihasilkan oleh kegiatan menalar itu dinamakan argumen atau argumentasi. Jadi, argumen adalah sekelompok pernyataan yang di dalamnya terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan lainnya dari kelompok pernyataan itu yang dinamakan premis atau premis-premis.
VALIDITAS DAN KEBENARAN Perkataan validitas berasal dari perkataan valid. Perkataan valid berasal dari perkataan "validus" (bahasa Latin) yang berarti "kuat': Dalam kaitan dengan Logika, valid berarti "sah;"'absah ""kuat;' atau "sahih" : Perkataan "validitas" atau "keabsahan" atau "kesahihan" dalam Logika digunakan dalam arti penentuan valid atau tidaknya sebuah argumen. Yang dapat ditentukan validitasnya adalah hanya argumen. Suatu argumen dikatakan valid jika kesimpulannya berakar dalam premis-premisnya, atau premispremis meniscayakan kesimpulan yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan benar adalah kesesuaian antara pernyataan dengan fakta. Jadi, masalah kebenaran adalah masalah fakta. Suatu pernyataan adalah benar,jika isi pernyataan itu sesuai dengan fakta validitas suatu argumen tergantung pada bentuk argumen, dan tidak ditentukan oleh isi argumen yang bersangkutan. Isi dari suatu argumen dinilai berdasarkan kebenaran, dan yang dapat dinilai benar atau salah adalah pernyataannya.
Empat Teori Kebenaran Teori Korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan adalah be‘nar jika isinya sesuai dengan atau mencerminkan kenyataannya sebagaimana adanya. Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah diterima sebagai benar. Teori Pragmatik yang menyatakan bahwa yang benar adalah yang efektif. Teori Intersubjektivitas yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian atau konsensus yang dapat dicapai atau diterima oleh orang, terutama di kalangan para pakar sekeahlian.
Perhatikan contoh-contoh Validitas dari suatu argumen tidak tergantung pada kebenaran dari pernyataan pernyataan yang mewujudkan argumen tersebut Perhatikan contoh-contoh 1. Tuhan adalah cinta. Cinta adalah buta. Jadi,Tuhan adalah buta. 2. Semua orang sopan adalah peramah. Beberapa petenis adalah bukan orang sopan. Jadi, beberapa petenis adalah bukan peramah. 3. Semua mantan Presiden adalah orang bertanggungjawab. Sukarno adalah orang bertanggungjawab. Jadi, Sukarno adalah mantan Presiden. 4. Revolusi Perancis terjadi sesudah Revolusi Rusia. Revolusi Indonesia terjadi sesudah Revolusi Perancis. Jadi, Revolusi Indonesia terjadi sesudah Revolusi Rusia.
Pada contoh 1, argumennya tidak valid dan kesimpulannya salah. Pada contoh 2, semua pernyataannya (premis-premis dan kesimpulan) benar, tetapi argumennya tidak valid. Contoh 3, adalah argumen yang tidak valid dengan semua pernyataan yang benar. Pada contoh 4,argumennya valid dengan kesimpulan yang benar, tetapi dengan satu premis yang salah.
Dari contoh-contoh tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kegiatan berpikir dapat terjadi diajukan argumen-argumen: Dengan kesimpulan yang benar, ditarik dari premis-premis yang salah melalui argumen yang valid. Dengan premis-premis dan kesimpulan yang benar, tetapi argumennya tidak valid. Dengan premis-premis yang benar dengan kesimpulan yang salah melalui argumen yang tidak valid.
Masalah validitas argumen adalah masalah bentuk logikal. Artinya, yang menentukan valid atau tidaknya sebuah argumen adalah bentuk logikal dari argumen yang bersangkutan, dan bukan isinya atau kebenaran pernyataan-pernyataannya.
BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL Perkataan bentuk (form) menunjuk pada pengertian wujud (shape). Perkataan wujud adalah perkataan yang paling umum dari bentuk. Pada dasarnya perkataan wujud menunjuk pada hubungan tertentu antara sejumlah unsur. Perkataan wujud itu, dalam arti tadi, mencakup pengertian yang luas, yaitu meliputi pengertian-pengertian: pengaturan, ketertiban, tipe, norma, pola, standar, dan sebagainya.
Jalan pikiran manusia juga mempunyai bentuk Jalan pikiran manusia juga mempunyai bentuk. Jika seseorang memikirkan sesuatu hal secara sungguh-sungguh, maka pikirannya akan berlangsung dengan cara tertentu. Dalam berpikir, manusia akan menyatakan pikirannya ke dalam bentuk bahasa, sebagai sarana untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya. Mengekspresikan pikiran ke dalam bahasa selalu terjadi dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat itu selalu tersusun atas sejumlah perkataan, tetapi tidak setiap kelompok perkataan mewujudkan kalimat. Kalimat adalah sekelompok perkataan yang tersusun, menurut cara tertentu.
Ketentuan tentang cara menyusun kata-kata untuk mewujudkan sebuah kalimat diatur dalam tata bahasa. Cara tersusunnya kata-kata yang mewujudkan kalimat itu dinamakan sintaksis. Susunan katakata dengan cara tertentu menurut aturan tata bahasa (sintaksis) adalah aspek bentuk dari bahasa. Kata-kata yang digunakan untuk mewujudkan kalimat adalah aspek bahan atau material dari bahasa, yang disebut vokabulari atau kosakata.
Tugas dari Ilmu Tata Bahasa adalah untuk mengeksplisitkan pengetahuan yang implisit itu dan mensistematisasikannya sehingga secara rasional menjadi lebih mudah untuk dipelajari dan diajarkan. Tugas dari Logika adalah untuk mengeksplisitkan asas-asas dan aturan-aturan berpikir tepat . yang telah diketahuinya secara implisit. Bentuk-bentuk jalan pikiran yang tepat berupa pola-pola susunan rangkaian pernyataan-pernyataar yang disebut bentuk logikal atau bentuk pikiran. Pengetahuan eksplisit ini akan membantu kita untuk dapat lebih mudah mengendalikan kegiatan berpikir sehingga dapat lebih efektif.
Semua artis adalah seksi. Jupe adalah seksi. Jadi, dalam Logika, pengetahuan yang implisit tentang cara berpikir yang tepat (sound reasoning) dieksplisitkan dengan jalan mempelajari bentuk-bentuk logikal. "Jika Jupe adalah artis dan semua artis adalah seksi, maka Jupe adalah seksi" Pernyataan di atas adalah sebuah pernyataan majemuk yang terdiri atas tiga buah pernyataan sederhana (tunggal) yang masingmasing dapat berdiri sendiri. Pernyataan majemuk tadi, yang merupakan contoh sebuah argumen sederhana, dapat dijabarkan ke dalam pernyataan-pernyataan sederhana yang mewujudkannya dan disusun (dari atas ke bawah) sebagai berikut: Jupe adalah artis. Semua artis adalah seksi. Jupe adalah seksi.
Dalam contoh tadi, sebagai sebuah argumen, maka pernyataan 1 dan 2 berkedudukan sebagai premis-premis, dan pernyataan 3 berkedudukan sebagai kesimpulan. Jika sekarang semua perkataan dalam contoh-contoh argumen itu kita ganti dengan lambang-lambang A, B, dan C secara konsekuen dan konsisten, maka kita akan memperoleh pola atau skema jalan pikiran sebagai berikut:
LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL Bahasa yang dipakai berkomunikasi pada hakikatnya adalah suatu sistem lambang bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu: a) Fungsi ekspresif, yakni fungsi untuk menyatakan perasaan. Ucapan yang bersifat ekspresif ini tidak dapat dikualifikasi salah atau benar. b) Fungsi informatif, yakni fungsi untuk menyampaikan informasi. c) Fungsi direktif, yakni fungsi untuk memerintah.