DEDUKTIF Metode berpikir deduktif adalah metode penarikan kesimpulan dari masalah umum ke masalah khusus. Hukum deduktif bahwa segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu golongan/katagori/klasifikasi, berlaku pula sebagai hal yang benar pada peristiwa khusus (partikular), jika hal yang khusus itu sebenar-benarnya merupakan bagian/jenis/kelas dari yang umum. Tujuan deduktif ialah untuk menemukan penjelasan sebab akibat mengapa suatu fenomena terjadi atau fenomena apa yang akan terjadi.
Lanjutan Prinsip kerja deduktif menggunakan silogisme logika yaitu suatu proses logis (argumentasi) yang terdiri dari tiga bagian: premis maior, premis minor, dan konklusi. Premis Maior ialah tahap conceptioning yaitu meletakkan landasan teoretis yang menunjukkan proposisi-proposisi general berupa teori-teori dan atau hukum-hukum yang telah dianggap benar dan relevan dengan fenomena yang dipikirkan. Premis Minor merupakan tahap judgement yaitu sebagai tahap pertimbangan dalam mendudukperkarakan fenomena khusus yang yang dipikirkan pada konsep umum, bahwa fenomena khusus itu merupakan bagian/jenis/ kelas dari yang umum. Konklusi merupakan tahap reasoning yaitu tahap menarik kesimpulan bahwa segala unsur, sifat, ciri yang ada pada premis maior berlaku pula pada premis minor.
Lanjutan Judul Penelitian Hubungan antara Frekuensi membaca Surat Kabar dengan Tingkat Pengetahuan Umum Pelajar SMAN di Kota Bandung. Teori yang digunakan Uses and Gratification Theory/Model yang menyatakan bahwa pemanfaatan media massa oleh khalayak adalah untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi. Susun silogisme logika dari peneltian tsb. Premis Maior: Premis Minor: Konklusi:
Lanjutan Problema deduktif Kesalahan Material (materi) yaitu kesalahan materi baik pada premis maior maupun minor; jika salah satu (apalagi jika keduanya) salah, maka takan diperoleh kesimpulan (konklusi). Contoh Pmr.: Media massa berpengaruh terhadap sikap khlayak. Pmn.: Telepon adalah media massa (?) Ksp.: ????? Pmr.: Media massa tidak berpengaruh terhadap sikap khalayak (?). Pmn.: Koran adalah jenis media massa. Ksp.: ?????
Lanjutan Kesalahan Formal (Bentuk) yaitu kesalahan bentuk silogisme di mana premis maior tidak merupakan sesuatu yang general dari premis minornya, maka meskipun pernyataan-pernyataan (proposisi) nya benar, kesimpulannya akan salah. Contoh Pmr.: Media massa berpengaruh terhadap sikap khalayak. Pmn.: Media massa adalah alat untuk berkomunikasi. Ksp.: ??? Pmr.: Koran adalah jenis media massa Pmn.: Televisi adalah jenis media massa
Lanjutan Jenis Silogisme Silogisme Kategorik Silogisme kategorik adalah struktur deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri atas tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Bentuk silogisme kategorik a. Pmr.: Mencuri (M) itu haram (P) Pmn.:Korupsi (S) itu mencuri (M) Ksp.: Maka korupsi (S) itu haram (P) Aturannya: premis minor harus berupa penegasan (afirmatif), sedangkan premis maior bersifat umum (universal).
Lanjutan b. Pmr.: Tidak halal (P) mencuri itu (M) Pmn.: Korupsi (S) itu mencuri (M) Ksp.: Korupsi (S) itu tidak halal (P) Aturannya: salah sebuah premis harus negatif, dan premis maior bersifat umum/universal. c. Pmr.: Mencuri (M) itu haram (P) Pmn.: Salah satu perbuatan mencuri (M) adalah korupsi (S) Ksp.: Korupsi (S) itu haram (P) S = Subjek. P = Predikat M = term penengah yang menunjukkan alasan kenapa S dan P dipersatukan atau dipisahkan dalam kesimpulan.
Lanjutan Silogisme Majemuk Pada prinsip silogisme yaitu S dan P dipersatukan atas daasar M. Pada silogisme majemuk menggunakan lebih dari satu M. Dengan kata lain, silogisme diperluas menjadi suatu rangkaian dengan memakai lebih dari satu M. Contoh Orang yang tidak mengendalikan keinginan2 nya, akan menginginkan seribu satu barang. Orang yang menginginkan seribu satu barang itu kebutuhannya banyak sekali. Orang yang banyak sekali kebutuhannya itu tidak tentram hatinya. Jadi, orang yg tidak mengendalikan keinginginannya itu hatinya tidak akan tentram.
Lanjutan Silogisme Hipotetik a. Silogisme Kondisional (bersyarat) yaitu silogisme yang premis maiornya berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional = keputusan yang mengandung suatu syarat yaitu terdiri atas dua bagian, yang satu dinyatakan benar jika syarat yang dinyatakan dalam bagian lain dipenuhi. Contoh Jika Samsudin rajin belajar, maka ia akan lulus ujian dengan nilai sangat baik. Putusan kondisional itu benar jika hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya itu benar, dan putusan akan salah jika hubungan bersyarat itu tidak benar. Jika Samsudin lulus ujian, maka dia harus mengulangnya.
Lanjutan Pada silogisme hipotetik (juga pada proposisi hipotetik) terdapat dua proposisi kategorik. Proposisi (pernyataan) pertama disebut antesedens dan proposisi (pernyataan) kedua disebut konsekuen. Sedangkan kata ‘jika’ dan ‘maka’ merupakan kopula. Jika Samsudin rajin belajar (antesedens) Maka Samsudin akan lulus ujian dengan nilai sangat baik (konsekuen). b. Silogisme Disjungtif yaitu silogisme yg premis minornya terdiri atas keputusan disjungtif. Premis minor ini dapat afirmatif (menegaskan), atau negatif (memungkiri) salah satu dari kemungkinan yang disebutkan dalam premis maior. Keputusan disjungtif adalah keputusan yg di dalamnya terkandung suatu pilihan antara dua atau lebih kemungkinan yang dinyatakan dalam kalimat …. atau ….
Lanjutan Jenis silogisme disjungtif 1). Silogisme disjungtif dalam arti luas adalah di mana premis maiornya memiliki alternatif, bukan kontradiktif. Contoh Andi membaca koran atau membaca buku Ternyata Andi tidak membaca koran Jadi, Andi membaca buku 2). Silogisme disjungtif dalam arti sempit di mana premis maiornya alternatif kontradiktif. Andi membaca koran atau tidak membaca koran Ternyata Andi membaca koran Jadi, Andi bukan tidak membaca koran