KRITERIA VISIBILITAS HILAAL DI INDONESIA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Prediksi Awal Bulan Syawwal 1432 Hijriyah
Advertisements

Oleh : M.YUSUF AWALUDDIN, S.Kel
Cuaca Ekstrem di Depan Mata
"Ekor" Badai Perburuk Cuaca di Indonesia
Pelayanan Propagasi NVIS Menggunakan MSILRI
Perhitungan dan Penentuan Arah Kiblat
TATA KOORDINAT BENDA LANGIT
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Observasi Fajar di Bandara Adisumarmo Jum’at 19 Maret 2010.
Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1430 H Penentuan awal masa shaum dan Idul Fitri biasanya ditentukan oleh pengamatan Hilal, sabit Bulan tipis yang nampak.
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Proses Pengolahan Data (Fotometri) Astronomi
Arief suryantoro LINGKUNGAN TROPIS (VOL.4 NO.1, MARET 2010)
ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB. SEMARANG, 26 MEI - 4 jUNI 2008.
MENGENAL KRITERIA RHI, FORMULASI DAN IMPLEMENTASINYA
Cara Mencari Arah Kiblat
SMP NEGERI 11 TANJUNGPINANG
Posisi Geografis Indonesia
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I Maret 2015
MPS REKAPITULASI DAN TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF.
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Januari 2015
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian III Maret 2015
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II November 2014
1.Sirkulasi Angin di Bumi
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian III November 2014 Update 02 DESEMBER 2014 Bidang Informasi Iklim.
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian I April 2015
Analisis Perkembangan Dinamika Atmosfer dan Laut
Analisis Dinamika Atmosfer dan Laut Dasarian II Februari 2015
Pertemuan 5 Angin dan Pasang Surut
OLEH : IR. H. ABDUL RAHMAN, MS
Iklim Tropis Asia, Indonesia, Sumatra, Lampung
KONDISI INDIAN OSCILLATION DIPOLE (IOD), EL NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO), CURAH HUJAN DAN PRAKIRAAN IKLIM DI INDONESIA (UPDATE JUNI 2016) Tim Agroklimatologi.
PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE JULI 2016)
Resiko Iklim dan Kerentanan Kota Bandung
HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA OLEH : ATHA TOLHAH MARWAH.
Pengertian Rotasi Rotasi adalah perputaran benda pada suatu sumbu yang tetap, misalnya perputaran gasing dan perputaran bumi pada poros/sumbunya. Untuk.
LETAK WILAYAH INDONESIA
Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju
Oleh H. Ahmad Izzuddin, M.Ag
Metode Hisab dan Ruqiyat Dalam Penentuan Satu Syawal
IKLIM INDONESIA.
Peredaran Terbit dan terbenam : Perjalanan Semu Matahari, sejajar equator langit
LOKASI PENELITIAN (Lanjutan)
Potensi Gempa dan Fenomena Bulan
Mengenal Hilal Penentuan awal bulan Puasa dan Idul Fitri ditentukan oleh adanya pengamatan Hilal, yaitu sesaat ketika Bulan melewati fase konjungsi (dalam.
EL NINO DAN LA NINA.
Pengolahan dan Analisis Data DALAM PTK
METODE PENELITIAN sistematika penulisan proposal skripsi
VERVAL DOKUMEN 1 KURIKULUM 2013
Pengantar ILMU FALAK Oleh KHOBIBAH, S.Ag, MA, M.Hum 1.
PENGERTIAN METEOROLOGI
EL NINO LA NINA.
Keunggulan Lokasi dan Kehidupan Masyarakat Indonesia
STUDI POTENSI SUMBERDAYA ALAM DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN MINAHASA SELATAN JANNATUN NAIYM G2L JURUSAN KIMIA KONSENTRASI BIOLOGI PROGRAM PASCA.
Atmosphere.
JURNAL LINGKUNGAN NAMA : YOGA PRATAMA
KEADAAN ALAM INDONESIA
Oleh : Miftachul Janah ( )
Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018
AKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPIS ANAK AUTIS DALAM PROSES MEMUDAHKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas.
USULAN PROPOSAL PENELITIAN (UPP)
RAPAT KOORDINASI ANTISIPASI KESIAPAN MENGHADAPI MUSIM KEMARAU TAHUN 2018 ANALISA KONDISI DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN WILAYAH JAWA TENGAH.
Oleh : Feri Moch. Suandi Pembimbing : Hidayat, M.T.
HUBUNGAN ANTARA IKLIM, PERUBAHAN IKLIM DAN PRODUKSI PADI
ARLINDO. O Posisi Indonesia spesial karena terletak di dua benua dan dua samudera disamping posisinya di khatulistiwa O Selain itu juga perairan Indonesia.
Pengaruh IOD Terhadap Variasi Curah Hujan di Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat Oleh: Fatika OktarinaG Karina Indah SG Pembimbing:
PERAIRAN INDONESIA. ASPEK KEWILAYAHAN Dasar aspek kewilayahan tentang pemikiran akan wawasan nusantara yaitu didasarkan atas letak geografis yaitu batas-batas.
3 Tujuan mempelajari hal ini agar kita dapat…  menyebutkan letak Indonesia secara astronomis  menyebutkan letak Indonesia secara geografis  menjelaskan.
A S T R O N O M I DALAM PENENTUAN BULAN HIJRIAH
Transcript presentasi:

KRITERIA VISIBILITAS HILAAL DI INDONESIA MENGENAL LEBIH LANJUT KRITERIA VISIBILITAS HILAAL DI INDONESIA Disampaikan pada Dauroh RHI Solo Raya IV Solo, 17 April 2011 Oleh: Muh. Ma’rufin Sudibyo ============================================================================= Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia 2011

LATAR BELAKANG Sedikitnya data hasil observasi hilaal dan hilaal tua yang berasal dari daerah tropis. Great Database ICOP (2004) = 51 dari 737 (6,9 %) Yallop (1997) = 28 dari 295 (9,5 %) Sedikitnya data hasil observasi hilaal dan hilaal tua yang berasal dari Indonesia. 38 data (Depag RI 1962 – 1997, dalam Djamaluddin, 2000) 37 data (PRTI 1991, dalam Ilyas, 1994)

LATAR BELAKANG Sedikitnya data hasil observasi yang valid dan reliabel. 11 dari 29 data Depag RI (29 %) 6 dari 29 data Ilyas (20 %) Sebagai pembanding : hanya 6 dari 46 data hasil observasi di Saudi Arabia 1961 – 2004 (13 %) yang valid (Odeh, 2008). Jumlah data valid dan reliabel yang terlalu sedikit membuat keputusan yang diambil berdasarkannya berpotensi bias.

TUJUAN Merekapitulasi data hasil observasi hilaal dan hilaal tua di Indonesia sebagai basis data lokal. Membandingkan data hasil observasi dengan teori visibilitas hilaal yang sudah eksis untuk mengetahui variasi lokal yang mungkin terjadi terkait kekhasan posisi Indonesia (di lintang rendah dan sebagai benua maritim).

TUJUAN Merumuskan definisi hilaal khususnya untuk lokalitas Indonesia. Menguji “kriteria” yang selama ini digunakan di Indonesia : Wujudul Hilaal, MABIMS/Imkanur Rukyat dan LAPAN. “Kriteria” Wujudul Hilaal Sunset – moonset  0 menit

TUJUAN “Kriteria” MABIMS/Imkan Rukyat Tinggi Bulan (h)  2o Elongasi Bulan – Matahari (aL)  3o Umur Bulan saat sunset  8 jam “Kriteria” LAPAN aD  0,14 DAz2 – 1,83 DAz + 9,11 aD = selisih tinggi Bulan – Matahari DAz = selisih azimuth Bulan – Matahari

METODE Target : Hilaal (Bulan sabit termuda) Hilaal tua (Bulan sabit tertua) Waktu : Hilaal  dalam waktu 2 kali terbenamnya Matahari (sunset) pasca konjungsi  (Moon Age = max 48 jam) Hilaal tua  dalam waktu 2 kali terbitnya Matahari (sunrise) pra konjungsi  (Moon Age = max minus 48 jam)

METODE Cara : Hilaal Pengamatan pada waktu senja Pengamat menghadap ke horizon barat Fokus pada saat dan pasca sunset Hilaal tua Pengamatan pada waktu fajar Pengamat menghadap ke horizon timur Fokus pada pra dan saat sunrise

METODE Instrumen : Mata tanpa alat bantu optik (naked eye) Alat bantu optik (binokuler, teodolit, teleskop) Kamera digital Instrumen Bantu : Petunjuk waktu (jam) terkalibrasi Kompas magnetik GPS receiver

METODE Hilaal Tracker Buku catatan Citra satelit cuaca dan prediksinya dalam beberapa jam ke depan Termometer (optional) Higrometer (optional) Laptop dengan Starry Night

METODE Personalia : Tunggal Berkelompok (lebih disarankan) Data yang diharapkan : Koordinat dan elevasi lokasi pengamatan Kondisi langit di horizon barat/timur secara kualitatif Jam saat sunset/sunrise secara aktual Jam saat hilaal mulai terlihat dengan mata tanpa alat bantu optik

METODE Jam saat hilaal mulai terlihat dengan alat bantu optik Jam saat hilaal tua mulai menghilang saat dilihat dengan mata tanpa alat bantu optik Jam saat hilaal tua mulai menghilang saat dilihat dengan alat bantu optik Orientasi hilaal/hilaal tua Citra hilaal/hilaal tua dan horizon

METODE Jejaring titik observasi : LHK CRB PAB LOL JAK DPK PLR KBM PWR 950BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400 +100 + 50 00 - 50 - 100 950 BT JAK DPK PLR KBM PWR PRG PAB GRE CRB LHK LOL

METODE Jejaring titik observasi : Paling utara : Lhokseumawe (5o LU) Paling selatan : Reabold Hill, Perth, Australia Barat (32o LS) Paling barat : Lhokseumawe (97o BT) Paling timur : Condrodipo, Gresik (112,5o BT)

METODE Data dari observer lain di luar jejaring RHI bisa diterima asal memenuhi persyaratan berikut : Ada catatan selisih waktu antara terbenamnya Matahari dan terbenamnya Bulan Ada catatan orientasi/kemiringan hilaal Ada catatan kondisi horizon dan langit Ada catatan tentang alat bantu optik yang digunakan Ada citra/foto yang dilampirkan

DAN TITIK – TITIK TEMPAT LAPORAN HILAAL TERAMATI METODE Area dimana Hilaal berpotensi terlihat namun jika dan hanya jika menggunakan teleskop/teodolit Basmol - Jkt Cakung - Jkt Gresik - Jatim Bangkalan - Jatim Pacitan - Jatim Pantai Depok - DIY Bandung - Jabar Lampung Barat PREDIKSI VISIBILITAS PADA 31 AGUSTUS 2008 (PENENTUAN 1 RAMADHAN 1429 H) DAN TITIK – TITIK TEMPAT LAPORAN HILAAL TERAMATI

METODE Pengolahan data : Menggunakan algoritma Jean Meeus dengan dibantu software Moon Calculator v6.0 dari Dr. Monzur Ahmed. Setting software : topocentric, airless, geometric sunrise/sunset Output : aD, h, aL, DAz (harga mutlak), Moon Age, Lag, mag, W, R

METODE aD aL DAz Bulan Matahari Horizon

VARIABEL Faktor cuaca yang berkemungkinan mempengaruhi observasi : Sistem angin muson (monsoon) antara benua Asia dan Australia El Nino Southern Oscillation (ENSO) di Samudera Pasifik Indian Ocean Dipole Mode (IODM) di Samudera Hindia Madden Julian Oscillation

VARIABEL ASIAN MONSOON MJO ENSO IODM AUST. MONSOON

VARIABEL Penyimpangan cuaca lokal (pertumbuhan awan) Akibat aktifnya Madden Julian Oscillation Lokasi Intertropical Convergence Zone

VARIABEL Merkurius Magnitude max = -1,4 Selalu di horizon timur/barat Bisa mengecoh observer (dianggap hilaal)

VARIABEL Venus Magnitude max = -7,1 Selalu di horizon timur/barat Mempunyai fase – fase seperti Bulan Bisa mengecoh observer (dianggap hilaal)

CONTOH CITRA HILAAL

CONTOH CITRA HILAAL TUA

CONTOH CITRA HILAAL

CONTOH CITRA HILAAL

DATA periode observasi : Januari 2007 – Desember 2009 Visibilitas positif  diolah berdasarkan best time (Yallop, 1997) Visibilitas negatif  diolah berdasarkan jam sunrise/sunset Visibilitas positif : 107 data Visibilitas negatif : 67 data Total data : 174 data Pembanding : Basis data ICOP = 737 data dalam 6 tahun Basis data Kemenag RI = 38 data dalam 30 tahun

Persamaan batas : Tb  – 0,420 Lag + 16,941 DATA Visibilitas positif Persamaan batas : Tb  – 0,420 Lag + 16,941

Persamaan visibilitas : aD  0,099 DAz2 – 1,490 DAz + 10,382 DATA Visibilitas positif Persamaan visibilitas : aD  0,099 DAz2 – 1,490 DAz + 10,382

ANALISA Pendefinisan hilaal : Persamaan : Tb  – 0,420 Lag + 16,941 Batas atas : Tb = 0  Lag = 40 menit Batas bawah : Tb = Lag = 12 menit (teoritik), Lag = 24 menit (empirik) Bandingkan dengan great database ICOP : Lag min = 21 menit

PEMBAHASAN Bentuk persamaan berbeda dengan persamaan visibilitas global

PEMBAHASAN Perbandingan dengan basis data global yang telah diseleksi hanya untuk daerah tropis

PEMBAHASAN Justifikasi dari tim rukyatul hilaal UM Malaysia

PEMBAHASAN Rukyatul hilaal 12 Juli 2010

PEMBAHASAN Perbandingan dengan basis data global yang telah diseleksi hanya untuk daerah tropis

PEMBAHASAN Perbandingan dengan basis data global yang telah diseleksi hanya untuk daerah tropis

PEMBAHASAN Persamaan visibilitas : aD  0,099 DAz2 – 1,490 DAz + 10,382 Berbentuk mirip kriteria LAPAN, namun lebih pesimistik (LAPAN : aD  0,14 DAz2 – 1,83 DAz + 9,11) aD minimum = 4,605o  teoritik  sangat dekat dengan aD minimum versi Ilyas = 4o (Ilyas, 1988) aD minimum = 5,792o  empirik DAz saat aD minimum = 7,482o elongasi minimum = 7,234o (empirik)

TANTANGAN KE DEPAN Jumlah data perlu diperbanyak agar analisis lebih akurat. Perlunya fokus dan memperbanyak data di sepanjang kurva persamaan visibilitas RHI, sehingga akurasinya lebih tinggi. Perlunya memperluas jejaring titik pengamatan. Perlunya mengkaji implementasi definisi hilaal ke dalam Kalender Hijriyyah, baik ke depan atau sorot balik ke masa silam. Perlu dilakukan uji fotometri untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya akan visibilitas hilaal Indonesia

KESIMPULAN Terbentuk basis data visibilitas hilaal Indonesia Hilaal adalah : Bulan pasca konjungsi yang memiliki 24  Lag  40 Kriteria visibilitas RHI : aD  0,099 DAz2 – 1,490 DAz + 10,382 Kriteria tersebut hanya berlaku untuk daerah tropis