K iii: DISHARMONIS PR - MEDIA MASSA/wartawan DAN SOLUSINYA
Bagi media massa, PR merupakan sumber informasi atau bahan berita. Hubungan baik yang senantiasa terpelihara dengan media massa akan membantu lancarnya publikasi. Bagi media massa, PR merupakan sumber informasi atau bahan berita. Bagi PR, media massa merupakan saluran komunikasi untuk dapat menjangkau khalayak/publik secara luas Hubugan antara PR dan media kerap mengalami “permasalahan”. Penyebab utamanya karena adanya perbedaan kepentingan.
Rumah Sakit Omni “lnternational” ltu pun Kini Menjadi Sepi Contoh: disharmonisasi PR suatu organisasi dengan wartawan Rumah Sakit Omni “lnternational” ltu pun Kini Menjadi Sepi Jumat, 09 2009 Apakah ini terjadi karena sanksi moral masyarakat yang simpatik terhadap kasus Prita Mulyasari, ataukah terjadi karena keraguan masyarakat umum untuk berobat ke Rumah sakit international itu, atau ada hal lain yang membuat semakin tengangnya RS yang dulu sangat terkenal ini. Sejak kasus Prita Mulyasari merebak, suasana Rumah Sakit Omni lnternasional Tangerang sedikit berubah. Rumah Sakit yang label internasionalnya dipertanyakan anggota Dewan perwakilan Rakyat itu, lebih lengang dari biasanya. Pantauan di lokasi, tidak banyak aktivitas di dalam Rumah Sakit OmniInternasional Tangerang, Banten, selasa, 9 Juni 2oo9. Ruangan megah itu terlihat lebih lapang, karena yang ada hanya kegiatan pelayanan administrasi dan pelayanan farmasi. Seorang petugas parkir Rumah Sakit yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, sejak masalah Prita Mulyasari muncul, volume kendaraan yang parkir semakin sepi. "Dulu itu ramai sekali mulai hari Senin. Parkiran penuh terus," kata dia. "Tapi, ini sepi banget.” Tidak banyak informasi diperoleh dari rumah sakit ini. Bahkan juru bicara Rumah Sakit sangat sedikit bicara. Untuk meminta keterangan soal kondisi terkini rumah sakit, wartawan harus ‘kucing-kucingan’ dulu dengan juru bicara rumah sakit, ... (Vivanews)
Berdasarkan penelitian Dari penelitian Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan; hubungan antara PR di beberapa perusahaan migas di Sumatra Bagian Selatan dengan wartawan kerap tidak harmonis akibat perbedaan kepentingan di antara keduanya. PR selalu menekankan pencitraan dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan sehingga tidak jarang PR-nya membuat 'konstruksi pesan' untuk suatu informasi. Akibatnya, realitas semu lah yang disampaikan kepada khalayak. Bagi wartawan atau media yang dilakukan oleh PR bertentangan dengan tugas dan tanggung jawab wartawan. Mereka menekankan pentingnya kebenaran berita yang disampaikan kepada masyarakat.
Berdasarkan penelitian Hasil dari sebuah studi tentang para praktisi PR dan wartawan di Texas pada 1975 menunjukan gap antara pandangan praktisi PR dan jurnalis dalam memandang nilai berita serta media relations yang ada di koran. Hasil survei para jurnalis menunjukkan bahwa: Sebanyak 59 % mengatakan: PR dan press agent adalah partner dalam memilih informasi yang akan dipublikasikan. Pendapat ini sangat kontras dengan pendapat PR; 89 % praktisi PR mengatakan bahwa PR dan Press Agent adalah partner dalam memilih informasi yang akan dipublikasikan. Sebanyak 48 % orang-orang PR membantu para reporter untuk mendapatkan berita yang akurat, komplet, dan aktual. Berbeda kontras dengan pendapat para praktisi PR ; 91 % praktisi PR mengatakan PR membantu para reporter untuk mendapatkan berita yang akurat, komplet, dan aktual.
Berdasarkan suatu penelitian PR menurut wartawan/pihak media: praktisi PR hanyalah saluran pengacau dalam komunikasi melalui berbagai event palsu dan kata-kata manis yang mereka buat. orang-orang PR selalu menghalang-halangi para wartawan untuk menemui 'key person”. materi yang diberikan oleh PR merupakan publikasi yang'semu', karena di dalam publikasi itu ada informasi-informasi yang sengaja disembunyikan. Orang-orang PR tidak memahami beberapa problem jurnalistik seperti batas waktu untuk pemberitaan, pemahaman tentang ketertarikan pembaca. Pendapat ini sangat kontras dengan pendapat praktisi Public Relations; cuma 39% PR yang beranggapan demikian.
Berdasarkan suatu penelitian Wartawan/media massa menurut PR: media massa akan dapat bekerja dengan baik dan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya apabila mereka bekerja sama dengan PR. Dari sebuah survei yang dilakukan perhimpunan PR di AS, Sebanyak 57% responden mengatakan wartawan salah kutip sepanjang satu tahun IaIu. Responden PR memberikan jawaban dengan alasan yang didasarkan pada prasangka individual maupun organisasi sebagai alasan mendasar.
Potensi terjadinya Pertentangan Wartawan (Berupaya mencari) : Berita ? PR (Berupaya memperoleh) : Citra ?
Hubungan Baik dengan Media MASSA Harus Dipuayakan Memang hubungan PR dengan media massa tidak jarang menimbulkan “persoalan”. Namun demikian, PR dan media (wartawan) saling membutuhkan. Keadaan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh PR dan wartawan untuk membangun hubungan yang baik, dan bukan menjadikannya konflik.
Keberadaan media massa memberikan kesempatan bagi praktisi PR dalam mendukung tercapainya tujuan mereka, yakni melalui kekuatan publikasi media massa. Pahami kembali: Karakteristik media massa Fungsi komunikasi massa (umum dan khusus)
Membina hubungan pers yang harmonis Sikap terus terang & ramah, namun tetap tegas & profesional Saling memahami fungsi, kewajiban, & tugas profesi yang disandang Akrab namun tetap menjaga jarak demi menjaga rahasia organisasi/lembagaMengenali siapa Pemred, Wapemred, Redpel, redaktur halaman & para reporter yang bertugas pada setiap bidang atau liputan beritanya Meminta kartu nama Jangan menutupi saluran informasi ketika sedang menghadapi masalah Tidak perlu mengemis pada pers demi publisitas
Dalam menerima pers bersikap wajar & tidak ragu-ragu atau penuh kecurigaan Melayani pers sebaik-baiknya, namun tetap bijaksana dalam memberi informasi Memberikan tanda perhatian kepada pers secara individu ataupun lembaga media/penerbitnya Pemberian iklan goodwill Proyek publikasi / promosi bersama