Disampaikan oleh: Danang Widoyoko, Simon Petrus Sumargo, Budiastuti,

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Anggota IV Badan Pemeriksa Keuangan RI
Advertisements

STRATEGI POKOK Kebijakan Fiskal Kebijakan Perbankan/Keuangan
Hak Atas Lingkungan Hidup adalah Hak Asasi Rakyat
Memetakan Potensi konflik di Jawa Timur
NURDIN D1B Dampak Berdirinya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perubahan Mata Pencarian Masyarakat Sekitar.
HUBUNGAN ANTARA KERENTANAN, RISIKO DAN BAHAYA
Tinjauan kelembagaan lingkungan hidup di
Perencanaan Tata Guna Lahan
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
KONFLIK PADA DUNIA KERJA
PERENCANAAN WILAYAH REGIONAL PLANNING
Sistem Ekonomi Edy Suandi Hamid Tanas Tanas.
Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert. Kenapa Kita Bicara Korupsi dalam REDD? Hutan Dikelola Rusak Lestari Korupsi Good Governance REDD Lestari.
Lingkungan dalam Prinsip Ekonomi Berkelanjutan
TEORI KONFLIK ORGANISASI
Kelompok : 1. AZIS BASUKI 2. ANDI FIRMANSAH 3. M.ROFIQUL F 4. M.AMALUDIN 5. YUNUS WIDODO.
POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
MASALAH PEMBANGUNAN MANUSIA: KEPENDUDUKAN
Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc.
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
MASALAH PEMBANGUNAN MANUSIA: KEPENDUDUKAN
Mewujudkan kebijakan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG Pro RAKYAT DI jawa timur
Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Hak, Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan Gender serta Keadilan Lingkungan: Tinjauan untuk Pengelolaan Sumberdaya.
PERUBAHAN IKLIM & Perubahan Kualitas Hidup Perempuan
Kepala Biro Organisasi Setda Prov. Sumbar
STIE DEWANTARA ASPEK EKONOMI & SOSIAL Studi Kelayakan Bisnis, Sesi 8.
Dampak Penguatasaan Bidang-Bidang Strategis Terhadap Masyarakat Adat
TIPOLOGI PERDESAAN NUR ENDAH JANUARTI.
AIR PERLUKAH KITA LESTARIKAN ?
Perasaan atau ikatan batin yang kuat antarsesama anggota kelompok disebut.... Birokrasi Patriotisme Chauvinisme Konflik sosial In group feeling.
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
PERKEBUNAN DAN MASALAHNYA
Pikiran-Pikiran Umum Masyarakat Sipil Terhadap Rancangan PP Perencanaan Hutan Bogor 28 Juni 2016.
KELEMBAGAAN PERTANIAN
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Lingkungan Hidup Di Kelurahan Bambankerep RW 04 Kecamatan Ngaliyan Semarang Kelompok, Muhammad Baihaqi ( ) Hidayatun.
Materi Pembelajaran Dalam Pertemuan III
SISTEM EKONOMI Pertemuan 4.
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA oleh LIA YULIYANTI
Hak Kepemilikan Hutan Nama kelompok: Masruri ( )
SISTIM EKONOMI INDONESIA
dalam kerangka kemiskinan perkotaan: perspektif sosiologis
Oleh: ANUGRAH ROMADHON
PENATAAN DAERAH OTONOM
OTONOMI BIDANG PERTANAHAN
PERTEMUAN NASIONAL POKJA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
Perjuangan “Lingkungan Hidup” yang Feminis
GERAKAN MILLENARIAN DI ASIA TENGGARA ( THAILAND )
Keragaman Suku Bangsa di Indonesia
REVOLUSI HIJAU.
TEKNIK ANALISIS EKONOMI DAN SOSIAL
Metode Memecahkan Masalah dalam Keberagaman Masyarakat
Metode Memecahkan Masalah dalam Keberagaman Masyarakat
Masyarakat Multikultural
PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS PETERNAKAN: SUATU KONSEP
CARE INTERNATIONAL INDONESIA meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Strategi Pembangunan Nasional untuk Menjadi Negara Maju
POSISI MASYARAKAT ADAT DALAM KEBIJAKAN KONSERVASI DI INDONESIA
Konservasi Air Untuk Keserjahteraan Hidup
Otonomi Daerah KELOMPOK 8: Rahmat Firdaus Hasan :
HUBUNGAN ANTARA KERENTANAN, RISIKO DAN BAHAYA
POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN
Keadilan dan hak hak minoritas. Negara kita yaitu Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam jenis ras, suku, agama, kebudayaan, dll, hal.
PERSPEKTIF PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PP 18 TAHUN 2016
Peran Ekonomi Sektor Perikanan
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
Oleh Paulus Wirutomo Sistem Sosial Indonesia (2015)
Globalisasi Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi
PROGRAM PENATAAN KEPENDUDUKAN
Bappeda DIY disampaikan dalam Seminar Nasional LP3M UMY
Transcript presentasi:

Mengatasi Konflik Kekerasan Hasil penelitian: Rochman Achwan, Dody Prayogo, Hary Nugroho Disampaikan oleh: Danang Widoyoko, Simon Petrus Sumargo, Budiastuti, Warnida, Vieronica VS

Konflik komunal di Kalbar & Kalteng Konflik dengan kekerasan yang terjadi antara suku Madura dengan penduduk lokal, Dayak dan Melayu. Konflik terjadi sepanjang tahun 1996 & 2001 di Kalbar dan Kalteng, dengan korban diperkirakan >500 Tewas, sebagian besar dari suku Madura. 100.000 suku Madura harus diungsikan ke barak pengungsian atau diungsikan ke Madura.

Penyebab konflik Akhir 70-an, pemerintah pusat memberikan konsesi kepada perusahaan besar untuk ekstraksi sumber daya alam (SDA), terutama hutan dan tambang. Problem hukum: hukum nasional di atas hukum adat. Hutan yang secara adat milik penduduk lokal (Dayak) diberikan konsesinya kepada perusahaan raksasa dari Jakarta tanpa kompensasi kepada suku Dayak. Penduduk lokal terpinggirkan dan menimbulkan kecemburuan.

Marginalisasi suku Dayak juga terjadi melalui penyeragaman desa Marginalisasi suku Dayak juga terjadi melalui penyeragaman desa. Kepala Desa ditunjuk oleh Kecamatan dan menjadi kepanjangan tangan Pemda. Institusi adat kehilangan otoritas dan digantikan oleh birokrasi desa sebagai representasi negara. Institusi adat yang juga berfungsi menyelesaikan sengketa tidak berfungsi, terutama di beberapa daerah yang mengalami konflik parah. Booming industri kayu “memaksa” suku Dayak mengubah kebudayaan dan gaya hidup. Pemerintah pada saat yang sama juga mendorong asimilasi Dayak ke dalam bentuk “desa” yang seragam, seperti meninggalkan rumah panjang.

Marginalisasi juga menimpa suku Melayu Marginalisasi juga menimpa suku Melayu. Nelayan Melayu tergusur oleh nelayan yang didukung pemodal besar. Petani jeruk dirugikan oleh monopoli jeruk Pontianak oleh keluarga Soeharto (Bambang Trihatmojo). Sebagian suku Melayu menjadi TKI illegal di Malaysia, yang tertangkap dideportasi kembali, terutama di Sambas.

Kalimantan menjadi tujuan migrasi, termasuk Madura. Berbeda dengan suku Jawa, orang Madura bekerja di perkebunan, industri kayu. Suku Madura membangun pemukiman dan menguasai area bukan hutan yang secara adat milik suku Dayak. Di mata suku Dayak, pemerintah lebih membela suku Madura dalam soal tanah, managemen hutan dan aktivitas ekonomi. Di kawasan urban, Madura bersaing dengan Melayu menguasai sektor informal dan kontrol atas bisnis illegal. Dayak dan Melayu menuding Madura eksklusif. Di Kalbar ada segregasi antara Madura, Melayu muslim dan Dayak.

Konflik dan dinamika Akhir 90-an, Dayak di pedesaan mulai alihkan perhatian ke perusahaan dan Pemda dengan tuntutan untuk pemulihan hukum adat. Di masa yg sama, kejahatan terorganisir mulai terjadi di Ketapang dan Landak. Aparat keamanan justru melindungi orang Madura yg terlibat kriminal. Konflik semakin meluas saat Dayak mengorganisir dukungan melalui “mangkuk merah”. Pada 1997 di Kalbar, Sanggau dan Pontianak, diperkirakan 500 – 1700 orang dibunuh, sebagian besar Madura. Tetapi tempat ibadah tidak dirusak.

Konflik - Sambas Konflik yang terjadi di Sambas 1999, disebabkan dan terkait dengan konflik 1997 di Sanggau. Konflik di Sambas terkait dengan politik lokal, terutama kompetisi antara Dayak dan Melayu. Diawali dari konflik personal, konflik berkembang menjadi konflik komunal antara Melayu dan Dayak melawan Madura. Sebagian besar Madura melarikan diri ke Pontianak dan sebagian kembali ke Pulau Madura atau Jawa Timur.

Konflik - Kalteng Pertengahan 90, berkembang ethno-nasionalis Dayak. Tujuan dari elit Dayak adalah menguasai jabatan-jabatan publik:Gubernur dan Bupati. Dayak membentuk LMMDD-KT. Kemudian Madura membentuk IKAMA. Terjadi pembunuhan satu keluarga Madura oleh Dayak yang disusul dg penangkapan 38 Dayak. Lebih dari 100.000 Madura harus mengungsi di kamp, sebagian kembali ke P. Madura atau Jawa Timur. 469 mati, 456 diantaranya adalah orang Madura.

Dampak Sosial Ekonomi Di Kalteng, 200.000 Madura harus mengungsi. 70.000 – 80.000 dari Kotawaringin Timur. Human Right Watch, memperkirakan kerugian di Sanggau Ledo mencapai Rp. 13,56 miliar. Saat konflik terjadi, terjadi kelangkaan pangan karena ekonomi berhenti. Konflik juga membuat banyak sektor kehilangan tenaga kerja: transportasi sungai, becak, kebun sawit dsb.

Dampak Sosial Ekonomi Di Kalimantan : - Ketidakseimbangan ekonomi (sebagian pelaku ekonomi aktif mengungsi ke Madura). Di Madura - Dampak kemiskinan & munculnya ketergantungan pada bantuan kemanusiaan -Konflik ekonomi dan sosial dengan penduduk lokal -Adaptasi pengungsi dengan ‘budaya sendiri’

Potensi perdamaian Di sebagian daerah seperti Ketapang, ada konflik tetapi tidak berujung pada kekerasan. Salah satu faktornya karena keberadaan institusi adat (DAD). Antisipasi terhadap potensi konflik di masa mendatang, terutama terkait dengan kembalinya pengungsi dan potensi konflik dengan penduduk lokal.

Kesimpulan Latar belakang khas konflik: Eksploitasi SDA dlm skala raksasa Masyarakat adat (terutama Dayak) termarginalisasi dan menimbulkan sentimen etno-nasionalis. Madura dipandang sebagai representasi dari monopoli negara atas tanah dan sumberdaya yang mengabaikan hukum adat.

Kesimpulan Potensi terjadinya konflik ke depan : Masalah kembalinya pengungsi Gegap Gempita Pilkada Resiko Ketimpangan horisontal terbaru

Kesimpulan Hal yang perlu diperhatikan: Keamanan Administrasi Pemulihan Ekonomi Rehabilitasi Infrastruktur Sosial Manajemen Konflik terhadap Sumber Daya Alam

“Jangan terulang lagi...”

“Jangan terulang lagi...”

Perubahan Sosial Eksploitasi smber daya alam yg meminggirkan secara ekonomi dan sosial memarjinalisasi Dayak a.l. Eksploitasi hutan, Mematikan institusi adat, krn penyeragaman desa Tidak diakuinya hukum adat  pengalihan hak atas tanah  perush & Madura Peminggiran peran secara politik krn lembaga politik dikuasai oleh ‘Jakarta’ Penguasaan sektor ekonomi (informal , perkebunan, jasa, transportasi) oleh Madura