BAB III SUARA HATI DAN KESADARAN MORAL
GADIS YANG HAMIL DAN BERNIAT MENGGUGURKAN KANDUNGAN. TIGA KASUS GADIS YANG HAMIL DAN BERNIAT MENGGUGURKAN KANDUNGAN. THOMAS GRISSOM YANG MEMUTUSKAN KELUAR DARI PERUSAHAAN NUKLIR DAN MENJADI DOSEN. ARJUNA YANG MENOLAK PERANG
TAHU/SADAR BAHWA MELAKUKAN SUARA HATI MELAKUKAN KESADARAN TAHU/SADAR BAHWA MELAKUKAN
LAKUKAN TINDAKAN MORAL MENYADARI TINDAKAN TSB SUARA HATI MENYADARI TINDAKAN TSB SAKSI MATA MENILAI MENUNTUT
CUM TURUT, BERSAMA CONSCIENTIA SCIRE MENGETAHUI SUARA HATI
SUARA HATI RESTROPEKSI (Conscientia Consequens) “menilai setelah terjadi” SUARA HATI PROSPEKTIF (Conscientian Antesedent) “menilai Sebelum terjadi
- MENGHAKIMI SIFAT SUARA HATI + MEMUJI
“Berkaitan dgn personal” SUARA HATI ADI-PERSONAL “HATI YANG DI-NUR”
MUTLAK “menuntut & tak dapat dibantah” SUARA HATI UNIVERSAL “dalam situasi sama, Suara hati sama” RASIONAL “memutuskan Tanggung jawab” OBYEKTIF “tidak semau gue, Ada dasarnya”
Keteladanan & konsistensi pendidikan SUARA HATI Keluarga! Keteladanan & konsistensi
Kesadaran Moral
Alam: Manusia & Lingkungan Kesadaran Moral Menyadari Kualitas tindakkan: Baik/buruk? Kesadaran Moral Id Ego Super ego Alam: Manusia & Lingkungan
Biasa manusia membentuk kesadaran moral: Sumber Norma Moral Biasa manusia membentuk kesadaran moral: Agama Ideologi Masyarakat
Perbedaan baik-buruk belum didasarkan atas kewajiban atau norama moral TINGKAT PERTMBUHAN Usia Tahap pertumbuhan Perasaan dominan PRAMORAL: 0-6 Tahap O: Perbedaan baik-buruk belum didasarkan atas kewajiban atau norama moral Belum punya struktur penilaian moral yang jelas - PRA KONVENSIONAL Aturan punya arti tapi semata-mata dihubungkan dengan reaksi orang lain Motivasi penilaian moral: HUKUMAN DAN GANJARAN, motif lahirian dan partikular. Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuahn Anak berpegang pada kepatuhan dan hukuman. Takut pada kekuasaan dan berusaha menghindari hukuman. Tahap 2: Orientasi Relatives Instrumental Anak mendasarkan diri atas egoisme naif adang-kadang ditandai relasi timbal balik: do ut des. Takut akan akibat-akibat negatif dari perbuatan KONVENSIONAL Perhatian juga untuk maksud perbuatan: memenuhi harapan mempertahankan ketertiban. Tahap 3: Orientasi: is”. Orang berpeganpenyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi “Anak mang pada keinginan dan persetujuan dari orang lain. Pertama kalinya memperhatikan pentingnya maksud perbuatan. Perbuatan dianggap baik jika maksudnya baik. Tahap 4: Orientasi Hukum & Ketertiban: Berpegang pada tertib moral. Tekanan pada aturan tetap, otoritas, pertahanan dan satbil. Rasa bersalah terhadap orang lain jika tidak mengikuti tuntutannya.
Orientasi Kontrak sosial legalistis TINGKAT PERTMBUHAN Usia Tahap pertumbuhan Perasaan dominan PASCA KOVENSIONAL TAHAP 5: Orientasi Kontrak sosial legalistis Orang berpegang pada perstujuan demokratis, kontrak sosial, konsensus bebas. TAHAP 6: Orientasi prinsip etika universal Orang berpegang pada hati nurani yang ditandai oleh universalitas nilai. Penyesalan dan hukuman
Beberapa sifat khas perkembangan Perkembangan bersifat tetap dalam urutan tahapnya. Orang mengerti hanya satu tahap sebelum dan sesudahnya. Secara kognitif, orang tertari pada satu tahap di atasnya. Perpindahan tahap moral terjadi ketika terjadi ketidak-seimbangan kognitif dalam penilaian moral Tahap 6 adalah tahap tertinggi.
Shame Culture & Guilt Culture Schame Culture: ditandai rasa malu, berhubungan dengan nama baik, hormat, reputasi, gengsi, dll; ditutupi, hukuman dari luar/eksternal (masyarakat) Guilt Culture: ditandai rasa salah, dosa, karena perbuatan itu sendiri (internal), hukuman dari batin orang itu sendiri.