Menjadi Promotor Disertasi Sesudah konsep pertama disertasi selesai ditulis, dipertengahan tahun 1967 saya berangkat ke Jakarta dan Bandung untuk konsultasi lebih lanjut. Pada waktu itu sudah dicapai pemufakatan bahwa Bung Hatta akan bertindak sebagai promotor, sedang Pak Njoto menjadi co-promotor, dengan tugas masing-masing mempersiapkan promosi dan memberi bimbingan teknis. Di Bandung saya menghadiri Dies Natalis Universitas Pajajaran, pada kesempatan itu Dr. Hatta mengucapkan pidato pengukuhan beliau sebagai guru besar. Selama di Pulau Jawa, saya beberapa kali bertemu dengan Dr. Hatta dan Prof. Njoto Amidjojo di Bandung dan Jakarta untuk bertukar pikiran dan menerima petunjuk lebih jauh. Pengaruh aliran Rotterdam yang cenderung kajian komparatif dan lebih realivistis ketimbang mazhab Amsterdam, cukup kentara pada kedua tokoh itu. Saya tidak mendapat kesukaran dalam menyesuaikan gagasan-gagasan itu dengan ajaran yang saya terima sebagai mahasiswa dari para guru besar Amerika yang datang mengajar di Jakarta, dalam rangka program yang dirintis Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai dekan fakultas. Sementara itu saya rajin mengunjungi perpustakaan-perpustakaan dan melakukan wawancara dengan pimpinan beberapa perusahaan besar. Data lapangan berupa studi-studi kasus untuk sebagian sudah terkumpul berkat bantuan staf Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Saya tetap berhutang budi kepada para asisten saya itu. Di Jakarta Bung Hatta sempat mengantar saya ke perpustakaan pribadi beliau di lantai atas rumah Jalan Diponegoro No. 57, suatu ruangan yang memanjang, terbuka dan sejuk, dengan deret-deret buku yang tersusun rapi dan bersih. Untuk memasuki ruangan itu kami harus naik tangga yang ditutupi permadani, dihias dengan tanaman dalam pot di sisi kiri dan kanan. Calon promotor saya memang kutu buku, setelah membolak-balik beberapa buku standar, beliau mengatakan singkat, “U kijkt maar zelf” (Silakan lihat sendiri). Koleksi Bung Hatta menunjukkan minat beliau yang luas, menjangkau berbagai bidang ilmu pengetahuan yang mewakili karya-karya berbahasa Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda, selain bahasa Indonesia. Pada triwulan terakhir tahun 1967 saya bertolak ke Jakarta lagi untuk menyelesaikan naskah, kali ini disertai istri dan anak. Di Bandung saya memberi serangkaian kuliah tamu, sedang di Jakarta diusahakan persetujuan Universitas Indonesia sebagai almamater saya, yang akhirnya diperoleh dari dekan Fakultas Ekonomi yang baru, Dr. Ali Wardhana. Bung Hatta ternyata cukup sibuk, setiap kali bertemu saya hanya dapat berbicara singkat dengan beliau. Namun sikap beliau selalu correct, cermat, dan amat mengesankan. Tidak pernah biar sedetik pun perhatian beliau luntur, sekalipun reaksi diungkapkan dengan beberapa kata saja, tidak berlebih-lebihan. Willem H. Makaliwe, Pribadi Manusia Hatta, Seri 11, Yayasan Hatta, Juli 2002