ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perkembangan sosial pada anak-anak tengah
Advertisements

MASA DEWASA AWAL DAN MADYA
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS
Ruang Lingkup Psikologi
KRITERIA & KLASIFIKASI GANGGUAN MENTAL
Asesmen Klinis (4) Pendekatan Keperlakuan
Psikiatri: Asesmen psikiatri dasar
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
PENGERTIAN EMOSI Perasaan (feeling) atau afek yang meliputi antara perubahan fisiologis dengan tingkah laku nyata (overt behavior) Klasifikasi emosi :
DALAM KEPERAWATAN JIWA
PELAKSANAAN KONSELING
MSE dan Riwayat Medis Silvina Ekos.
PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
Couple Therapy (1) KBK BLOK KLINIS 7 April 2014
Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep SpKom
SEHAT MENTAL World Health Organization (WHO): Sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara penuh, bukan semata-mata absennya.
Abnormal Behavior Akademi Perawat Panti Waluya Prepared by: Cicilia Evi GradDiplSc., M. Psi.
PSIKOLOGI ABNORMAL & PSIKOPATOLOGI
Psikologi Remaja.
HALLO APA KABAR??.
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
PERTEMUAN 7 (OCT, 15TH, Yeni Widyastuti)
Tes Psikologi.
KESEHATAN MENTAL DI SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
STRESS.
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
Pertemuan II Psikologi Perkembangan Anak
Dissociative disorder
ASSESMENT PENGANTAR INTERVENSI.
Arti Psikodiagnostika
PELAKSANAAN KONSELING
Psikiatri: Asesmen psikiatri dasar
PSIKOLOGI KLINIS Sri Hastuti Handayani.
NASKAH PSIKIATRI Kuliah 6
PERILAKU MENCARI BANTUAN
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
Aplikasi, Perspektif & Metode Penelitian Dalam Psikologi
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
GIZI PADA ANAK DAN REMAJA
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
Asesmen Gangguan Psikologis
MASA DEWASA AWAL DAN MADYA
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
Ruang Lingkup Psikologi
PEMBUATAN KUESIONER Oleh Kelompok IV Afriyani Rahmi
Aspek Pemasaran Menganalisis pemasaran secara komprehensif bertujuan untuk merinci pemasaran secara lebih jelas dimulai dari memahami dan mengerti betul.
Akademi Perawat Panti Waluya 9 Januari 2010
PSIKOLOGI KESEHATAN.
A. Dian Savitri,S.Psi,M.Si,Psikolog
ASESMEN DALAM PSIKOLOGI KLINIS
Komunikasi pada bidang maternitas
Yeny Duriana Wijaya, M.Psi., Psi
Mengelola Stres pada Pekerja Kemanusiaan: Membantu diri sendiri
PSYCHOSOCIAL PROBLEMS RELATED TO DISASTER AND MANAGEMENT
PSIKOLOGI DAN DAN BAGIANNYA
Pembimbing: dr. Dina Fitriningsih,SpKJ, MARS
Interview Suatu situasi dimana terjadi pembagian pandangan dan informasi antara 2 orang yg bertemu. Terjadi pembentukan relasi antar personal. Terjadi.
Teori & Metode Memperkirakan Kepribadian
Aspek Pemasaran Menganalisis pemasaran secara komprehensif bertujuan untuk merinci pemasaran secara lebih jelas dimulai dari memahami dan mengerti betul.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
ASUHAN KEPERAWATAN PD KLIEN ISOLASI SOSIAL
Metode Penelitian, Aplikasi & Perspektif dalam Psikologi PERTEMUAN 2
PSIKOLOGI ABNORMAL & PSIKOPATOLOGI
Perkembangan anak Usia SD
Psychological Disorders
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
PERILAKU MENCARI BANTUAN
Transcript presentasi:

ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS SRI HASTUTI HANDAYANI

PENGERTIAN ASESMEN “Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).

PROSES ASESMEN KLINIS PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES COLLECTING ASSESSMENT DATA COMMUNICATING ASSESSMENT DATA DATA PROCESSING AND HYPOTHESIS FORMATION

I. PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.

Tabel Tingkat asesmen dan data yang berkaitan JENIS DATA 1. Somatis Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb 2. Fisik Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb 3. Demografis Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb 4. Overt behavior Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb 5. Kognitif/intelektual Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb 6. Emosi/afeksi Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb 7. Lingkungan Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi geografis, dsb

PEDOMAN PENDATAAN KASUS : Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, umur, agama, pendidikan, suku bangsa. Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien. Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb. Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga yang dekat dengan klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb. Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal kehidupannya. Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara, permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb.

Lanjutan Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb. Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati, prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb. Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam menghadapi pekerjaan, dsb. Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb. Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam pemuasan kebutuhan seksual, dsb. Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam rumah tangga, dsb.

Lanjutan Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi : tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb. Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan ide. Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting, dsb. Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb. Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien.

Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan : Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego, perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense mechanism. Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya. Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau mempersepsi dunia.

TUJUAN ASESMEN KLINIS 1. Klasifikasi Diagnostik Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996). Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan. Memungkinkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).

Klasifikasi Diagnostik Sejak thn 1900, sdh dilakukan teknik pengklasifikasian gangguan mental, tp baru diakui thn 1952 ketika APA (American Psychiatric Association) menerbitkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, yg dikenal dg DSM I. Thn 1968 WHO mengeluarkn International Classification of Diseases (ICD), shg DSM I drevisi dan disamakan dg ICD, kmd terbit DSM II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi utk mndeskripsikn dan mendiagnosa perilaku abnormal, ttp tdk mnjelaskan ttg aturan sbg pedoman dlm memutuskan suatu diagnostik (tdk ada kriteria yg jelas shg sulit utk pngklasifikasikan diagnostik)

Lanjutan....... Thn 1980 DSM II berubah mjd DSM III, Thn 1987 direvisi menjadi DSM III-R, sdh ada kriteria operasional utk msg2 label diagnostik, yg meliputi simptom utama dan simptom spesifik serta durasi simptom muncul, juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien dideskripsikan ke dlm 5 dimensi (axix), yaitu: Axix I : 16 gangguan mental major Axis II: Berbagai problem perkembangan & gangguan kepribadian, Axis III : Gangguan fisik atau kondisi2 yg mungkin berhub dg gangguan mental. Axis IV : Stressor psikososial (lingkungan) yg mungkin memberi kontribusi thd gangguan pd axix I dan II. Axis V : Rating thd fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dlm satu tahun terakhir.

Lanjutan..... Thn 1988, APA membuat DSM IV, dg alasan: Bbrp kriteria diagostik DSM III-R msh tll samar dan mbuka peluang utk muncul bias dlm pnggunaannya. Pd axis II, IV dan V punya kekurangan dlm pengukurannya. DSM IV tetap mnggunakan pendekatan multiaxial, hanya ada modifikasi dlm terminologi sblmnya dan skema rating yg digunakan pd bbrp axis. Saat ini yg digunakan DSM IV-TR (Text Revised) sbg pedoman klinisi dan profesional utk menentukan diagnostik

Diagnostik multiaxial DSM IV-TR Axis I : Gangguan klinis & kondisi lain yang mungkin menjadi fokus klinis Axis II : Gangguan kepribadian & mental retardasi Axis III : Kondisi medis umum Axis IV : Problem psikososial dan lingkungan Axis V : GAF (Global Assessment of Functioning) rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun terakhir

Axis I : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions Ditujukan untuk melaporkan semua gangguan klinis atau kondisi-kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis kecuali untuk gangguan kepribadian dan retardasi mental (yang dilaporkan pada aksis II)

Kelompok Gangguan Axis I Gangguan yang biasanya didiagnosis pada bayi, masa anak-anak atau remaja, dewasa dan orang tua (lansia), kecuali retardasi mental yang didiagnosis pada aksis II. Delirium, Demensia, Amnesia, dan gangguan kognitif lain. Gangguan mental karena kondisi medis umum. Gangguan yang terkait dengan penggunaan zat. Gangguan mood. Gangguan kecemasan. Gangguan somatoform

Kelompok Gangguan Utama Axis 1 Gangguan factitious Gangguan disosiatif Gangguan identitas seksual dan gender Gangguan makan Gangguan tidur Gangguan impuls kontrol yang tidak terklasifikasikan di tempat lain. Gangguan penyesuaian. Kondisi-kondisi lain yang mungkin jadi fokus perhatian psikologi klinis.

Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation Aksis II ditujukan untuk melaporkan gangguan kepribadian dan retardasi mental. Mungkin juga digunakan untuk memperhatikan ciri-ciri kepribadian maladaptive yang menonjol dan defence mechanism

Jenis Gangguan Aksis II Gangguan kepribadian paranoid Gangguan kepribadian narcissistic Gangguan kepribadian schizoid Gangguan kepribadian menghindar Gangguan kepribadian schizotypal Gangguan kepribadian dependen Gangguan kepribadian anti sosial Gangguan kepribadian obsessive-kompulsif Gangguan kepribadian boderline Gangguan kepribadian yang tidak ditetapkan Gangguan kepribadian histrionik Retardasi mental

Axis III : General Medical Conditions Aksis III untuk melaporkan kondisi-kondisi medis umum yang tengah terjadi dan secara potensial relevan dengan pemahaman atau penanganan gangguan mental seseorang

Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems Aksis IV ditujukan untuk melaporkan problem psikososial dan lingkungan yang mungkin mempengaruhi diagnosis, pengobatan, dan prognosis gangguan mental (aksis I dan II)

Problem2 yg dikelompokan dlm Axis IV Problem dengan primary support group Problem terkait dengan lingkungan sosial Problem pendidikan Problem pekerjaan Problem perumahan Problem ekonomi Problem yang berkaitan dengan pelayanan perawatan kesehatan Problem yang berkaitan dengan sistem legal/kriminalitas Problem psikososial dan lingkungan lainnya

Axis V: Global Assessment of Functioning (GAF) Ditujukan untuk pertimbangan terhadap tingkat fungsi keseluruhan seseorang. Informasi ini bermanfaat dalam merencanakan perawatan dan mengukur dampaknya, serta dalam memprediksi hasil. Pelaporan fungsi umum pada aksis V bisa dilakukan dengan menggunakan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale. Skala GAF secara khusus bermanfaat untuk mengetahui kemajuan klinis seseorang secara global, menggunakan satu ukuran. Skala GAF dinilai hanya berkaitan dengan fungsi psikologi, sosial, dan pekerjaan

2. DESKRIPSI Untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh harus mempertimbangkan tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam asesmen harus bs menggambarkan motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif akan memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.

3. PREDIKSI Asesmen digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.