BAB 2 B Masa Awal Tes di Amerika Serikat
Outline Penggunaan dan Penyalahgunaan di Masa Awal di Amerika Serikat Tes-Tes Kelompok dan klasifikasi Calon Tentara PD I Pengujian Pendidikan di Masa Awal Pengembangan Tes-tes Bakat Pengujian Kepribadian dan Vokasional setelah PD I Asal Mula Pengujian Proyektif Pengembangan Inventori Minat
Berlimpahnya jumlah tes yang dikembangkan di awal abad 20 membantu membentuk sifat-sifat tes masa kini.
Penggunaan dan Penyalahgunaan di Masa Awal di Amerika Serikat Pada tahun 1906, Henry H. Goddard dipekerjakan oleh Vineland Training Schoold di New Jersey untuk melakukan penelitian tetang klasifikasi dan pendidikan bagi anak-anak yang “lemah otak”. Goddard (1910b) menguji 378 penghuni panti Vineland dan mengakategorikan mereka berdasarkan diagnosis dan umur mental. Ia mengklasifikasikan 73 penghuni sebagai idiot karena umur mental mereka 2 tahun atau kurang; 205 disebut imbisil dengan umur mental 3 hingga 7 tahun dan 100 penghuni dianggap lemah otak dengan umur mental 8 hingga 12 tahun.
Goddard memiliki reputasi sebagai salah satu ahli terkemuka dalam penggunaan tes-tes intelegensi untuk mengidentifikasi orang-orang dengan kecerdasan lemah. Keahlian tersebut dengan segera menjadi amat dibutuhkan. Pada awalnya, Goddard tidak khawatir dengan dugaan ancaman kelemahan otak yang muncul dari para imigran. Ia menulis bahwa tidak ada angka statistik yang memadai dan bahwa opini umum terkait persentase yang tidak tepat tentang para imigran yang lemah mental “terlalu dilebih-lebihkan (Goddard, 1912).
Goddard selanjutnya menjadi yakin bahwa tingkat kelemahan otak jauh lebih tinggi dari pada yang diperkirakan oleh para dokter yang bekerja di layanan imigrasi. Dalam kenyataannya, Goddard adalah salah satu psikolog Amerika yang paling berpengaruh pada awal tahun 1900-an.
Salah satu penggunaan paling awal dari tes IQ seperti Stanford-Binet adalah tes bagi bakat. Pelopor atas penerapan ini adalah Leta Stetter Hollingworth (1886-1939) yang menghabiskan karier singkatnya dengan berfokus pada psikologi orang jenius. Diantara banyak perubahan yang menghasilkan gengsi Stanford-Binet yang tidak perlu dipertanyakan lagi adalah penggunaan IQ yang kini tidak asing untuk mengekspresikan hasil-hasil tes. Jumlah soal ditambah hingga 90 dan skala baru tersebut sesuai bagi mereka yang menderita retadarsi mental, anak-anak dan orang dewasa mental serta “superior”.
Tes-Tes Kelompok dan klasifikasi Calon Tentara PD I Diantara orang-orang pertama yang mengembangkan tes kelompok adalah adalah Pyle (1913) yang menerbitkan norma anak-anak sekolah untuk serangkaian tes yang terdiri dari pengukuran yang sudah sering digunakan seperti rentang memori, penggantian angka-simbol dan asosisasi kata lisan (dengan cepat menuliskan kata sebagai respons terhadap stimulus kata).
Alpha didasarkan pada karya Otis yang ketika itu belum dipublikasikan (1918) dan terdiri dari delapan tes bermuatan verbal untuk para calon tentara yang berfungsi rata-rata dan tinggi. Delapan tes tersebut adalah : Mengikuti perintah-perintah lisan. Penalaran Aritmatika, Penilaian Praktis, Pasangan sinonim-antonim, Kalimat-kalimat yang tak beraturan, Melengkapi rangkaian angka, Analogi, Informasi.
Army beta adalah tes kelompok nonverbal yang dirancang untuk digunakan bagi orang-orang yang buta aksara dan para calon tentara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris. Data tes yang diperoleh Yerkes sangat banyak tetapi hanya memiliki dampak praktis yang kecil terhadap efisiensi Angkatan Bersenjata karena resistensi cara berfikir militer terhadap inovasi ilmiah.
Puluhan ribu calon tentara memperoleh skor nol mutlak pada banyak subtes bukan karena terbelakang mental, namun karena mereka tidak dapat memahami instruksi-instruksi pada instrument-instrumen baru yang membingungkan.
Pengujian/Tes Pendidikan di Masa Awal Baik atau buruk, skema besar Yerkes untuk menguji para calon tentara membantu ke era tes kelompok. Army alpha dan Beta juga dirilis untuk penggunaan umum. Tes-tes ini segera menjadi purwa rupa (prototype) untuk sekelompok besar tes kelompok dan memengaruhi ciri tes-tes intelegensi, ujian masuk perguruan tinggi, tes prestasi skolastik dan tes bakat.
Salah satu konsekuensi spesifik dari pengujian ketentaraan adalah ketika Dewan Riset Nasional (National Research Council) sebuah organisasi ilmuwan pemerintah menyusun Tes Intelegensi Nasional yang kemudian dilaksanakan pada 7 juta anak di Amerika Serikat selama tahun 1920-an. Pemberian skor dengan mesin diperkenalkan pada tahun 1930-an yang membuat tes kelompok objektif menjadi lebih efisien ketimbang sebelunya. Tes-tes tersebut kemudian berkembang menjadi tes-tes Dewan Perguruan Tinggi yang ada saat ini, khususnya Tes Bakat Skolastik (Scholastic Aptitude Tests) yang kini disebut Tes Pengukuran Skolastik (Scholastic Assesmen Tests).
Pengembangan Tes-tes Bakat Tes-tes bakat mengukur kemampuan yang lebih spesifik dan terbatas ketimbang tes-tes intelegensi. Tes bakat tunggal hanya akan mengukur satu wilayah kemampuan dan serangkaian tes bakat berganda akan menghasilkan skor-skor dalam beberapa area kemampuan yang berbeda.
Pengembangan tes bakat tertinggal dari tes intelegensi karena dua sebab yaitu sebab statistikal dan sosial. Masalah statistical adalah bahwa suatu teknik baru yaitu analisis factor, kerap dibutuhkan untuk mengetahui bakat-bakat mana yang utama sehingga berbeda satu sama lain. Sebab kedua lambatnya pertumbuhan serangkaian tes bakat adalah ketiadaan penerapan praktis atas instrument-instrumen yang telah disempurnakan tersebut.
Pada PD II muncul kebutuhan mendesak untuk menyeleksi para calon yang paling tepat untuk melakukan tugas-tugas yang sangat sulit dan khusus. Persyaratan kerja pilot, insinyur penerbangan dan navigator sangat spesifik dan ketat.
Pengujian Kepribadian dan Vokasional setelah PD I Hampir semua inventori, skedul dan kuesioner kepribadian modern berhutang jasa pada Lembar Data Pribadi (Personal Data Sheet) Woodworth (1919). Lembar Data Pribadi terdiri dari 116 pertanyaan yang harus dijawab subjek dengan menggarisbawahi jawaban Ya atau Tidak. Pertanyaan-pertanyaannya benar-benar “sangat gamblang” dan sebagian besar mencakup simtomatologi yang cukup serius. Contoh pertanyaannya antara lain : Apakah gagasan-gagasan melintas di benaak anda sehingga anda tidak dapat tidur ? Apakah anda dulu dianggap anak nakal ? Apakah anda terganggu oleh perasaan bahwa segala sesuatu tidak nyata? Apakah anda memiliki keinginan kuat untuk bunuh diri ?
Perkembangan besar berikutnya adalah inventori neurosis yaitu Skedul Kepribadian Thurstone (Thurstone Personality Schedule). Setelah terlebih dulu menghapus ratusan soal yang dijawab dengan ya-tidak, dari inventori Woodworth dan sumber lainnya secara rasional Thurstone memasukkan pertanyaan-pertanyaan dalam kaitannya dengan bagaimana umumnya orang-orang neurotic akan menjawab pertanyaan tersebut.
Dari tes Thurstone berkembang Inventori Kepribadian Bernreuter (Bernreuter Personality Inventory). Inventory ini sedikit lebih baiak ketimbangan pendahulunya yakni tes Thurstone, dalam mengukur empat dimensi kepribadian, kecenderungaan neurotic, kecukupan diri, introversi-ektraversi dan dominasi-submisi.Inovasi besar dalam konstruksi tes adalah bahwa soal tes tunggal dapat berkontribusi lebih besar ketimbang satu skala.
Asal Mula Pengujian Proyektif Pendekatan proyektif diawali dengan metode asosiasi kata yang dipelopori Francis Galton pada akhir tahun 1800an. Galton memberikan waktu empat detik bagi dirinya untuk menyebut sebanyak mungkin asosiasi terhadap suatu stimulus kata dan kemudian mengkategorikan asosiasinya sebagai membeo termediasi citra atau representasi histrionik.
Kent dan Rosanoff (1910) memberikan rasa Amerika yang khas pada metode asosiasi dengan menabulasi reaksi 1000 subjek normal pada satu daftar 100 kata stimulus. Tabel ini dirancang untuk menyediakan suatu basis guna membandingkan reaksi subjek-subjek normal dan subjek-subjek yang “tidak waras”.
Teknik penyeleaian kalimat juga berawal padaa era ini melalui karya Payne (1928). Terdapat banyak perluasan dan variasi pada teknik ini yang berupa baris kalimat seperti : “Saya bosan bila ….. “. Yang diberikan pada subjek dan kemudian meminta mereka menyelesian kalimat tersebut. Masalah pemberian skor dan interpretasi yang menyulitkan para pengembang tes penyelesian kalimat di masa awal masih belum teratasi hingga kini.
Tes Buck (1948), Rumah – Pohon – Orang sedikit lebih terstandardisasi dan terstruktur serta meminta subjek untuk menggambar sebuah rumah sebatang pohon dan satu orang. Menggambar orang sebagai pendekatan proyektif untuk memahami kepribadian masih digunakan dewasa ini dan kami menyediakan satu bab tersendiri untuk membahas perkembangan-perkembangan modern dalam praktek ini.
Pengembangan Inventori Minat Ketika para ahli klinis mengembangkan alat-alat ulur untuk menganalisis kepribadian dan konflik-konflik bawah sadar , para psikolog lain menyusun alat ukur untuk bimbingan dan konseling bagi sejumlah besar orang-orang normal. Hal yang paling utama di antara alat-alat ukur semacam itu adalah inventori minat, yang berakar pada studi tren perkembangan Thorndike (1912) pada minat 100 mahasiswa.
Pada tahun 1912-1920, Yoakum mengembangkan kumulan sebanyak 1000 soal yang berkaitan dengan minat dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa awal.
Terima Kasih