Intan Silviana Mustikawati ANALISIS PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN (HEALTH SEEKING BEHAVIOR) PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI MUARA ANGKE, JAKARTA Intan Silviana Mustikawati
Latar Belakang Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan balita di negara berkembang Diperkirakan 10 juta anak di dunia meninggal tiap tahun akibat diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (WHO, 2007) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5%
Latar Belakang Setiap tahun, jutaan anak terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah meninggal karena keterlambatan dalam mengakses pengobatan (WHO, 2007) Kasus ISPA pada balita disebabkan oleh salah satunya adalah perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan ibu ketika balitanya menderita ISPA (Prabu, 2009)
Latar Belakang Kebanyakan masyarakat masih sering salah menyimpulkan gejala ISPA yang sebagian besar bersifat ringan, sehingga terlambat dalam penanganan oleh pihak medis Pneumonia/kematian
Latar Belakang Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di Puskesmas Muara Angke, Jakarta Utara Diperlukan upaya tindakan penyakit ISPA yang lebih dini untuk mencegah terjadinya penyakit yang lebih parah
Tujuan Penelitian 1 Memperoleh informasi mendalam (indepth) mengenai perilaku pencarian pengobatan penyakit ISPA pada balita 2 Memperoleh informasi mendalam (indepth) mengenai faktor determinan perilaku pencarian pengobatan penyakit ISPA pada balita
Tahapan Komponen Studi Survey lapangan dan observasi Pengumpulan data melalui wawancara mendalam (Indepth interview) Analisa Data dan Pembahasan
Rumusan Masalah “Bagaimana perilaku pencarian pengobatan penyakit ISPA pada balita di Muara Angke, Jakarta Utara, serta apa saja faktor determinannya?”
Tinjauan Pustaka Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu atau kelompok untuk melakukan atau mencari pengobatan (Notoatmodjo, 2007)
Tinjauan Pustaka Perilaku pencarian pengobatan; Tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (No Action) Tindakan mengobati sendiri (Self Treatment) Berobat ke fasilitas pengobatan tradisional (Traditional Remedy) Membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya Berobat ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik ( private medicire)
Tinjauan Pustaka Faktor determinan perilaku pencarian pengobatan (Green, 2000) Predisposing; Pengetahuan, sikap, kepercayaan Enabling; Sarana dan prasarana Reinforcing; Peraturan, sikap tokoh masyarakat
Tinjauan Pustaka ISPA merupakan infeksi yang terdapat pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang banyak menyerang bayi dan balita, dengan gejala-gejala batuk, serak, pilek, panas atau demam (suhu badan lebih dari 38,5ºC), dan sesak napas
Tinjauan Pustaka Pengobatan ISPA; Bukan Pneumonia Obat batuk dan penurun panas Pneumonia Obat antibiotik kotrimoksasol peroral kotrimoksasol peroral -Pneumonia berat Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen, dsb. Pencegahan ISPA; Penemuan dini penderita ISPA Penatalaksanaan kasus ISPA Pemberian makanan bergizi
Tinjauan Pustaka Hal yang perlu diperhatikan; Tindakan pengobatan sendiri hanya dapat dilakukan pada ISPA non pneumonia yaitu pada keadaan batuk-pilek ringan Jika dalam waktu 4 hari penderita tidak sembuh, atau timbul gejala pneumonia, utamanya pada anak balita, segera konsultasikan ke dokter atau unit pelayanan kesehatan
Tempat dan waktu penelitian Metode Penelitian Tempat dan waktu penelitian Muara Angke, Jakarta Utara Bulan Mei 2014 Jenis penelitian Community Cross – Sectional Study Populasi dan Sampel Ibu-ibu yang mempunyai anak balita Petugas kesehatan
Metode pengumpulan data Metode Penelitian Sumber data Data primer dan sekunder Metode pengumpulan data Wawancara mendalam (indepth interview) Analisa data Content analysis dengan melakukan uji validitas meliputi triangulasi sumber, metode, dan data
Terima Kasih