LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU
ANGGOTA : 1. Amaliyatul Fauziah 008 2. Risky Octavianis 036 3 ANGGOTA : 1. Amaliyatul Fauziah 008 2. Risky Octavianis 036 3. Devy Trirachmawati 076
A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika sebagai seni atau ketrampilan yakni seni atau asas-asas pemikiran yang tepat, lurus, dan semestinya. Sebagai ketrampilan, logika adalah seni dan kecakapan menerapkan hukum-hukum atau asas-asas pemikiran itu agar bernalar dengan tepat, teliti, dan teratur. Hadiatmaja dan Kuswa Endah (2011:9) menyatan bahwa logika adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir tepat, yaitu mengikuti kaisdah-kaidah berpikir yang logis. Pembahasan dalam ilmu logika ialah ukuran atau norma berpikir, yaitu kemampuan akal budi manusia untuk mencapai kebenaran. Maksudnya cabang filsafat yang membicarakan aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil simpulan secara benar dan tepat. Kalau begitu filsafat ilmu juga mengajak para ilmuwan untuk berpikir logika, agar ilmu yang dimiliki semakin terpercaya
Dipandang dari aspek waktu dan kecanggihan, logika dibagi menjadi dua, yaitu Logika tradisional atau logika naturalis, yaitu cara berpikir yang sederhana yang berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia yang sejak lahir sudah dilengkapi alat berpikir. Logika modern atau logika artifisialis yang dipelopori oleh Aristoteles dalam bukunya “Organeri” yang berarti instrumen atau alat untuk berpikir. Logika artifisialis dibedakan menjadi dua macam yaitu Logika formal yaitu ilmu logika yang mempelajari cara-cara atau pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil dari logika formal yang diuji dengan kenyataan-kenyataan dalam praktik di lapangan. Logika material mempelajari sumber-sumber pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya ilmu pengetahuan, yang kemudian merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Logika merupakan argumentasi yang nalar ketika digunakan untuk memandang sebuah fenomena. Setiap ilmu memiliki objek yang khas dibanding pengetahuan yang tidak tergolong ilmu. Setiap ilmu selalu menggunakan logika tertentu untuk memperoleh kebenaran. keterkaitan ilmu, logika, dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Semua ilmu memanfaatkan penalaran. Lewat filsafat ilmu orang dapat berpikir logis tentang masalah yang dihadapi.
Logika adalah ilmu dan sekaligus ketrampilan berpikir. Ketrampilan menalar dengan tepat adalah kecapakan yang diperoleh dari latihan yang terus-menerus sehingga tercipta suatu kebiasaan yang mantap pada akal budi kita untuk berpikir sesuai dengan hukum-hukum atau prinsip-prinsip pemikiran. Penalaran (bentuk pemikiran) berkaitan sangat erat dengan aktivitas akal budi manusia “berpikir”. Berpikir itu merupakan bagian dari kehidupan manusia. Semua orang sudah melakukannya. Dengan berpikir, kita mampu berdialog, menulis, mengkaji suatu uraian, mendengarkan penjelasan-penjelasan, dan mencoba menarik kesimpulan.
B. MANFAAT LOGIKA DALAM PERKEMBANGAN ILMU Logika memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia. Setiap orang sejak masa lampau tentu sudah memikirkan dunia ini dengan logika. Ketika sekoalh SD dulu, pasti ada pelajaran logika, yang diselipkan pada aneka pelajaran, seperti IPS, IPA, matematika, dan bahasa. Ketika guru menjelaskan benda yang berat jenisnya lebih berat dibanding air, akan tenggelam, disitulah permainan logika. Ketika guru menjelaskan hitungan dengan model gunggung susun atau para gapit, itulah logika matematika yang ditanamkan. Banyak sekali ilmu yang dikuasai manusia, harus diraih, dan diterima dengan logika.
Menurut aristoteles “logika” adalah persiapan yang mendahului ilmu-ilmu atau alat (organon) untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan. Orang pertama yang menggunkan istilah “logika” adalah Cicero (abad pertama sebelum masehi) dalam pengertian “seni berdebat”. Pada permulaan abad ketiga masehi, Alexander Aphrodisias menggunakan kata istilah “logika” dengan arti yang dikenal sekarang. Immanuel kant (Abad XVIII) mengatakan logika tidak mengalami perkembangan. Akan tetapi pada pertengahan abad XIX logika mengalami perkembangan karena ada usaha dari beberapa tokoh yang mencoba menerapkan matematika ke dalam logika. Gejala itu kini dikenal sebagai saat munculnya logika modern. Sejak saat itu logika dibedakan menjadi logika tradisional/klasik dan logika modern yang lazim dikenal sebagai logika matematika/simbolik. Logika tradisional/klasik adalah sistem ciptaan Aristoteles yang berfungsi untuk menganalisa bahasa. Sedangkan logika modern berusaha menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang non-bahasa. Dengan demikian keduanya berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu memahami kedua macam logika dengan baik merupakan bantuan yang sangat besar dalam berpikir yang teratur, tepat, dan teliti.
Manfaat Logika antara lain : Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapangan kehidupan). Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan autoritas, emosi, dan prasangka. Logika – di masa yang sekarang dikenal sebagai “era of reason’”– membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu memberakan yang benar dari yang palsu. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesehatan.
C. MACAM - MACAM LOGIKA Ilmu memiliki objek pemikiran dua macam yaitu : (1) Logika dan (2) Konfirmasi. Maksudnya. Ilmu seharusnya bermain diatas logika dan didukung oleh data (konfirmasi). Tanpa logika ilmu kurang bermakna. Logika akan mengarahkan seorang peneliti ketika mencari kebenaran. Logika mengutamakan kesadaran dan nalar yang jernih dalam segala hal. Logika yang nalar harus didukung oleh konfirmasi, artinya ada penjelasan dan pemahaman mendalam. Konfirmasi dapat menjadi jalan mencapai kebenaran ketika didukung oleh strategi berpikir logis. Konfirmasi merupakan langkah pembuktian ilmu, yang didukung data-data mantap. Dalam filsafat ilmu yang hendak dilacak pada dasarnya ada dua, yaitu : (1) kebenaran dan (2) fakta. Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu. Kebenaran pun perlu didukung oleh fakta. Kebenaran yang didukung oleh fakta, diperoleh melalui aplikasi berpikir metodologis. Berpikir metodologis dilandasi oleh fakta-fakta yang lengkap. Fakta-fakta yang signifikan dalam mencari kebenaran, sering disebut data. Dengan kata lain, data merupakan modal untuk menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta selalu bermain diatas logika.
Macam-macam logika berpikir yaitu First order yaitu cara berpikir yang menggunakan logika matematika. Fakta, dalam logika matematika harus didasarkan pada fakta objektif. Logika matematika selalu dibangun atas dasar fakta-fakta yang andal. Daya tahan logika matematika memang agak lama, logika matematika dilandasi oleh apa aja yang ditangkap oleh indra kita. Second order (bahasa) biasanya banyak digunakan untuk mengambil kesimpulan fakta-fakta bahasa dan sastra. Ada dua teori yang terkait second order, yaitu (1) formal thinking, yaitu teori bahasa platonik, untuk doktor linguistik. Manusia itu sebenarnya mampu berpikir formal. Lahirlah kata benda, kerja, sifat. Orang mampu berpikir normal sehingga ada subjek, predikat, dan objek. (2) subjective thinking yaitu teori bahasa comski, untuk doktor sastra. Yang diekspresikan yang ada dalam pikiran kita.
Macam-macam logika yaitu Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling tidak dikurangi. Logika kodratiah ada pada setiap manusia karena kodratnya sebagai makhluk rasional. Sejauh manusia itu memiliki rasio maka ia dapat berpikir. Atau dengan akal budi manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja. Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan atau disengaja. Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berada dengan si B atau “makan” tidak sama dengan “tidur”. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir logis dengan mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain misalnya, seorang pedagang tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju dibidangnya. Logika ilmiah adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus/sah. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar secara tepat/semestinya. Bagaimana menghindari kekeliruan dan kesesatan dalam berpikir? Namun harus disadari bahwa logika ilmiah adalah keterangan lebih lanjut atau penyempurnaan atas logika kodratiah.
Dari tiga macam logika itu, selalu memiliki kegunaan untuk menemukan kebenaran. Logika menawarkan pemikiran analitik dan sintetik untuk menyusun suatu kebenaran. Ada perbedaan antara kebenaran bentuk dan kebenaran isi. Logika yang membicarakan tentang kebenaran bentuk disebut logika bentuk/formal (formal logic) sedangkan logika yang membahas tentang kebenaran isi disebut logika material (material logic). Kedua logika berpikir ini saling melengkapi dalam hidup manusia. Selanjutnya logika formal disebut juga logika minor dan logika material disebut juga logika mayor. Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkadang dalam argumentasi tersebuut. Yang harus diperhatikan disitu ialah penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi premis atau dasar penyimpulan.
Pola susunan penalaran itu disebut bentuk penalaran Pola susunan penalaran itu disebut bentuk penalaran. Penalaran dengan bentuk yang tepat disebut penalaran yang tepat atau sahih (valid). Jadi tanda-tanda M, P, dan S dapat diganti dengan pengertian apa saja, asal susunan premis (yang dijadikan dasar penyimpulan) tepat dan konklusi sungguh-sungguh ditarik secara logis dari premis maka penalaran itu tepat/sahih. Misalnya : Malaikat itu benda fisik. Batu itu malaikat. Maka, batu itu benda fisik.
Argumen ilmiah mementingkan struktur penalaran yang tepat atau sahih (valid) sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, kebenaran suatu argumen dari segi bentuk da nisi adalah prasyarat mutlak-conditio sine qua non dalam ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara apriori sebuah argument memiliki empat kemungkinan yakni : Sahih dari segi bentuk tetapi tidak benar dari segi isi : Misalnya :“Manusia adalah binatang berkaki empat. Alibaba adalah manusia. Jadi, Alibaba adalah binatang berkaki empat.” Tidak sahih dari segi bentuk, tetapi benar dari segi isi : Misalnya :“Semua ayam mempunyai kaki. Dadang bukanlah ayam. Jadi, Dadang mempunyai kaki.” Sahih dari segi bentuk dan benar dari segi isi : Misalnya :“Kota yang terletak di sebelah utara Roma lebih sejuk daripada Roma. London adalah kota yang terletak di sebelah utara Roma. Jadi, London lebih sejuk daripada Roma.” Tidak sahih dari segi bentuk dan tidak benar dari segi isi : Misalnya :“Semua yang lebih ringan daripada batu mengambang dalam air. Air lebihringan daripada batu. Jadi, betul mengambang dalam air.”
Bernalar adalah suatu proses berpikir yang menyangkut cara mengambil/menarik suatu kesimpulan sebagai suatu pengetahuan menurut suatu alur atau kerangka berpikir tertentu. Ada dua macam penalaran ilmiah. Pertama, penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang kasus-kasus individual (khusus). Kedua, penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan bertitik tolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, kita menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Kesimpulan induktif dan deduktif tergantung bagaimana permainan silogisme.
Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika. Dengan berpikir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Suatu pemikiran disebut lurus dan tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dengan demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
D. PROPOSISI, LOGIKA DAN OBJEKTIVITAS Dari ketiga antara proposisi , logika dan objektivas saling berhubungan dalam suatu kebenaran ilmiah OBJEKTIVITAS
Proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang bernilai benar atau salah atau pernyataan yang terstruktur untuk mencapai sebuah simpulan. Dalam Logika Proposisi mempunyai 3 unsur yakni : 1. Subjek 2. Predikat 3. Kopula/Penghubung Dalam logika dikenal adanya 2 macam Proposisi menurut sumbernya yaitu : 1. Proposisi analitik adalah dimana P mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada S. Contoh : Panda adalah hewan. 2. Proposisi Sintetik adalah Proposisi P mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya Contoh : Salak itu asam Kopi itu manis PROPOSISI
OBJEKTIVITAS Objektivitas adalah sikap yang tidak dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan didalam mengambil keputusan. Ciri Objektivitas : ilmu menunjukan pada keharusan unuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau kepentingan pribadi Contoh seperti keberhasilan ilmu pengetahuan alam membuat banyak orang memandangnya sebagai model ideal ilmu.