TEORI REVOLUSI SOSIOKULTURAL Ach jauhari musthofa Yessi Mey Widianti Elisa Andriani Azizah
DASAR TERBENTUKNYA TEORI BELAJAR SOSIO-KULTURAL Teori sosiokultural atau kognitif sosial menekankan bagaimana seorang anak atau pembelajar menyertakan kebudayaan ke dalam penalaran, interaksi sosial, dan pemahaman diri mereka.Santrock (2009:323) mengemukakan bahwa dalam teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang berperan penting dalam pembelajaran ialah faktor sosial, kognitif, serta perilaku anak.Faktor-faktor kognitif meliputi harapan siswa untuk berhasil sedangkan faktor sosial meliputi pengamatan siswa terhadap perilaku pencapaian orang tua mereka
PENDAPAT PARA AHLI TERBENTUKNYA TEORI BELAJAR SOSIO-KULTURAL Piagiaet Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu.Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang- orang yang lebih dewasa.Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder
B. Menurut Vygotsky, Ia mengatakan bahwa jalaana pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusur apa yang ada dibalik otaknya dan kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan interaksi sosial yang dilatarbelakangi oleh sejarah hidupnya. Konsep-konsep penting teori Sosiogenesis Vygetsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan Revolusi Sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran :
Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development) Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungsn sosialnya dan tataran psikologis didalam diri orang yang bersangkutan. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development) Menurut Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan kedalam dua tingkat : Tingkat perkembangan actual, tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri Tingkat perkembangan potensial, tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten.
Mediasi Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis adalah tanda- tanda atau lambing-lambang yang berfungsi sebagai mediator. ada dua jenis mediasi : 1. Mediasi metakognitif, Penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri. 2. Penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem.
Aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosiokultural Gagasan Vygotsky mengenai reconstruction of knowledge in social setting bila di terapkan dalam pembelajaran, guru harus memerhatikan hal-hal berikut : Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran, guru harus memperhatikan seorang anak yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri atau dapat memecahkan masalah jika di bantu Guru harus menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan untuk fasilitasi anak agar dapat memecahkan masalah.
Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar. Kelompok anak yang telah diberikan bantuan perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah. Oleh karena itu siap memanfaatkan bantuan yang disediakan. Sedangkan, kolompok yang telah mampu memecahkan masalah harus di naikkan sehingga tidak membuang waktu.
Implikasi dan aplikasi teori Revolusi Sosiokultural lainnya di jabarkan menurut Mukminan, yaitu : 1. Implikasi teori kultural dalam pembelajaran a. Makna belajar Belajar merupakan proses pembentukan makna Belajar bukanlah proses mengumpulkan informasi, melainkan proses pengembangan atau pemikiran dengan membuat pemahaman baru. Proses belajar terjadi pada saat ketidakseimbangan struktur kognitif pada diri seseorang
b. Implikasinya di dalam kelas Proses konstruksi pengetahiuan berlangsung dalam diri individu Proses belajar harus diciptakan secara autentik dan alami dalam kontek sosiokultural. Guru mendorong dan menerima otonomi serta inisiatif anak. Guru dalam menyusun tugas menggunakan terminilogi kognitif yang merangsang dan mendorong proses berpikir tingkat tinggi.
Guru memberi kesempatan pada anak didik untuk memberi respons terhadap proses pembelajaran, untuk meningkatkan proses pembelajaran mengubah strategi dan isi pembelajaran. Memberikan kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membantu merekan untuk mengekspresikan ide-idenya dan mengomunikasikannya pada orang lain. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan belajar. Guru memahami proses pemahaman konsep anak terlebih dahulu sebelum menyampaikan pemikiran konsep tersebut.
2. Aplikasi Teori Kultural dalam Pendidikan Penerapan teori ini dapat terjadi pada tiga jenis pendidikan, yaitu : Pendidikan Informal (Keluarga), Pendidikan anak dimulai dari keluarga, yaitu ketika anak pertama kali melihat, memahami, serta mendapatkan pengetahuan dan sikap dari lingkungan keluarganya. Pendidikan Non-formal, Pendidikan non formal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan perilaku pada anak. Pendidikan Formal Aplikasi teori sosiokultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain kurikulum, siswa dan guru
Kelebihan dan kekurangan teori belajar sosiokultural Berdasarkan teori Vygotsky diatas, akan diperoleh keuntungan atau yang menjadi kelebihan jika : Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dan pada tingkat perkembangan aktualnya.
Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramentalnya. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pngetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas dari memecahkan masalah. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekadar bersifat transferal, tetapi lebih merupakan ko- konstruksi, yaitu suatu proses mengonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat didalamnya (http://www.marxists.org/archive/vygotsky).
Contoh Kasus Pelaksanaan Pembelajaran Revolusi Sosiokultural Contoh pelaksanaan pembelajaran Revolusi Sosiokultural adalah pembelajaran IPS di SMP. Menurut Saidiharjo, karakteristik pembelajaran IPS mempunyai sifat studi integral dari berbagai kompetensi yang dimiliki oleh siswa, antara lain : 1. IPS bertujuan untuk mempromosikan kompetensi warga Negara yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang di perlukan oleh siswa untuk dapat di lakukan kewajiban sebagai warga Negara yang baik.
2. Program IPS mengintregasikan seluruh kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang bersifat interdislipiner 3. IPS bertujuan membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan sifat yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan. 4. Program IPS mencerminkan perubahan ilmiah dari pengetahuan, melaluai pendekatan integral terbaru untuk menyelesaikan isu-isu kemanusiaan (kemiskinan, kejahatan, kesehatan).
Latar belakang memilih teori belajar sosial karena sifat pembelajaran lebih cenderung kepada pemberian nilai-nilai dasar sosial yang akan membentuk sikap sosial yang positif. Kemampuan duru dalam memberikan makna pada nilai sosial untuk diberikan kepada siswa akan dapat membentuk kepedulian siswa terhadap realita permasalahan sosial di masyarakat (http://makalahmu.wordpress.com/2010/11/04 /dominasi-teori-belajar-dalam-ips-terpadu).
Makaci...... semoga kita insan yang tidak apatis