WAWANCARA
MEMPERSIAPKAN WAWANCARA Sebelum wawancara, baik wawancara di studio televisi maupun di studio radio, seorang PR yang menjadi narasumber, atau sebagai pihak yang mempersiapkan narasumber, perlu mempersiapkan segala sesuatunya. Berikut ini berbagai persiapan terkait wawancara yang diadaptasi dari Bland, Theaker & Wragg (1996): Sebelum wawancara Berlatih. Secara praktik dan imaginatif Berpikir positif. Perlakukan setiap pertanyaan tidak sebagai ancaman. Pertanyaan sebagai “jembatan”. Pertanyaan sebagai kesempatan bagi untuk memahami 'bridging' dari apa yang mereka inginkan sekaligus untuk dapat mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Menunjukkan (ketertarikan) terhadap pewawancara. Sebutkan sesuatu yang baik dari dia yang Anda pernah lihat atau dengar. Bertanya tentang dari mana ia berasal, bagaimana ia bekerja. Sebutkan sesuatu yang baik dari dia yang mungkin Anda pernah melihat atau mendengar. Bertanya tentang di mana mereka berasal, bagaimana mereka masuk ke TV atau radio, pekerjaan lain yang telah mereka lakukan, berapa banyak mereka tahu tentang subjek Anda - dan, tentu saja, apa yang ingin mereka tanyakan. Beberapa percakapan santai juga akan membantu Anda untuk bersantai.
WAWANCARA TELEVISI Televisi adalah media audio visual. Pendengaran dan penglihatan audiens sangat berperan dalam merespon seorang pembicara atau narasumber. Beberapa hal teknis yang perlu diperhatikandiantaranya. Pastikan pakaian yang anda kenakan sudah pantas dan nyaman, misalnya tidak sempit sehingga membuat anda merasa terganggu ketika dudul atau yang lainnya. Perhatikan perhiasan, warna dasi-pin, dll yang mungkin anda kenakan, dan barangkali bisa menimbulkan “permasalahan” pandangan. Pemilihan pakaian warna hitam-putih mungkin sedikit menjemukan. Warna putih bisa mengganggu keseimbangan warna pada kamera. Sebelum wawancara, pastikan periksa kembali agat rambut, dasi, bahkan mungkin make up tidak berantakan.
Cara memenangkan wawancara antara lain: Fokuskan pada pertanyaan dan pewawancara. Jangan terpengaruh oleh kamera, lampu, dan orang-orang yang berada dalam studio. Jika diperlukan bawalah notepad untuk menyampaikan banyak fakta dan angka. Janganlah suasana atau keberadaan anda di sana membuat anda menunjukkan sikap yang berlebihan. Hindari banyak kata 'hmm ... dan sejenisnya". Beberapa kata 'hmm' adalah normal tetapi terlalu sering tentu akan mengurangi kualita penampilannya. Jangan salah dalam membantah. Sopan tapi tegas langkah untuk memperbaikinya, atau tuduhan akan tongkat. Jangan biarkan pewawancara salah menafsirkan. Pewawancara akan sering parafrase pesan. Hal ini biasanya dilakukan dengan niat baik untuk mencapai kesederhanaan. Tetapi jika hal itu dilakukan untuk merugikan pembicara, maka anda harus segera meluruskannya. Ada jeda yang terkontrol. Jangan teralihkan. Pewawancara bisa saja mengalihkan sesuatu, tetapi narasumber yang cerdas tidak teralihkan oleh persoalan yang tidak relevan. Tetap tenang. Jangan pernah marah, tapi tetap tegas dan sopan.
WAWANCARA RADIO Pemirsa televisi duduk di sana mengatakan: 'Pikat perhatian saya. "Di radio pendengar mengatakan: 'Ayo, apa yang harus Anda beritahu kepada saya?“. Hal ini menegaskan informasi dan kesan yang muncul dibalik penyampaian pesan yang ditangkap melalui indera pendengaran sangat menentukan dari wawancara radio. Teknik Wawancara Radio Teknik-teknik untuk wawancara radio pada dasarnya sama dengan yang untuk televisi, tetapi ada beberapa perbedaan penting. Persiapan. Terkait dengan informasi/pengetahuan yang diperlukan. Stasiun radio umumnya lebih kecil daripada televisi, dan yang diwawancarai biasanya duduk di meja dengan mikrofon tepat didepannya. Anehnya, suasana di studio radio bisa lebih mengganggu daripada di studio TV. Suara-pemeriksaan seringkali lebih terlihat. Pewawancara radio mereka mungkin mengubah CD dan melakukan hal-hal lain, bukan melihat orang yang diwawancara saat ia sedang berbicara. Tes suara. Tes suara dilakukan untuk alasan yang sama seperti di televisi. Tetapi tidak seperti televisi, mikrofon tidak bisa diabaikan. Cara. Pendengar radio hanya bisa mendengar suara. Gemerisik suara kertas pun, misalnya, bisa sangat menggangu pendengar. Ketulusan, antusiasme. Di sinilah radio mulai menjadi sulit. Di depan kamera ada dua cara menunjukkan antusiasme dan ketulusan – wajah ekspresi dan nada suara. Tapi mikrofon hanya mengambil yang terakhir, jadi ini harus menyampaikan segalanya.
Narasumber yang Disukai Media Memiliki kredibilitas - orang nomor satu - orang terkenal/terkemuka - pakar dibidangnya - memiliki kewenangan - berprestasi/unggul Tajam dan analitis Kaya dengan data dan informasi
Narasumber Yang Disukai Media Berani Berpikir runtut Berwawasan luas Bukan jago kandang Konsisten Gampang dihubungi Paham dunia jurnalistik
Hal-Hal Penting Tentang Pers Kebijakan redaksi Sikap “politik”media Aturan keredaksian dan wartawan Frekuensi Penerbitan Tenggat Terbit Proses Produksi Daerah Sirkulasi Khalayak Pembaca Metode Distribusi