AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim
DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG BISA DITERIMA / DISEPAKATI SEMUA KALANGAN ADA 14 DEFINISI AGAMA YANG MENGETENGAHKAN BERBAGAI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
CONTOH DEFINISI AGAMA DILIHAT DARI 2 ASPEK : SEBAGAI KEADAAN PSIKOLOGIS RELIGIUSITAS : KEPERCAYAAN ATAU IMAN KEPADA ZAT YANG BERSIFAT KETUHANAN YANG PATUT DITAATI DAN DISEMBAH
LANJUTAN CONTOH DEFINISI AGAMA 2. SEBAGAI HAKIKAT EKSTERNAL : ADALAH SEPERANGKAT PANDUAN TEORITIS YANG MENGAJARKAN KONSEPSI KETUHANAN DAN SEPERANGKAT ATURAN PRAKTIS YANG MENGATUR ASPEK RITUALNYA
Lanjutan Definisi Agama (Sosiologi) Sistem kepercayaan /sistem religi Ada kelompok/komunitas/masyarakat yang menganut sistem kepercayaan/sistem religi Ada pemimpin dan umat, ada strata sosial Ada ritual bersama dan individu
Lanjutan Definisi Agama Ada atribut bersama / kolektif dan individual Ada tempat melakukan ritual Ada waktu dan periodisasi ritual Ada nilai dan norma
3 PENDEKATAN UNTUK MENDEFINISIKAN AGAMA 1. INSTITUSI 2. FUNGSI 3. SUBSTANSI
PENDEKATAN INSTITUSI DIGUNAKAN OLEH PARA AHLI SEJARAH SOSIAL DAN SOSIOLOGI DEFINISI AGAMA : SUATU PANDANGAN HIDUP YANG INSTITUTIONALIZED YANG MUDAH DIBEDAKAN DARI YANG LAIN YANG SEJENIS DALAM HAL : SISTEM KEMASYARAKATAN, KEYAKINAN, RITUAL, DAN ETIKA YANG ADA DALAM AJARAN
INSTITUSI KEAGAMAAN Proses Pelembagaan / proses institusionalisasi Pelembagaan yang melahirkan “rutinisasi kharisma” proses fundamental yang mendahului berdirinya organisasi keagamaan
LANJUTAN INSTITUSI AGAMA Penyesuaian dengan masyarakat Berlangsung pada 3 tingkat yang saling mempengaruhi : antara ibadah, doktrin dan organisasi
Lanjutan Pelembagaan Karena kebutuhan akan stabilitas dan kesinambungan, serta kebutuhan melestarikan isi keimanan Kharisma yang ada secara individu diubah menjadi kharisma institusi
LANJUTAN KELEMBAGAAN Kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang timbul dari implikasi doktrin yang diajarkan
LANJUTAN PELEMBAGAAN Kebutuhan untuk menafsirkan kembali implikasi ajaran-ajaran tradisional agar isinya tetap sesuai dengan situasi baru Kebutuhan untuk mengatasi pengaruh ekstrinsik
LANJUTAN PELEMBAGAAN Pemujaan atau ibadah tetap merupakan monopoli pengurus dan pemuka agama Bertumpu pada doktrin yang telah digariskan
LANJUTAN PELEMBAGAAN Kebutuhan menentukan dan mengajarkan serta merupakan saluran yang terlembaga di dalam mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan atau apapun yang dituhankan Kebutuhan proses rutinisasi (ibadah, doktrin, organisasi, power relationship)
LANJUTAN PELEMBAGAAN Kebutuhan proses pemantapan kembali pengalaman keagamaan di kala memuja Tuhan atau yang dituhankan
LANJUTAN PELEMBAGAAN Diperlukan organisasi keagamaan Penguatan keimanan dan umat (kohesivitas umat) Penyebaran doktrin agama Proses memperbanyak umat
PENDEKATAN FUNGSI PARA AHLI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI ADA YANG MENDEFINISIKAN AGAMA DARI SUDUT FUNGSI SOSIALNYA YAITU SUATU SISTEM KEHIDUPAN YANG MENGIKAT MANUSIA DALAM SATUAN-SATUAN ATAU KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL, ADA SITUASI SOSIAL PENDEKATAN INI DIDUKUNG OLEH : EMILE DURKHEIM, ROBERT N. BELLAH, THOMAS LUCKMANN, DAN CLIFFORD GEERTZ
ADA SITUASI SOSIAL Pendiri agama dan penganut nya sering datang dari berbagai latar-belakang sosial, Strata sosial masyarakat Ada perbedaan fungsi, nilai dan norma
LANJUTAN SITUASI SOSIAL Ada perbedaan pandangan, gaya hidup, kebutuhan, tanggapan dan motivasi yang ragam Muncul keragaman aliran dan sekte dalam satu agama
PENDEKATAN SUBSTANSI DIDEFINISIKAN OLEH PAKAR TEOLOGI, FENOMENOLOGI MEREKA MENGUTAMAKAN ASPEK SUBSTANSINYA YANG SANGAT ASASI YAITU SESUATU YANG SAKRAL (The Sacred) PENDUKUNGNYA : RUDOLF OTTO, DAN MIRCEA ELIADE
PERLUASAN DEFINISI AGAMA ADA KECENDERUNGAN BARU DIKALANGAN PARA AHLI DARI BERBAGAI DISIPLIN ILMU UNTUK MEMPERLUAS DEFINISI AGAMA HINGGA MENCAKUP SEMUA JENIS KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SERTA IDEOLOGI BERSIFAT THEISTIC (KETUHANAN) MAUPUN YANG TIDAK BERKETUHANAN (NON-THEISTIC) TOKOHNYA : JOHN HICK
LANJUTAN PERLUASAN DEFINISI AGAMA DIKENAL SEBAGAI AGAMA ALTERNATIF TERMINOLOGI PAUL TILLICH QUASI-RELIGIONS ( IDEOLOGI YANG MIRIP AGAMA ATAU IDEOLOGI PENGGANTI AGAMA ) NINIAN SMART WORLDVIEWS ( ADALAH FILSAFAT HIDUP ATAU PANDANGAN DUNIA )
AGAMA DALAM ARTI LUAS MENCAKUP SEMUA JENIS AGAMA, KEPERCAYAAN, SEKTE MAUPUN BERBAGAI JENIS IDEOLOGI MODERN SEPERTI HUMANISME, SEKULARISME, NASIONALISME, DLL
PANDANGAN JOHN HICK LEBIH DIKENAL DENGAN TERMINOLOGI PLURALISME AGAMA BERANGKAT DARI PENDEKATAN SUBSTANTIF YANG MENGUNGKUNG AGAMA DALAM RUANG PRIVAT YANG SANGAT SEMPIT MEMANDANG AGAMA LEBIH SEBAGAI KONSEP HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEKUATAN SAKRAL TRANSENDENTAL DAN BERSIFAT METAFISIK KETIMBANG SEBAGAI SUATU SISTEM SOSIAL
LANJUTAN PANDANGAN HICK SEJATINYA, SEMUA AGAMA ADALAH MANIFESTASI-MANIFESTASI DARI REALITAS YANG SATU BAHWA AGAMA-AGAMA BESAR MERUPAKAN PERSEPSI DAN KONSEPSI YANG BERBEDA SEKALIGUS MERUPAKAN RESPON YANG BERAGAM TERHADAP YANG REAL ATAU YANG MAHA AGUNG, DARI DALAM PRANATA KULTURAL MANUSIA YANG BERVARIASI
LANJUTAN PANDANGAN HICK SEMUA AGAMA SAMA TIDAK ADA AGAMA YANG LEBIH BAIK DARI YANG LAIN PENDEKATAN SUBSTANTIF MENIMBULKAN PROSES PENGEBIRIAN DAN “REDUKSI” PENGERTIAN AGAMA YANG SANGAT DAHSYAT PEMIKIRAN “PERSAMAAN” AGAMA ( dalam hal eksistensi riil agama-agama maupun aspek esensi dan ajarannya / syariat )
LANJUTAN PANDANGAN HICK PLURALISME AGAMA DIHARAPKAN UNTUK TERCAPAINYA SUATU KEHIDUPAN BESAMA ANTAR AGAMA YANG HARMONIS, PENUH TOLERANSI, DAN SALING MENGHARGAI
MUNCULNYA PLURALISME AGAMA BANYAK DAN BERAGAM SECARA UMUM DAPAT DIKLASIFIKASIKAN DALAM DUA FAKTOR UTAMA, YAITU : FAKTOR INTERNAL ( IDEOLOGIS ) FAKTOR EKSTERNAL ( SOSIO-POLITIS DAN ILMIAH )
FAKTOR INTERNAL ( IDEOLOGIS ) TIMBUL AKIBAT TUNTUTAN AKAN KEBENARAN YANG MUTLAK (absolute truth claims) DARI AGAMA-AGAMA ITU SENDIRI, BAIK DALAM MASALAH AQIDAH, SEJARAH MAUPUN DALAM MASALAH KEYAKINAN ATAU DOKTRIN “KETERPILIHAN”
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS ( THE DOCTRINE OF CHOSENNES ATAU DIVINE SELECTION ) ADANYA KEYAKINAN SESEORANG YANG SERBA MUTLAK DAN ABSOLUT BAHWA APA YANG DIYAKINI DAN DIIMANINYA ITU ADALAH YANG PALING BENAR DAN PALING SUPERIOR (sifat alami)
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS KEYAKINAN AKAN ABSOLUTISME DAN KEMUTLAKAN INI BERLAKU DALAM HAL AQIDAH, MAZHAB, DAN IDEOLOGI ( baik yang berasal dari wahyu Allah maupun dari sumber lainnya )
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS ABSOLUTISME AGAMA INI HAMPIR TIDAK ADA YANG MEMPERTANYAKAN ATAU MEMPERTENTANGKANNYA PD ERA MODERN (DEKADE AKHIR ABAD KE-20) MUNCUL PEMIKIRAN RELATIVITAS AGAMA DIKALANGAN PEMIKIR & KAUM INTELEKTUAL
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS RELATIVISME AGAMA MUNCUL SEBAGAI SEBUAH IDEOLOGI BARU ATAU “AGAMA BARU” MENGGANTIKAN FAHAM ABSOLUTISME AGAMA HAL INI MEMPERPARAH ISU PERTENTANGAN ANTAR KEYAKINAN-KEYAKINAN ABSOLUT
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS DALAM KONTEKS IDEOLOGI INI, UMAT MANUSIA TERBAGI MENJADI DUA BAGIAN : MEREKA YANG BERIMAN DENGAN TEGUH TERHADAP WAHYU LANGIT ATAU SAMAWI MEREKA YANG TIDAK BERIMAN KECUALI HANYA KEPADA KEMAMPUAN AKAL (RASIONALITAS)
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS MEREKA YANG BERIMAN PADA WAHYU SAMAWI, MEYAKINI ADANYA ESENSI WUJUD YANG GAIB, METAFISIK, ATAU KEKUATAN TRANSENDENTAL YANG ADA DIBALIK KEKUATAN ALAM
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS KELOMPOK PERTAMA INI TERJEBAK DALAM PERBEDAAN PENDAPAT YANG TAK MUNGKIN DIKOMPROMIKAN SAMA SEKALI DALAM MENENTUKAN SIAPA/APA ESENSI ZAT YANG GAIB, BAIK DALAM ASPEK BILANGAN, SUBSTANSI MAUPUN EKSISTENSINYA
LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS KELOMPOK KEDUA, SAMA SEKALI TIDAK MENGIMANI SEMUA YANG GAIB DAN DIANGGAP TIDAK RASIONAL (TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN MELALUI PANCA INDERA)
FAKTOR KETERPILIHAN KEYAKINAN SEBAGAI BANGSA TERPILIH OLEH TUHAN MERUPAKAN SUATU AQIDAH YANG HAMPIR DIDAPATI DALAM SEMUA AGAMA
LANJUTAN FAKTOR KETERPILIHAN AQIDAH INI SANGAT PEKA DAN BERPERAN PENTING DALAM MEMBENTUK KESADARAN EMOSIONAL UMAT BERAGAMA AQIDAH INI LEBIH DIKENAL PADA AGAMA SAMAWI (Yudaisme, Kristen, Islam) DIBANDING AGAMA-AGAMA LAIN
LANJUTAN AQIDAH PEMBEBASAN DAN KESELAMATAN FILSAFAT HIDUP YANG MEMBERIKAN HAK EKSKLUSIF KEPADA SUATU BANGSA/UMAT ATAS PEMBEBASAN DAN KESELAMATAN (SALVATION)
FAKTOR EKSTERNAL ADANYA GERAKAN KAJIAN ILMIAH MODERN TERHADAP AGAMA-AGAMA (STUDI PERBANDINGAN AGAMA) CONTOHNYA : ORIENTALISME KAJIAN PARA AHLI BARAT TERHADAP AGAMA-AGAMA TIMUR
LANJUTAN KESIMPULAN PENTING DARI KAJIAN PERBANDINGAN AGAMA (secara historis, fenomenologis, sosiologis, psikologis, dan filosofis) ADALAH BAHWA AGAMA-AGAMA DUNIA HANYA MERUPAKAN EKSPRESI ATAU MANIFESTASI YANG BERAGAM DARI SUATU HAKIKAT
LANJUTAN METAFISIK YANG ABSOLUT DAN TUNGGAL DENGAN KATA LAIN, SEMUA AGAMA ADALAH SAMA PREMIS YANG MENDASARINYA BAHWASANYA AGAMA ADALAH SIKAP DAN RESPONS MANUSIA
LANJUTAN PREMIS YANG MENDASARINYA BAHWASANYA AGAMA ADALAH SIKAP DAN RESPONS MANUSIA TERHADAP SUATU HAKIKAT KETUHANAN YANG ABSOLUT