TEORI KOMUNIKASI MASSA KLASIK Michael Bagus 130904956 Alexandra Cynthia Ekaristi 160905861 Cyntia William 160905864 Hardian Napitu 160905878
Teori Komunikasi Massa Klasik Teori Peluru(Teori Jarum Suntik) Teori Uses and Gratifications. Teori Agenda Setting Teori Kultivasi
Teori Peluru(Teori Jarum Suntik) Teori ini telah berkembang pada tahun 1930 hingga 1940-an, sehingga dapat dikatakan sebagai teori media massa yang pertama yang pernah ada. Tetapi pada tahun 1950-an teori ini muncul oleh Wilbur Schram, kemudian dicabut pada tahun 1970an
Lanjutan.. Teori peluru ini menyatakan , media memberikan rangsangan secara besar dan beragam kepada publik atau masyarakat. Rangsangan ini mempengaruhi emosi atau perasaan individu membangkitkan. Setiap individu mendapatkan dan memberikan rangsangan atau respon yang sama terhadap stimulus dari media.
Kelebihan Teori Peluru atau Jarum Suntik • Media massa memiliki peranan yang kuat dalam mempengaruhi afektif, kognisi, dan behaviour khayalak. • Pemerintah sebagai penguasa yang dapat memanfaatkan media untuk kepentingan negara • Khayalak dapat lebih mudah di pengaruhi dan dikendalikan. • Pesanya lebih mudah dipahami, karena bersifat cepat dan langsung.
Kelemahan Teori Peluru atau Jarum Suntik Keberagaman individu dengan latar belakang dan pemikiran yang berbeda-beda serta dengan tingkat pendidikan yang terus meningkat, dapat mengurangi efek dari teori ini. Jumlah media massa yang terus meningkat, menyebabkan masyarakat dapat dengan mudah menentukan pilihan yang tepat untuknya. Adanya berbagai macam kelompok bermain dalam lingkungan masyarakat dapat menjadi dasar bagi orang dalam menerima dan menanggapi pesan dari media tersebut.
Teori Uses and Gratifications Secara umum ‘use and gratifications theory’ (teori penggunaan dan kepuasan). Teori ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Khatz pada tahun 1974 lewat bukunya The Uses Of Mass Communication; Current Perpective On Gratification Receach.
Teori kegunaan dan gratifikasi ini menjelaskan apa yang dilakukan seseorang terhadap media, bukan apa yang dilakukan media terhadap seseorang. Anggota khalayak dianggap sebagai pihak yang aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
1. Pengalihan (diversion) merujuk pada penggunaan media sebagai pengalihan atau sebagai pelarian diri dari rutinitas dan permasalahan. 2. Hubungan personal (personal relationship) merujuk pada penggunaan media sebagai pengganti teman. 3. Identitas personal (personal identity) merujuk pada penggunaan media untuk menekankan nilai-nilai individu. 4. Pengawasan (surveillance) merujuk pada penggunaan media untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Teori Agenda Setting Teori agenda setting pertamakali ditemukan oleh M.E.Mc.Combs dan D.L.Shaw. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
Teori agenda setting dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu: Studi awal Tahap replikasi Kombinasi faktor Agenda media
Dalam agenda media ini terdapat 3 tahap yaitu Penetapan agenda media (media agenda), yaitu penentuan prioritas isu oleh media massa Media agenda dalam cara tertentu akan memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang menjadi pikiran public maka interaksi terebut akan menghasilkan ‘agenda pubik’ (public agenda) Agenda public akan berinteraksi sedemikian rupa dengan apa yang dinilai penting oleh pengambil kebijakan, yaitu pemerintah, dan interaksi tersebut akan menghasilkan agenda kebijakan (policy agenda). Agenda media akan memengaruhi agenda publik dan pada gilirannya, agenda publik akan memengaruhi agenda kebijakan.
Teori Kultivasi Teori kultivasi digagas oleh George Gerbner. Gerbner menegaskan bahwa ia ingin mengetatahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan atau dipersepsikan oleh penonton televisi
Pada awal perkembangannya, teori ini memfokuskan pada televisi dan audiens yang khususnya pada tema kekerasan dalam televisi Namun seiring berjalannya waktu, teori ini dapat digunakan untuk kajian di luar tema kekerasan. Pada tahap selanjutnya,
Kelemahan Kurang memperhatikan audiens, karena tidak memperhatikan aliran pesan kepada audiens Model ini juga tidak menunjukkan dampak media kepada audiens, karena yang dilihat hanya aspek penafsiran pemimpin opini meskipun pesan-pesan yang disampaikan berasal dari media massa.
Studi Kasus Tiru "Smackdown", Siswa SD Patah Tulang Kaki SITUBONDO, KOMPAS.com — Gara-gara meniru gaya gulat pada program televisi Smackdown, Mohammad Wildan Hakiki (10) mengalami patah tulang kaki. Kejadian itu bermula ketika dia dan sembilan temannya di kelas IV SDN I Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, bermain di halaman sekolah pada jam istirahat, Sabtu (21/4/2012). Mereka bersepakat untuk bergulat ala Smackdown. Kala itu Wildan bergulat melawan Syafii (10). Saat bertarung itulah betis kiri Wildan tertindih tubuh Syafii hingga menyebabkan betisnya terkilir dan patah. Oleh pihak sekolah, Wildan langsung dibawa ke dukun sangkal putuh atau dukun yang biasa menangani patah tulang. Hingga Kamis (26/4/2012), Wildan tidak masuk dan masih tergolek di ranjang rumahnya di Desa Kilensari, Situbondo. "Saya berharap pihak sekolah memberikan sanksi kepada Syafii. Sebab, akibat bertarung dengan meniru gaya Smackdown betis kiri anak saya patah. Selain itu, saya juga meminta kepada keluarga Syafii agar membantu semua biaya pengobatan dan perawatan," pinta Inayah, ibu Wildan. Kepala SDN Kilensari, Waluyo, mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan larangan kepada semua siswanya agar tidak berkelahi atau memperagakan gaya Smackdown. "Jika ada yang bermain tarung bebas, kami beri sanksi tidak boleh masuk sekolah. Namun, khusus kasus yang mengakibatkan Moh Wildan Hakiki mengalami patah tulang pada betis kakinya, saya berharap kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan," tuturnya. Penulis: Ahmad Faisol Editor: Kistyarini