GEREJA YANG KONTEKSTUAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MATERI BINA SUAMI-ISTRI GPIB JEMAAT IMMANUEL DI BEKASI
Advertisements

“Kuutus kau mengabdi bagi-Ku...” Yehezkiel 3 : 4-21
Juni 2009 SabdaKehidupan “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,
ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 – 2015 Introduksi Pastoral SAMADI, Januari 2013.
Pernyataan Bersama: World Council of Churches
KATEKESE ANALISIS SOSIAL
FUNGSI DAN PERAN AGAMA DALAM MASYARAKAT
GEREJA YANG BERTUMBUH DI TENGAH PLURALITAS
BAB II IDENTITAS NASIONAL.
PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE
FUNGSI DAN PERAN AGAMA DALAM MASYARAKAT
Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono
GEREJA &SAKRAMEN Pertemuan ke 9.
KATEKESE UMAT PENGANTAR L. Atrik Wibawa
SAKRAMEN-SAKRAMEN PENYEMBUHAN
AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP) 2012 DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA.
DIPANGGIL MENJADI SAKSI KASIH: Misi Gereja Dlm Millenium Ketiga
PERSEKUTUAN DOA KARISMATIK KATOLIK
KELUARGA MENYAMBUT YESUS
DISUSUN OLEH: MISNANI. S.Ag. M.Pd. I
BAB VIII POLITIK.
TUHAN DALAM AGAMA KRISTEN
Apa itu Institusi sosial?
KEMAJUAN PERADABAN DUNIA (Hubungan Iman Kristen dg Ilmu Pengetahuan)
JADILAH PEMENANG HIDUP YANG BENAR
ideologi Muhammadiyah: dalam Dinamika tajdid dan ijtihad
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
SERUAN PASTORAL PAULUS
UMAT KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA (KAJ)
Katekisasi GKI Gejayan
NILAI DAN PRINSIP Nilai-nilai 1945
NILAI DAN PRINSIP Nilai-nilai 1945
TANGGUNG JAWAB MAJELIS JEMAAT
LOKAKARYA EKUMENIS PEMUDA GKI 2016
KEMAJEMUKAN BANGSA INDONESIA
NILAI-NILAI KEJUANGAN,PEMBANGUNAN KARAKTER, DAN KETAHANAN NASIONAL
Etos Kerja Positif (Aspek Teologis & Sosial)
MENJADI KATOLIK 4/16/2018 Drs. A. P . Oenarto.
RASA MEMILIKI DALAM GEREJA
SAKRAMEN (Pertemuan keempat)
Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA
GEREJA APOSTOLIK (Gereja dalam Pergerakan Roh).
CIRI KEPEMIMPINAN KATOLIK
Bab III MORALITAS.
ALKITAB/KITAB SUCI (LANJUTAN)
Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Konsep Masyarakat Madani Pengertian Masyarakat Madani
Keragaman dan Keseragaman: Keniscayaan dalam Spiritualitas Kristen
PERSPEKTIF TEOLOGIS KATOLIK DALAM PERAN SOSIAL KEMASYARAKATANNYA
Kerukunan Antar Umat Beragama
Pdt. D.R. Lumi, S.PAK, M.Pd STAKN M A N A D O
LITURGIKA (TATA IBADAH)
Manajemen Konflik Rangkuman: Definisi dan Teori-teori Konflik
Beriman dan Beragama.
TEOLOGI ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN RASIONAL
Etos Kerja Positif (Aspek Teologis & Sosial)
BAB VI YESUS KRISTUS PEJUANG KERAJAAN ALLAH
Kedudukan dan Peran Pancasila bagi Bangsa Indonesia
1. MENELUSURI HAKIKAT GEREJA a. Gereja : umat allah Dalam perjanjian baru gambaran gereja sebagai umat allah dapat ditemukan dalam 1ptr. 2:10; rm. 9:25.
Membangun Komunitas Dialogal
Macam-macam Dataran Dialog dan Tranformasi
Pendidikan Kewarganegaraan
PLURALISME DALAM ISLAM
GAMBARAN-GAMBARAN PERSATUAN
MODUL IMAN KRISTEN (Tahap BERSEMI) “Mengenal Pengakuan Gereja Toraja”
PERSATUAN DALAM IMAN Lesson 8 for November 24, 2018.
Hukum ALLAH. Hukum ALLAH Waktu ALLAH menyampaikan hukum di atas Bukit Sinai, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya sendiri sebagai penguasa tertinggi.
PLURALITAS KEAGAMAAN DI INDONESIA Jurnal Teologi “Gema” No 47/1994, UKDW.
PELAYANAN DALAM JEMAAT PERJANJIAN BARU
GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH. Apakah?  Ini ? ATAU Ini ? 
Transcript presentasi:

GEREJA YANG KONTEKSTUAL

Istilah kontekstualisasi telah digunakan secara populer dalam dunia pendidikan teologi pada dekade akhir abad 20 ini. Teologi kontekstualisasi adalah refleksi ideal dari setiap orang Kristen dalam konteks hidupnya atas Injil Yesus Kristus. Jadi dengan kata lain teologi kontekstual menggumuli bagaimana seharusnya setiap orang Kristen berteologi dalam

konteks/ lingkungan hidupnya secara utuh. Yang dipentingkan di sini ialah bagaimana seharusnya Injil ditaburkan sehingga membawa keseimbangan yang tampak dari refleksi teologi si penerima Injil secara pribadi/kelompok, budaya, sosial, politik dan keseluruhan perspektif orang-orang tersebut dalam konteksnya.

- Menurut Eka Darmaputera, teologi kontekstual adalah upaya untuk merumuskan penghayatan iman kristiani pada konteks, ruang dan waktu tertentu.

Ada tiga faktor penentu bagi terciptanya berteologi dalam konteks yang kontekstual: 1. Konteks pembawa berita 2. Konteks Firman 3. Konteks penerima berita

Ciri-ciri dari kontekstualisasi: 1. Bersifat dinamis dan terbuka 2. Berorientasi pada masa depan 3. Proses aksi (memahami budaya) dan refleksi (menanggapi Injil)

Prinsip Kontekstualisasi Perjanjian Lama Kontekstualisasi dimulai dari Allah yang berinkarnasi lewat Firman-Nya. Kontekstualisasi dinyatakan dalam konteks budaya total dari suatu masyarakat yang berkembang oleh kreativitas manusia. Refleksi teologis dinyatakan lewat filter budaya dan akan seimbang dengan pemahaman yang dalam kenyataan

terbungkus oleh kebudayaan. 4. Bentuk, arti dan fungsi dari elemen budaya digunakan secara selektif untuk mengekspresikan Firman yang berinkarnasi dan refleksi penghayatan Firman dari orang pada zaman itu. 5. Bentuk, arti dan fungsi elemen budaya yang digunakan selalu bersifat aktual dan familier dalam suatu konteks budaya pada

suatu era sejarah tertentu sehingga secara jelas dan langsung bersifat komunikatif serta menjawab kebutuhan peserta budaya dari konteks tersebut. 6. Kontekstualisasi yang benar akan membawa perubahan yang seimbang, di mana Firman yang berinkarnasi itu menjadi bagian budaya dimaksud dan secara mekanis beroperasi di dalam

kerangka hidup budaya tersebut. 7. Unsur-unsur yang selalu tampak dalam kontekstualisasi ialah penyataan-diri Allah, transformasi dan penghayatan perjanjian berkat Allah yang direfleksikan dari perspektif orang pada zaman tersebut.

Prinsip Kontekstualisasi Perjanjian Baru Inkarnasi Yesus Kristus dalam konteks Ibrani yang utuh menjelaskan bahwa inkarnasi injil ke dalam konteks suatu budaya haruslah penuh, sebagai dasar kontekstualisasi. Inkarnasi Injil dalam konteks haruslah membawa transformasi sebagai dasar penting keabsahan kontekstualisasi.

3. Konsep pengosongan diri Yesus Kristus memberi dasar moral bagi setiap pemberita Injil untuk mengambil sikap hamba. 4. Sikap kontekstual harus didukung oleh sikap etika kontekstualisasi yang people oriented untuk menciptakan pendekatan yang Alkitabiah kepada konteks dan refleksi iman yang kontekstual Alkitabiah.

5. Sikap determinasi pendekatan kontekstual memberi peluang kepada usaha pendekatan diri kepada konteks yang kontekstual yang akhirnya mencipta transformasi dan refleksi yang kontekstual pula dari dalam konteks di mana injil diberitakan.

Kontekstualisasi bekerja dalam dua arah yaitu inkarnasi Firman ke dalam konteks sejarah budaya dan refleksi iman dari dan di dalam konteks itu sendiri. Proses kontekstualisasi adalah usaha integratif yang memadukan segala upaya pemahaman kognitis tentang pandangan Alkitab terhadap kontekstualisasi;

pemahaman terhadap budaya dan manusia dalam konteks budaya tersebut serta usaha pendekatan Injil dalam mekanisme budaya pada setiap konteks. - Teologi kontekstualisasi yang sah mempertahankan keunggulan Alkitab yang adalah Firman Allah sebagai norma iman dan perbuatan bagi dan dalam setiap budaya.

- Teologi kontekstualisasi mengakui bahwa gereja adalah persekutuan umat Allah yang telah dipanggil dari dunia untuk memberi kesaksian tentang kebaikan Allah kepada dunia.

Gereja yang Kontekstual Menjadi gereja yang kontekstual merupakan suatu proses yang terus menerus terjadi di dalam kehidupan gereja di tengah-tengah dunia ini. Gereja barulah menjadi gereja yang sebenarnya bila gereja itu melaksanakan misi Allah ditengah-tengah dunia.

Beberapa hal yang menandai gereja yang kontekstual adalah sbb: 1. Berteologia berlandaskan Alkitab dan merealisasikannya pada situasi kehidupan mereka secara konkret, sehingga mewujudkan kehendak Allah.

2. Mewujudnyatakan iman dan melayani Jemaat menyadari bahwa berada di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk melayani dunia. 3. Bersedia melaksanakan tugas panggilan gereja (bersaksi, mewujudkan kasih Allah dalam pelayanan, mewujudkan keesaan sebagai tubuh Kristus).

4. Berwawasan oikumenis Jemaat harus tidak berwawasan sempit dan eksklusif melainkan terbuka dan bekerja sama dengan gereja-gereja lain. 5. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat secara realistis, kritis, dan kreatif dalam pembangunan nasional.

Konteks Indonesia Konteks masyarakat Indonesia diwarnai oleh dua kenyataan yaitu 1. kemajemukan agama dan kebudayaan 2. situasi kemiskinan yang mencolok - Pluralitas agama di Indonesia dapat digambarkan dengan menunjuk pada keberadaan agama-agama yang resmi diakui yaitu: Islam (87,21%),

Protestan (6,0%), Katolik (3, 58%), Buddha (1,03%), dan Hindu (1, 83%). Persoalan pokok yang sering muncul dalam pluralitas agama di Indonesia adalah relasi yang diwarnai dengan persaingan dan permusuhan yang berakar secara historis. Problem dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia juga diwarnai

dengan masalah mayoritas dan minoritas. - Setelah kemerdekaan terutama sejak Orde Baru dalam kehidupan agama terjadi suatu perkembangan yang mengarah kepada toleransi agama. Mulai terjadi dialog antar agama yang memberi kesadaran mendalam dalam sikap saling menghargai perbedaan masing-masing agama.

Persoalan lain adalah realitas sosial-ekonomi-politik yang masih diwarnai oleh ketimpangan sosial. Pluralitas agama dan masalah sosial- ekonomi-politik di Indonesia harus dihadapi oleh gereja dengan lebih realistis maka yang diperlukan adalah paradigma misi ekumenis agar membuka kemungkinan terjadinya dialog sehingga

dalam kebersamaan itu gereja-gereja dapat terlibat dalam masalah-masalah kemanusiaan. - Jadi gereja yang kontekstual adalah gereja yang berada di tengah-tengah dan menjadi bagian dari komunitas dunia ini. Maka gereja harus berani terlibat dalam misi pembebasan bagi mereka yang tertindas dan mengalami ketidak-adilan;

berpihak dan membela mereka yang terbuang secara sosial-politik dan korban persaingan ekonomi. Gereja yang kontekstual adalah gereja yang memberi perlindungan dan menolong kaum miskin serta menyatakan suara kenabian kepada mereka yang putus asa menghadapi keserakahan, kebencian, bencana dan penyakit.

Kesimpulan Gereja yang kontekstual adalah gereja melaksanakan misi Allah yaitu misi penciptaan, misi pembebasan, misi kehambaan, misi rekonsiliasi. Menjadi gereja yang kontekstual bersedia menghadirkan dan memperjuangkan keadilan, perdamaian dan integritas ciptaan serta bersedia berdialog dengan agama lain.