Lekukan Batang & Kulit.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERSAMAAN GERAK LURUS smanda giri.
Advertisements

Masih Ingatkah Kamu: 1. Proyeksi Garis pada Bidang?
BAB 3 HUKUM GAUSS PENGERTIAN FLUKS FLUKS MEDAN LISTRIK HUKUM GAUSS
Hukum Gauss FLuks Listrik jumlah
BAB IV BATANG LENGKUNG   Batang-batang lengkung banyak dijumpai sebagai bagian suatu konstruksi, dengan beban lentur atau bengkok seperti ditunjukkan pada.
TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN
SKETSA DAN GAMBAR TEKNIK
BANGUN RUANG SISI DATAR
Alat Ukur Linier Langsung
Bore Gage atau Cylinder Gage
Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi & Komunikasi
MATA DIKLAT : MELAKS.PEKJ KONSTRUKSI BATU DAN BETON
BANGUN RUANG SISI DATAR. BANGUN RUANG SISI DATAR.
NOTASI BILANGAN BULAT DAN POSISINYA PADA GARIS BILANGAN
Kekontinuan Fungsi.
0.5 SIMETRI DAN PENCERMINAN
BAB 4 POTENSIAL LISTRIK ENERGI POTENSIAL LISTRIK POTENSIAL LISTRIK
SEGI EMPAT SEGI TIGA SEGI BANYAK
Macam-Macam Bangun Ruang
Perencanaan Batang Tarik
Volume Benda Pejal Lempengan, Cincin dan Cakram
Matakuliah : R0132/Teknologi Bahan Tahun : 2006
Engineering Mechanic Pertemuan Ke - 6. Titik Berat dan Momen Inersia Titik berat atau pusat suatu luasan adalah suatu titik dimana luasan terkonsentrasi.
PROYEKSI SIKU-SIKU gambar proyeksi siku-siku dilihat dari enam arah pandang yaitu Pandangan Atas (PA) adalah tampak benda bila dilihat dari atas Pandangan.
ALAT UKUR OLEH LISTIA FIDIA NIM : LOADING.
BAB 4 POTENSIAL LISTRIK ENERGI POTENSIAL LISTRIK POTENSIAL LISTRIK
BAB 3 HUKUM GAUSS PENGERTIAN FLUKS FLUKS MEDAN LISTRIK HUKUM GAUSS
SKK: ENKRIPSI KLASIK - TRANSPOSISI
Besarnya gaya F adalah m = 200 cm 200 cm : 25 cm = 8
PRAKTIKUM MATERIAL JALAN
Tugas Mandiri 3 (P04) Kelompok
MEDAN LISTRIK Fandi Susanto S.Si.
Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK
GAMBAR STANDARD PERTEMUAN KETIGA 21 SEPT 2007.
1.
MODUL KE DELAPAN MENGGAMBAR TEKNlK GAMBAR INSTRUMEN DUA PANDANGAN
APLIKASI INTEGRAL TENTU.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
Sistem Bilangan Real.
Besaran dan Satuan.
Akibat Muatan Garis dan Muatan Bidang
Arif hidayat Gerak Pada Garis Lurus Arif hidayat
Sistem Bilangan Riil.
WORKSHOP MATEMATIKA BANGUN RUANG TABUNG
RUANG DIMENSI TIGA STANDAR KOMPETENSI: Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang; jarak; sudut; dan volume.
BANGUN RUANG “LIMAS”.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
GEOMETRI JARAK ANTARA DUA GARIS DAN DUA BIDANG YANG SEJAJAR
Perencanaan Batang Tarik Pertemuan 3-6
MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU
BANGUN RUANG Dosen : Dina Octaria, S.si, M.pd DISUSUN:
FLUIDA DINAMIS j.
BALOK SUSUN DENGAN PASAK KAYU DAN KOKOT Seringkali dimensi yang ada untuk balok tidak cukup tinggi seperti yang dibutuhkan, sehingga beberapa balok harus.
TUJUAN Merumuskan indikator dari SK-KD yang sesuai.
LUAS BANGUN RUANG Getrudis Jodor Gresia Dolhasair Hasrani
LATIHAN04-1 Soal 1 : Diberikan D = dalam koordinat bola .
BAHAN AJAR FISIKA.
Pengenalan dan Penggunaan Peralatan serta Kelengkapan Gambar Teknik
Sistem Bilangan Riil.
MEDAN LISTRIK.
7/15/2013 STRUKTUR SEL KAYU KAYU KERAS 1. 7/15/2013 KAYU LUNAK Trakeid Kayu Akhir Saluran Resin/Getah Trakeid Kayu Awal Sel Jari-jari SEL-SEL LONGITUDINAL.
Kelompok :. ALINYEMEN hORIZONTAL Bagian-bagian dan menjadi Faktor yang harus di perhitungkan pada Alinyemen Horintal adalah sebagai berikut:
PENGUKURAN OLEH MARDIANA. Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka penting, serta notasi ilmiah KOMPETENSI.
Kerja bangku YUSUF RIZAL FAUZI, S.T., M.T. Mengukur dan menandai benda kerja Mengukur benda kerja berarti membandingkan suatu besaran yang diukur dengan.
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT
PENGGUNAAN DIFERENSIAL
7. APLIKASI INTEGRAL.
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT
MENERAPKAN DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK OLEH : KUSTENDAR, S.T TEKNIK GAMBAR OTOMOTIF SMK AL-IHSAN PAMARICAN.
C. Menghitung jarak titik ke bidang Jarak antara titik dengan bidang adalah panjang garis tegak lurus dari titik ke bidang atau panjang garis lurus dari.
Transcript presentasi:

Lekukan Batang & Kulit

31. Lekukan Batang Bentuk Gleuvenmeter Rusuk-rusuk yang tegak lurus pada mistar M dengan jarak antara rusuk 2 cm. Tiap rusuk mempunyai skala dengan selang antara garis pembagian sebesar ½ cm p1 + p2 Ls trap. = —————— x j 2

Luas lekukan = jumlah luas trapesium = (p1 + p2 + p3 + p4 + ….. + pn ) · 2 cm² Misal panjang dari bagian-bagian tiap rusuk dari kiri ke kanan adalah p1, p2, p3, …….. , pn kali satuan pembagian skala (= ½ cm), sehingga luas penampang lintang lekukan adalah : = (p1 + p2 + p3 + p4 + ……….. + pn ) · ½ · 2 cm² = (p1 + p2 + p3 + p4 + ……….. + pn ) cm² Berarti luas trapesium merupakan jumlah skala yang ditunjukkan oleh rusuk-rusuk tersebut.

32. Tebal K u l i t 21. Titik pengambilan kulit 22. Penentuan tebal kulit a. Pengukuran & Perhitungan tebal kulit b. Peralatan tebal kulit

21. Titik pengambilan kulit  Letak titik pengambilan hendaknya dilakukan pada 4 posisi  2 posisi pada diameter terpendek dan 2 posisi pada tegak-lurus terpendek atau pada diameter terpanjang.

22. Penentuan tebal kulit a. Pengukuran & Perhitungan tebal kulit Tebal kulit pada dasarnya diperoleh dari hasil ukuran di lapangan (t1, t2 , t3 dan t4). Berdasarkan tebal kulit tsb diperoleh diameter batang tanpa kulit (dx). dx = ½ {(D1 + D2) - (t1 + t2 + t3 + t4)} dx = ½ { K/π – (t1 + t2 + t3 + t4)} Volume kulit pada kayu bulat, apalagi pada pohon berdiri dapat dikatakan tidak pernah dilakukan. Dalam skala kecil dilakukan pada kulit “kayu manis”, namun biasanya dalam satuan berat. Bila ingin menentukan volume kulit, maka perhitungannya didasarkan pada “volume selimut”. Rumusan dasarnya adalah volume batang (dengan kulit) kurang volume kayu.

b. Peralatan tebal kulit  Peralatan sederhana

 Alat Sigmat (pengukur tebal kulit)

 Alat pengambil & pengukur tebal kulit Alat ukur bentuk pahat Bor riap

Diameter batang kayu (tanpa kulit) D1 = d1 + t1 + t2 d1 = D1 – (t1 + t2) D2 = d2 + t3 + t4 d2 = D2 – (t3 + t4) d1 + d2 = {D1 – (t1 + t2)} + {D2 – (t3 + t4)} d = ½ {(D1 + D2) – (t1 + t2 + t3 + t4)} D = ½ (D1 + D2) D = K/π d = ½ { K/π – (t1 + t2 + t3 + t4)}