penyimpangan semu hukum mendel Disusun oleh: Fivi Fatmawati (1503086014) Inti Hayaturrohmah (1503086017) Ummu Aliyyatul Mufidah (1503086018) Masithoh Afifah N.A.Z (1503086022) Alfi Ristanti Oktafiani (1503086023) Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo 2017
pengertian Pola penyimpangan rasio fenotip yang terjadi akibat adanya gen-gen yang saling mendukung atau saling mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan ekspresi tampilan individu.
Para ahli sering menemukan ratio fenotip yang ganjil, seakan-akan tidak mengikuti hukum Mendel. Misalnya pada perkawinan antara 2 individu dg 2 sifat beda, ternyata ratio fenotip F2 tidak selalu 9:3:3:1. Tetapi sering dijumpai perbandingan-perbandingan 9:7, 12:3:1, 15:1, 9:3:4 dll. Bila diteliti betul-betul angka-angka perbandingan di atas, ternyata juga merupakan penggabungan angka-angka perbandingan Mendel. 9:7 = 9:(3+3+1), 12:3:1 = (9+3):3:1, 15:1 = (9+3+3):1, 9:3:4 = 9:3:(3+1). Oleh sebab itu disebut penyimpangan semu, karena masih mengikuti hukum Mendel. Penyimpangan semu hukum Mendel : terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-hukum perbandingan genotip dari Mendel.
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi dalam memberikan fenotip pada suatu individu. Peristiwa pengaruh mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut Interaksi Gen. Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam.
Interaksi gen ada 5 macam : Atavisme Epistasis – Hipostasis Kriptomeri Polimeri Komplementer
ATAVISME Contoh : Pial Ayam Atavisme adalah interaksi dari beberapa gen yang mengakibatkan munculnya suatu sifat yang berbeda dengan karakter induknya. Sifat ini terdapat pada jengger/pial ayam. Contoh : Pial Ayam
Pada persilangan antar F1, yang disilangkan adalah ayam dengan genotipe RRp (rose) dan rrPP (pea), dan dari sanalah munculnya sifat baru pada pial ayam, yaitu walnut dan single. Tipe walnut merupakan hasil interaksi dari dua gen dominan yang berdiri sendiri. Tipe pial single merupakan hasil interaksi dua gen resesif. Interaksi antar gen tersebut menentukan bentuk pial ayam. GEN R : Pial Rose / Gerigi / Mawar r : Single / Bilah / Tunggal P : Pea / Ercis / Biji p : Single / Bilah / Tunggal Genotip : R –P- : Walnut / sumpal R- pp : Rose rrP- : Pea rrpp : Single
EPISTASIS – HIPOSTASIS Epistasi adalah gen yang bersifat menutupi dan hipostasi adalah gen yang bersifat tertutupi. Ada 3 macam epistasi dan hipostasi, yaitu epistasi dominan, epistasi resesif, dan epistasi dominan dan resesif.
Epistasi dominan (terdapat gen dominan yang bersifat epistasis terhadap gen lain yang tidak sealel) . Contoh : warna labu, gen P epistasi terhadap K dan k
2. Epistasi resesif (terdapat gen resesif yang bersifat epistasis terhadap gen lain yang tidak sealel)
3. Epistasi dominan dan resesif (terdapat dua gen epistasis, gen dominan dari pasangan gen I epistasis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya dan gen resesif dari pasangan gen II juga epistasis terhadap pasangan gen I) Contoh : bulu ayam leghorn, gen I epistasis terhadap C dan c serta gen cc epistasis terhadap I dan i
Diagram persilangan ayam leghorn putih (IICC) dan ayam l eghorn putih (iicc) sebagai berikut : Perbandingan fenotipe ayam putih : ayam berwarna 13 : 3
KRIPTOMERI Peristiwa munculnya karakter dominan jika bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Jika gen dominan berdiri sendiri, karakternya akan tersembunyi (kriptos). Interaksi antargen dominan akan menimbulkan karakter baru. Contoh persilangan antara Linnaria marocanna berbunga merah dan Linnaria marocanna berbunga putih dihasilkan F1 seluruhnya berwarna ungu.
Diagram persilangan Linnaria marocanna sebagai berikut. Perbandingan fenotipe ungu : merah : putih 9 : 3 : 4
POLIMERI Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi akibat adanya interaksi antara dua gen atau lebih sehingga disebut juga gen ganda. Peristiwa polimeri mirip dengan persilangan dihibrida dominan tidak penuh (intermediat).
CONTOH : tanaman gandum berbiji merah disilangkan dengan tanaman gandum berbiji putih Perbandingan fenotipe merah : putih 15 : 1
KOMPLEMENTER Gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi sehingga memunculkan fenotipe baru. Kedua sifat yang diturunkan harus bersifat dominan, maka sifat tersebut akan muncul. Jika salah satu gen tidak muncul, sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau tidak sempurna.
bunga Lathyrus odoratus terdapat dua gen yang saling berinteraksi dalam memunculkan pigmen warna pada bunga. Gen C: membentuk pigmen warna Gen c: tidak membentuk pigmen warna Gen P: membentuk enzim pengaktif Gen p: tidak membentuk enzim pengaktif Berdasarkan karakter gen-gen tersebut, warna bunga hanya akan muncul jika kedua gen (penghasil pigmen dan penghasil enzim) bertemu. Jika kedua gen tersebut tidak bertemu, warna bunga yang terbentuk adalah putih.
Persilangan bunga Lathyrus odoratus Perbandingan fenotipe ungu : putih 9 : 7
Daftar pustaka Adip , dkk. 2014. Strategi & Kupas Tuntas SKL UN SMA/MA IPA Edisi Lengkap. Solo: Genta Smart Production. Hermanto, hermanto. 2014. Big Bank Soal-Bahas: Biologi SMA/MA. Jakarta: WahyuMedia. Sururi, Adip Ma'rifu dkk. 2015. Detik-Detik Ujian Nasional : Biologi, Tahun Pelajaran 2014/2015. Klaten: PT Intan Pariwara. http://bionomipa.blogspot.co.id/2015/04/indikator-33-penyimpangan-semu-hukum.html , diakses pada tanggal 16 mei 2017 pada pukul 12.45 WIB. https://www.academia.edu/10760246/GENETIKA_HUKUM_MENDEL_DAN_PENYIMPANGAN_SEMU_HUKUM_MENDEL, diakses pada tanggal 16 mei 2017 pada pukul 12.45 WIB.
Terimakasih