INTERAKSI ANTARA Fe DAN Cu NOOR KOMARI PRATIWI 2008-32-029
Cu (TEMBAGA) Tembaga dianggap sebagai zat gizi esensial pada tahun 1928, ketika ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah bila tembaga dan besi keduanya ada di dalam tubuh dalam jumlah cukup.
Cu dalam tubuh 50-120 mg 40% di otot 10% di otak 15% di hati 6% di darah tulang, ginjal, dan jaringan lain
Cu pada plasma 60% pada seruloplasmin 30% pada transkuprein terikat 60% pada seruloplasmin Cu pada plasma 30% pada transkuprein pada albumin dan asam amino
Absorbsi dan Metabolisme Cu Sebanyak 35-70% dari 1 mg Cu yang diperoleh dari makanan sehari-hari diabsorpsi. Transpor Cu ke hati terutama menggunakan alat angkut albumin dan transkuprein. Penyimpanan sementara Cu adalah dalam bentuk kompleks albumin-tembaga. Simpanan dalam hati berupa metalotionein atau seruloplasmin. Cu diangkut ke seluruh tubuh oleh seruloplasmin dan transkuprein.
Asam askorbat dalam jumlah berlebihan Seng dan besi dalam jumlah berlebihan menghambat absorpsi Cu defisiensi Cu Asam askorbat dalam jumlah berlebihan menurunkan kemampuan oksidasi Cu atau kemampuan fungsional seruloplasmin
Fungsi Cu Fungsi utama Cu di dalam tubuh adalah sebagai bagian dari enzim. Cu memegang peranan dalam mencegah anemia dengan cara membantu absorpsi besi merangsang sintesis hemoglobin melepas simpanan besi dari feritin dalam hati Sebagai bagian dari enzim seruloplasmin, Cu berperan dalam oksidasi besi bentuk fero menjadi feri. Sebagai bagian enzim tirosinase Cu berperan dalam perubahan asam amino tirosin menjadi melanin, yaitu pigmen rambut dan kulit. Kekurangan Cu dikaitkan dengan albinisme, yaitu kekurangan warna kulit dan rambut.
Angka Kecukupan Cu yang Dianjurkan Kekurangan Cu karena makanan jarang terjadi, oleh karena itu AKG untuk Cu di Indonesia belum ditentukan. Amerika Serikat menetapkan jumlah Cu yang aman untuk dikonsumsi adalah sebanyak 1,5-3,0 mg sehari. Sumber Cu Tiram Kerang Hati Ginjal Kacang-kacangan Unggas Biji-bijian Serealia Coklat Air
AKIBAT KEKURANGAN Cu AKIBAT KELEBIHAN Cu Pernah dilihat pada anak-anak kekurangan protein dan menderita anemia serta pada anak-anak yang diare. Dapat terjadi pada bayi lahir prematur atau bayi yang minum susu sapi yang komposisigizinya tidak disesuaikan. Dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme,di samping itu terjadi demineralisasi tulang. Karena suplemen Cu, atau menggunakan alat masak terbuat dari tembaga, terutama bila digunakan untuk memasak cairan yang bersifat asam. Kelebihan Cu secara kronis penumpukan Cu di dalam hati nekrosis hati atau serosis hati Konsumsi 10-15 mg Cu/hari dapat menimbulkan muntah dan diare, berbagai tahap pendarahan intravaskuler, juga nekrosis sel-sel hati dan gagal ginjal. Konsumsi dosis tinggi kematian
INTERAKSI ZAT BESI DAN CUPRUM PADA PERKEMBANGAN Lorraine Gambling, Ruth Danzeisen, Cedric Fosset, Henriette S. Andersen, Susan Dunford, S. Kaila S. Srai, dan Harry J. McArdle INTERAKSI ZAT BESI DAN CUPRUM PADA PERKEMBANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KEHAMILAN
ABSTRAK Selama kehamilan, zat-zat gizi dipindahkan dari ibu ke janin melalui plasenta. Jalannya mekanisme dan adaptasi yang terjadi pada reaksi terhadap kekurangan atau kelebihan zat besi (Fe) dan Cuprum (Cu) diuji pada penelitian ini. Defisiensi Fe selama kehamilan biasa terjadi dan berakibat serius, seperti retardasi perkembangan janin dan masalah penyakit jantung saat dewasa. Begitu juga dengan defisiensi Cu memberikan pengaruh yang tidak baik. Plasenta meminimalisasi pengaruh dari defisiensi dengan pengaturan protein termasuk transfer Fe. Sebagai contoh, peningkatan level reseptor transferrin berbanding terbalik dengan kadar Fe ibu hamil.
Defisiensi Fe meningkatkan kadar Cu pada hati, serum, dan plasenta ibu hamil, namun berpengaruh lebih sedikit pada serum dan hati janin. Defisiensi Fe juga berpengaruh terhadap peningkatan Tingkat Tumor Necrosis Factor α (TNFα) dan peningkatan TNFα Reseptor1 (TNFαR1). Data menunjukan bahwa perubahan status Fe berpengaruh terhadap metabolisme logam lainnya dan mediator penting lainnya dari fungsi sel. Ini merupakan bagian yang penting selama kehamilan, saat perkembangan janin sangat rentan terhadap status zat gizi mikro yang tidak tepat. KATA KUNCI: · sel BeWo ·zat gizi mikro ·transfer plasenta ·defisiensi ·tikus ·manusia
PEMBAHASAN Pembuahan 50% gagal penanaman 30% gagal hingga akhir 50% berhasil penanaman 70% berhasil hingga akhir 1-2% bayi yang dilahirkan dengan kelainan-kelainan & harus dirawat di ICU Terdapat beberapa penyebab terjadinya BBLR dan lahir prematur, dan zat gizi yang tidak tepat memberikan pengaruh yang penting. Dalam penelitian ini, akan fokus pada 2 zat gizi mikro, Cu dan Fe, bagaimana perkembangan janin mengatur kadar zat-zat gizi mikro ini dan bagaimana Fe dan Cu saling mempengaruhi satu sama lain.
Sekitar 600 mg-1 gr Fe dibutuhkan untuk meningkatkan kadar Hb ibu hamil dan untuk kebutuhan janin. Penambahan asupan makanan, yang tinggi kandungan Fe, selama kehamilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuahan Fe diambil penyimpanan Fe anemia ibu hamil. Di negara maju, anemia 20% kehamilan. Di negara berkembang, anemia 80% kehamilan. Akibat Anemia Bagi bumil : meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Bagi anak : berat badan lahir rendah (BBLR) dan peningkatan risiko penyakit jantung saat dewasa. Pada binatang percobaan, defisiensi Fe pada kehidupan dini dapat menyebabkan perubahan pada biokimia dan perkembangan otak.
Asupan harian Cu dari makanan normalnya sekitar 0,6–2 mg. Pada manusia, serum Cu ibu hamil 2 kali lipat dari kadar Cu pada keadaan normal orang dewasa yang sehat, merupakan sebuah peran penting dari Cu dan ceruloplasmin selama kehamilan. Defisiensi Cu lebih jarang terjadi. Hanya ditemukan pada kondisi percobaan atau ketika janin menderita penyakit Menkes, sebuah penyakit genetik yang menyebabkan defisiensi Cu. Pada binatang percobaan, defisiensi Cu bisa menyebabkan beberapa akibat seperti penyakit jantung, kelainan otak, dan retardasi perkembangan janin.
menggunakan reseptor transferrin melalui endocytosis Fe diambil dari ibu menggunakan reseptor transferrin melalui endocytosis Holo-transferrin mengikat reseptor Lubang (dilapisi clathrin) Beberapa endo diasamkan Pengeluaran Fe Melalui Divalent Metal Transporter 1 (DMT1) Sitoplasma Melalui Plasenta Sirkulasi Janin
Plasenta mengatur pemindahan zat-zat gizi mikro. Pada penelitian yang menguji pengaruh defisiensi Fe pada kadar Fe di janin dan keturunan selanjutnya, peneliti memberi makan pada tikus-tikus wanita dengan kandungan Fe yang berbeda. Ternyata, kadar Fe pada hati ibu hamil lebih rendah 30% dari kontrol. Dan kadar Hb pada hati janin lebih rendah 54% dari kontrol, penurunan kadar Hb yang cukup signifikan akibat defisiensi Fe. Defisiensi Fe memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung pada perkembangan. Peneliti telah melihat bahwa defisiensi Fe mengakibatkan peningkatan Tumor Necrosis Factor α (TNFα) pada plasenta, juga peningkatan TNF α Reseptor 1 (TNFαR1).
Tidak banyak diketahui tentang mekanisme pemindahan Cu melalui plasenta. Kemampuan perkembangan janin untuk mengganti kerugian akibat defisiensi Fe lebih kecil dibandingkan kerugian akibat defisiensi Cu, karena konsentrasi serum Cu janin tidak berhubungan secara langsung dengan ibu. Tingkat Cu janin lebih rendah dibandingkan dengan ibu, begitu juga dengan konsentrasi ceruloplasmin. Peningkatan kebutuhan Cu meningkat pada trimester akhir tidak hanya tergantung pada energi, namun dengan alat pengangkut yang spesifik. Plasenta dapat mengakumulasi Cu salah satunya dari ceruloplasmin, CuHis2 atau dari molekul rendah yang kompleks, dan beberapa data menyatakan bahwa ceruloplasmin lebih efisien memberikan Cu untuk janin dibandingkan CuHis2 dan molekul rendah yang kompleks.
Pada jaringan-jaringan, tingkat Cu dan Fe dengan proporsi yang berbanding terbalik. Peneliti telah menguji hal tersebut pada defisiensi Fe tikus dan menemukan beberapa hasil yang sama, bahwa tidak ada hubungan antara Fe dan Cu pada janin (hasil yang belum dipublikasikan). Kenapa hal ini bisa terjadi sangat tidak jelas.
KESIMPULAN Data yang dibahas dalam penelitian ini untuk melihat seberapa penting Cu dan Fe bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Meskipun di awal telah mencoba untuk mengerti beberapa proses, namun tetap ada bagian-bagian yang belum jelas. Yang lebih penting lagi, interaksi antara zat-zat gizi mikro dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tidak diteliti lebih lanjut, dan banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan. Hal ini menjadi bagian dari hubungan pemberian suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan penggunaan suplemen vitamin sebelum kelahiran yang mengandung Fe dan Cu.
Terima kasih