PSIKODIAGNOSTIK I “Tes Modern”
Sejarah Tes Modern Dahulu, sebagaian besar masyarakat dunia menganggap orang-orang yang secara fisik dan perilaku kurang/ tidak normal adalah akibat kutukan, karma, kemasukan roh halus, dan diguna-guna sehingga diperlakukan secara tidak baik, misalnya; dikucilkan, diabaikan, dicemooh, bahkan disiksa
Cont… Lama-kelamaan orang semakin peduli dengan masalah-masalah mental, sehingga menyadari pentingnya kriteria untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi kasus-kasus ini. Banyak didirikan lembaga-lembaga sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut
Cont.. Awalnya, orang yang gila (schizofrenia) dan retardasi mental disamakan karena keduanya memperlihatkan tingkat inteligensi yang rendah (bodoh). Esquirol (dokter asal Prancis, 1938) menjelaskan tentang keterbelakangan mental (retardasi mental) dan mengklasifikasinya ke dalam beberapa tingkatan
Cont… Seguin (dokter asal Prancis), yakin bahwa keterbelakangan mental dapat disembuhkan, ia mendirikan metode pelatihan fisiologis bagi anak2 yang berketerbelakangan mental.
Psikologi Eksperimental Pendirian Laboratorium Psikologi pertama oleh Wundt di Leipzig (1879) banyak membawa kemajuan dalam bidang Psikologi. Saat itu, msalah-masalah yang ditelaah dalam laboratorium mereka pada umumnya menyangkut kepekaan pada stimuli visual, pendengaran, dan indra-indra lainnya dan menyangkut waktu reaksi.
Sumbangan Francis Galton Seorang Pakar Biologi Inggris merupakan orang yang berpengaruh besar dalam pengetasan Psikologi. Berdasarkan latar belakang keilmuannya, ia membuat beberapa alat tes. Galton yakin bahwa tes-tes pembedaan indrawi bisa berfungsi sebagai sarana untuk mengukur kecerdasan seseorang. Satu-satunya informasi yang sampai pada kita sehubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal tampaknya melalui celah indra kita. Maka ia melihat seberapa kesensitifan indewi terhadap rangsangan luar untuk menentukan kecerdasan
Tes mental - Cattel James McKeen Cattel (Psikolog Amerika) merupakan pencetus istilah tes mental Cattel mempunyai pandangan yang sama dengan Galton bahwa semakin baik fungsi indrawi semakin baik pula intelektual seseorang. Ia membuat alat tes yang diselenggarakan secara individu, meliputi ukuran-ukuran kekuatan otot, kecepatan gerakan, sensitivitas terhadap rasa sakit, ketajaman penglihatan dan pendengaran, pembedaan berat, waktu reaksi, ingatan, dsb.
Kraepelin Kreapelin (1895), mengukur aspek mental yang lebih kompleks. tes ini dirancang untuk mengungkap faktor-faktor dasar yang menjadi karakteristik individual. Aspek yang diukur; efek latihan, ingatan, kerentanan terhadap kelelahan dan kerentanan terhadap pemecah perhatian Semakin tinggi kemampuan mentalnya maka akan tetap stabil
Cont… Oeher (murid Kraepelin), menyusun tes persepsi, ingatan, asosiasi dan fungsi motorik untuk meneliti interrelasi fungsi-fungsi psikologis. Ebbinghaus mengembangkan tes komputasi aritmatika, luas ingatan, dan perlengkapan kalimat. Binet & Henri mengkritik tes2 tersebut karena terlalu sensoris dan berkonsentrasi pada kemampuan khusus
Kritik Binet & Henri Binet & Henri (1895) mengkritik sebagian besar rangkaian tes karena terlalu indrawi dan berkonsentrasi pada kemampuan yang sederhana dan terspesialisasi. Harusnya, tes psikologi mengukur kemampuan yang lebih luas dan kompleks, seperti; ingatan, imajinasi, perhatian, pemahaman, kerentanan terhadap sugesti, apresiasi estetik, dll
Binet & Tes Kecerdasan Alfred Binet (1857-1911) membuat suatu pengukuran inteligensi dengan cara mengukur lingkaran tempurung kepala anak-anak (metoda Kraniometri), Namun akhirnya (3 thn berikutnya) ia sendiri meragukan hasil penelitiannya & meninggalkan usaha tersebut. 1904 Binet mulai membuat alat baru yang lebih psikologis.Dirancang untuk mengukur ketajaman bayangan, ketahanan dan kualitas perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika dan kecepatan menemukan kesalahan logika serta memahami kalimat-kalimat.
Cont… Ia yakin aneka kemampuan tersebut berhubungan satu sama lain dan menjadi dasar inteligensi. Sejarah menggariskan bahwa, Binet menjadi pemancang tonggak awal tes-tes inteligensi modern diseluruh dunia. Skala Binet-Simon yang pertama (1905) terdiri dari 30 masalah, yang diberikan pada 50 anak normal yang berusia 3-11 tahun, namun belum ditentukan metode yang akurat untuk meghitung skor total
Cont… Pada skala yang kedua (1908), jumlah tes ditingkatkan, persoalan yang kurang memuaskan dibuang, dan semua tes dikelompokkan dalam tingkatan umur yang berbeda atas kinerja 300 anak normal yang berusia 3-13 tahun. Pada saat ini sudah ada istilah usia mental yang menunjukkan usia anak-anak normal dengan hasil skor total
Cont… Skala Binet-Simon yang terakhir yang berupa revisi yang ketiga terbit pada tahun 1911, beberapa tes dihilangkan dari skala, beberapa tes baru di tambahkan pada level-level usia tertentu dan dilakukan pula perluasan soal sampai mencakup pada level usia mental dewasa. Revisi Amerika yang paling terkenal adalah yang dilakukan oleh Lewis Madison Terman di Stanford University yang terbit pada tahun 1916, beris 90 soal. Hasilnya dikenal dengan nama Stanford-Binet. Stanford-Binet menjadi skala standar dalam psikologi. Kemudian selanjutnya skala Stanford-Binet mengalami beberapa kali revisi untuk menjadi lebih baik.
Testing Kelompok Tes Binet dan semua revisinya merupakan tes individual; tes yang diberikan hanya pada seorang testee pada satu waktu. Ada kebutuhan mendesak, ketika tentara Amerika Serikat ikut Perang Dunia I pada tahun 1917 membutuhkan tes psikologi dalam mengklasifikasikan intelektual calon tentara dalam jumlah yang sangat besar
Tes individual memiliki beberapa kelemahan: Masalah validitas. Kurang validitas bukan pada alatnya tetapi pada testernya. Untuk itu diperlukan tester yang profesional dan berpengalaman (orang yang kompeten) Masalah efektifitas dan efisiensi dalam pengukuran. Membutuhkan waktu yang panjang serta biaya yang cukup banyak
Army Alpha Tes yang dikembangkan oleh ahli psikologi dalam militer (PD I) yang pertama kali adalah tes Army Alpha Berupa tes paper and pencil, dan bentuknya cukup sederhana. Untuk melihat kemampuan intelektual, daya tangkap intruksi lisan, kecepatan dan ketelitian
Army Betha Karena bentuk tes army alpha yang hanya dapat diberikan kepada orang yang dapat menulis dan membaca, dibutuhkan alat tes lain yang dapat dipergunakan untuk orang buta aksara Army Betha dapat diberikan kepada orang buta aksara, karena tidak melibatkan pengetahuan mengenai huruf dan angka, tetapi hanya berupa kode-kode
Tes Bakat Tes inteligensi yang sudah ada tidak mampu untuk mengukur kemampuan/ potensi seseorang secara keseluruhan. Sebelum PD I sebenarnya para psikolog sudah mengakui diperlukannya tes bakat khusus untuk melengkapi tes inteligensi global. Kemudian dikembangkanlah tes bakat khusus untuk konseling pekerjaan, seleksi dan klasifikasi personel industri dan militer. Misal: tes bakat mekanikal, klerikal, musikal, dan artistik.
Cont… Tes inteligensi sebenarnya kurang akurat untuk melihat bakat seseorang karena tidak mewakili secara keseluruhan. Maka disusuan tes multibakat (Multiple Aptitude Test) Instrumen ini dibutuhkan dalam dunia pendidikan untuk penjurusan siswa, membantu siswa memilih sekolah lanjutan yang lebih sesuai, penempatan kerja, dll Misalnya: DAT, GATB, Tes E, PTP, Adkudag,dll
Tes Prestasi Sementara ahli psikologi sibuk mengembangkan tes inteligensi dan tes potensia intelektual khusus, ujian-ujian tradisional di sekolah-sekolah mengalami perbaikan teknis. Terjadi pergeseran dari bentuk esai ke ujian bentuk tes objektif dengan pelopornya penerbitan The Stanford Achievement test pada tahun 1923 Guna mengurangi ketidakadilan dan diperlukannya standar yang sama untuk suatu area maka dibuatlah tes prestasi yang dibakukan, misal: TOEFEL, CEEB, ETS, dsb
Penilaian Kepribadian Tes kepribadian yang dimaksud adalah penilaian karakteristik keadaan emosi, hubungan antar pribadi, motivasi, minat dan sikap. Perintis awalnya adalah kraepelin dalam tes asosiasi bebas Tes kepribadian dapat berupa tes proyektif dapat pula berupa inventory (self report)