KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Disampaikan Oleh: ZAINULLAH, M.Pd.I STAI AL KHAIRAT PAMEKASAN Pada Perkuliahan Ilmu Pendidikan Islam Semester II/Manajemen Pendidikan Islam
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua pengalaman belajar
KOMPONEN KURIKULUM TUJUAN. ISI (Materi) atau PROGRAM METODE atau PROSES BELAJAR MENGAJAR EVALUASI
Langkah-langkah mendesain kurikulum berdasarkan komponen-komponen diatas Rumuskan tujuan sejelas mungkin Menentukan isi kurikulum; isinya adalah meteri pengetahuan dan berbagai kegiatan, dengan kata lain kita dapat membuat daftar mata pelajaran dan kegiatan serta silabusnya masing-masing sesuai rumusan tujuan Menentukan cara mencapai tujuan, bentuk oprasional proses belajar mengajar ditulis dalam lesson plan. Banyak teori yang harus dipertimbangkan ; psikologi, metodologi pengajaran, teknik evaluasi, pertimbangan waktu, tempat, suasana dll. Evaluasi, tindakan mengukur berapa banyak tujuan telah dicapai
Ciri-ciri Kurikulum pendidikan Islam, antara lain: Ruh Islamiyah: setiap yang berkait dengan kurikulum –termasuk falsafah, tujuan, metode– harus berdasar pada agama dan akhlak Islam. Sebab Nabi diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Universal: tujuan kurikulum harus meliputi segala aspek pribadi pelajar, kandungannya juga harus meliputi aspek yang berguna bagi pembinaan pribadi pelajar yang terpadu dan bermanfaat bagi perkembangan masyarakat. Balancing (berimbang): antara tujuan dan kandungan kurikulum harus ada keseimbangan dalam penyusunannya. Di dalamnya harus tercakup tujuannya untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi dengan memperhatikan perkembangan jasmani, akal, jiwa, dan kebutuhan lainnya.
Ciri-ciri Kurikulum pendidikan Islam, antara lain: Lanjutan…. Ciri-ciri Kurikulum pendidikan Islam, antara lain: 4. Sesuai dengan perkembangan psikologis: prinsip ini berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan pelajar, kebutuhan pelajar, dan kondisi realitas lingkungan alam sekitar di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi 5. Memperhatikan lingkungan sosial: dalam hal ini kurikulum harus akomodatif dalam proses pemasyarakatan (socialization) bagi pelajar, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, kebiasaan dan sikap, cara berpikir dan tingkah laku, kerjasama serta tanggung jawab terhadap lingkungannya. Bagi masyarakat, kurikulum harus akomodatif untuk ikut mengembangkan dan mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, kurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan stake holders (pemakai jasa pendidikan).
Menurut Al Abrasyi Prinsip yang dipertimbangkan dalam Menyiapkan Kurikulum Pendidikan Islami Harus ada mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik rohani atau hati Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan carahidup Mata pelajaran hendaknya mengandung kelezatan ilmiah, yaitu sekarang disebut orang mempelajri ilmu untuk ilmu. Ilmu dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada setiap manusia Mata pelajaran harus bermanfaat secara praktis dalam kehidupan Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu lain
Kurikulum yang diberikan Nabi Muhammad selama di Makkah adalah Al-Quran, rinciannya ; iman, shalat dan akhlak
Rumah al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama, sedang guru agungnya adalah Rasulullah SAW. sendiri. Di sana beliau mengajarkan apa-apa yang diturunkan Jibril kepada para pengikutnya yang masih sedikit, yakni dengan membentuk ideologinya sesuai dengan ajaran Islam yang mulia. Namun dengan bertambahnya umat Islam maka lembaga pendidikan pun mengalami perubahan.
Setelah hijrah ke Madinah, di mana pengikut beliau mengalami peningkatan jumlah yang sangat signifikan, dan setelah berdirinya Negara Kota Madinah, pusat pendidikan beralih ke masjid. Maka masjid menjadi lembaga pendidikan Islam kedua Masjid tidak hanya menjadi pusat pendidikan masa Nabi semata, tetapi juga pada masa Khulafa’ Rasyidun ketika ilmu pengetahuan telah memasuki masyarakat Islam dan dipelajari bersama dengan ilmu-ilmu agama Islam.
Sedangkan Kurikulum pada masa Nabi di Madinah, terdiri atas: Membaca Al-Qur’an Keimanan (rukun iman) Ibadah (rukun Islam) Akhlak Dasar ekonomi Dasar politik Pendidikan jasmani Membaca dan menulis.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH 1. Shuffah: merupakan tempat yang menyediakan pemondokan bagi pendatang yang miskin. Di sini mereka belajar membaca dan menghafal Alquran secara benar dan hukum Islam dan dibimbing langsung oleh Nabi SAW. ketika itu sudah ada 9 shuffah yang tersebar di Madinah. Satu di antaranya di samping Masjid Nabawi. Nabi mengangkat Ubaid ibn al-Shamit menjadi guru shuffah di Madinah. Dalam perkembangannya, di shuffah juga diajarkan dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi, dan ilmu fonetik.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH 2. Kuttab/Maktab: adalah lembaga pendidikan dasar tempat diajarkan tulis-menulis dan membaca, dan kemudian meningkat pada pengajaran Alquran dan pengetahuan agama tingkat dasar. Biasanya digunakan tempat belajar bagi anak- anak sebelum melanjutkan belajar di masjid. Menurut Philip K. Hitti, kurikulum pendidikan di kuttab berorientasi pada Alquran sebagai textbook. Hal ini mencakup pengajaran membaca, menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa Arab, sirah nabawiyah, hadis, dll. Sejak abad 8 M, kuttab juga mengajarkan pengetahuan umum selain ilmu agama..
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. 3. Halaqah: pelaksanaan pengajaran di mana murid- murid melingkari gurunya. Kegiatan halaqah bisa terjadi di masjid atau di rumah-rumah para ulama, istana khalifah atau para pembesar. Sebagai contoh: Ibn al-Arabi memiliki halaqah yang diikuti ± 100 pelajar, di mana ia mendiktekan sejumlah buku yang dibawa di atas beberapa unta. Dalam halaqah, kurikulum pendidikannya tidak hanya ilmu agama Islam tetapi juga pengetahuan umum dan filsafat. Dilihat dari kurikulum yang diajarkan, maka halaqah bisa dikatakan setingkat dengan lembaga pendidikan lanjutan atau college.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. 4. Majlis: sesungguhnya sudah ada sejak awal kebangkitan Islam. Tapi dalam perkembangannya menjadi semacam tempat para ulama dalam berdiskusi tentang ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Menurut Muniruddin Ahmed ada 7 macam majlis, sebagai berikut: Majlis al-hadits, yakni tempat seorang ahli hadis mentransfer ilmunya kepada para muridnya. Ashim ibn Ali memiliki majlis hadis di Masjid Rusafa yang diikuti oleh 100.000 – 120.000 orang dalam tempo 20 – 30 tahun. Majlis al-tadris, majlis ini menunjuk pada majlis fiqh, majlis nahwu, majlis kalam, dll.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. Majlis al-Munazharah, di sini dilaksanakan perdebatan mengenai suatu masalah oleh para ulama. Menurut Syalabi, khalifah Abbasiyah sering mengundang para ulama untuk berdebat di istananya. Di luar istana, majlis ini dilaksanakan secara kontinyu dan spontan, bahkan ada yang menjadi tempat kontes terbuka di kalangan ulama. Majlis al-Mudzakarah, tempat berkumpul para pelajar hadis untuk saling mengingat dan mengulang pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru. Majlis ini berkembang menjadi majlis yang berbeda-beda sesuai materi yang didiskusikan. Majlis sanad, matan, dsb.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. Majlis al-Syu’ara’, tempat belajar syair dan sering juga dipakai tempat kontes para penyair. Majlis al-Adab, tempat membahas masalah sastra, meliputi puisi, silsilah, dan laporan bersejarah orang-orang terkenal. Majlis al-Fatawa wa al-Nazhar, merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu masalah di bidang hukum untuk difatwakan. Dikatakan majlis al-nazhar karena karakteristik majlis ini adalah perdebatan antara ulama fiqh.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. 5. Masjid: telah menjadi lembaga pendidikan sejak masa Rasulullah SAW. selain tempat untuk membicarakan masalah pemerintahan. Dalam perkembangan berikutnya, jami’ adalah masjid yg. dikhususkan untuk tempat salat Jum’at dan masjid biasa. Jumlah jami’ hanya ada 6 buah pada abad 11 di Baghdad, sedang masjid jumlahnya ratusan. Jami’ maupun masjid keduanya digunakan sebagai tempat pendidikan Islam, dan biasanya terdapat halaqah, majlis, atau zawiyah. Jami’ biasanya dikelola oleh otoritas di bawah khalifah, sehingga mereka mengintervensi dalam kurikulum, tenaga pengajar, pembiayaan dll. Sedang masjid bisa dikelola individu.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH 6. Khan: biasanya merupakan gudang besar, tetapi juga digunakan untuk asrama para pelajar dari luar kota yang akan belajar hukum Islam di suatu masjid, seperti khan yang dibangun Di’lij ibn Ahmad pada akhir abad 10 M. di Suqaiqat Ghalib dekat makam Suraij. Juga untuk belajar privat. 7. Ribath: tempat kegiatan para sufi yang ingin zuhd dan konsentrasi dalam ibadah. Juga memberikan perhatian thd. kegiatan keilmuan yang dipimpin oleh Syaikh yang terkenal dengan ilmu dan kesalehannya.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH Lanjutan…. 8. Rumah ulama: juga ditempati untuk belajar ilmu- ilmu agama. Hal itu biasanya karena ulama tsb. tidak mungkin mengajar di masjid, sedang banyak pelajar yang berminat belajar darinya. Seperti yang dilakukan Al-Ghazali, Ali Ahmad al-Fasihi 9. Maktabah: yang semula hanya menjual buku, dalam perkembangannya juga digunakan tempat untuk berdiskusi dan debat. Demikian juga dengan perpustakaan yang memiliki peran penting dalam kegiatan transmisi ilmu pengetahuan. Pertama kali digagas oleh Al-Makmun al-Abbasi, yang diikuti penerusnya.