MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM “HILDA TABA” OLEH IKA UMAYA YASINTA - 0104511008 SURYA PUSPITA SARI - 0104511005
Model Pengembangan Kurikulum Konseptualisasi dalam bentuk persamaan, peralatan fisik, uraian atau analogi grafik yang menggambarkan situasi (keadaan) yang sebenarnya, baik berupa keadaan apa adanya maupun keadaan yang seharusnya. (Silvern, AECT, 1986). Pengembangan Kurikulum (curriculum development) Merupakan istilah komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian.
Model Pengembangan Kurikulum Adalah … Inti dari aktivitas ini adalah pengambilan keputusan tentang apa, mengapa dan bagaimana komponen-komponen kurikulum akan dibuat. Gambaran sistematis mengenai prosedur yang ditempuh dalam melakukan aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan, pelaksanaan (uji coba), dan penilaian kurikulum.
Model Pengembangan Kurikulum Beberapa model pengembangan kurikulum : Model Ralph Tyler Model Zais Model Beauchamp Model Hilda Taba Model Seller dan Miller
Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba (inverted model) Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler, yang menekankan pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum Menurut Taba : guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum Foto Hilda Taba
Pandangan Taba Dalam Pengembangan Kurikulum Tradisional 1. Penentuan prinsip – prinsip dan kebijaksanaan dasar Urutan pengembangan kurikulum deduktif (Tradisional) : 2. Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan komitmen tertentu 3. Menyusun unit – unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh 4. Melaksanakan kurikulum di dalam kelas
Pandangan Taba Dalam Pengembangan Kurikulum Taba menganjurkan pendekatan Induktif untuk pengembangan kurikulum, dimulai dengan spesifik. Membangun dengan desain umum yang bertentangan dengan pendekatan deduktif lebih tradisional dimulai dengan desain umum dan bekerja sampai ke spesifik.
Pandangan Taba Dalam Pengembangan Kurikulum Taba berpendapat model deduktif kurang cocok sebab tidak merangsang timbulnya inovasi – inovasi Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan kebalikan dari model tradisional.
Pandangan Taba Dalam Pengembangan Kurikulum Taba yakin bahwa proses deduktif yang paling mendasar ini cenderung mengurangi kemampuan inovasi kreatif, karena membatasi kemungkinan untuk bereksperimen tentang ide maupun konsep pengembangan kurikulum yang mungkin timbul. Ia berpegang bahwa perubahan dapat dimulai dengan mendesain kembali keseluruhan kerangka kerja.
Karakteristik Model Kurikulum Taba Taba mengambil apa yang dikenal sebagai akar rumput pendekatan pengembangan kurikulum Pengembangan Kurikulum dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangannya lebih bersifat induktif dan berbeda dengan model tradisional yang bersifat deduktif.
Langkah-Langkah Pengembangan Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru 2. Menguji unit eksperimen 3. Mengadakan revisi dan konsolidasi 4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing framework) 5. Implementasi dan desiminasi
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan : 2) Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data empirik dan teruji
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Mendiagnosis kebutuhan b. Merumuskan tujuan-tujuan khusus Unit eksperimen harus dirancang melalui tahapan : Memilih isi/Konten d. Mengorganisasi isi/konten e. Memilih pengalaman belajar f. Mengorganisasi pengalaman belajar g. Mengevaluasi h. Melihat sekuens dan keseimbangan
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Mendiagnosa"celah, kekurangan, dan variasi dalam latar belakang siswa. Mendiagnosis kebutuhan Pengembang kurikulum dimulai dengan menentukan kebutuhan siswa untuk siapa kurikulum yang sedang direncanakan
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Setelah kebutuhan siswa telah didiagnosa, perencana Kurikulum menentukan tujuan. Mendiagnosa"celah, kekurangan, dan variasi dalam latar belakang siswa. b. Merumuskan tujuan-tujuan khusus Taba menggunakan istilah "hasil" dan "tujuan" saling dipertukarkan, titik yang akan kita kembali lagi nanti.
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Subyek atau topik untuk dipelajari berasal langsung dari tujuan. Memilih isi/Konten Tidak hanya tujuan yang diperhatikan dalam memilih konten tetapi juga "Validitas dan signifikansi". dari konten yang dipilih Subyek atau topik untuk dipelajari berasal langsung dari tujuan.
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Taba memutuskan pada tingkat apa dan bagaimana urutan materi pelajaran akan ditempatkan. d. Mengorganisasi isi/konten Kematangan peserta didik, kesiapan mereka untuk menghadapi materi pelajaran dan tingkat prestasi Akademik mereka adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan sesuai konten.
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Metodologi atau strategi dimana peserta didik menjadi tertarik dengan konten harus dipilih oleh para pengembang Kurikulum. e. Memilih pengalaman belajar Murid menginternalisasi konten melalui aktivitas pembelajaran yang dipilih oleh guru.
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Guru memutuskan bagaimana mengemas kegiatan belajar f. Mengorganisasi pengalaman belajar Pada tahap ini guru mengadaptasi strategi kepada siswa.
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Cara dan sarana untuk melakukan evaluasi. g. Mengevaluasi Perencana harus memilih dari berbagai teknik yang tepat untuk menilai prestasi siswa dan menentukan tujuan kurikulum telah terpenuhi
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru Mencari konsistensi di antara berbagai bagian dari unit pembelajaran guru. h. Melihat sekuens dan keseimbangan Untuk aliran yang tepat dari pengalaman belajar, dan untuk keseimbangan dalam jenis pembelajaran dan bentuk ekspresi
2. Menguji Unit Eksperimen Unit eksperimen yang sudah dihasilkan pada langkah pertama harus diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data bagi penyempurnaan.
3. Mengadakan Revisi dan Konsolidasi Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang bersifat umum tentang konsistensi teori yang digunakan
3. Mengadakan Revisi dan Konsolidasi Konsolidasi dilakukan bersama-sama dengan koordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini berupa teaching learning unit yang telah teruji di lapangan
4. Pengembangan Keseluruhan Kerangka Kurikulum (Developing a Framework) Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh dan berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini : 4. Pengembangan Keseluruhan Kerangka Kurikulum (Developing a Framework) Pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini : Apakah lingkup isi telah memadai ? 2. Apakah isi telah tersusun secara logis ? 3. Apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektualm ketrampilan dan sikap ? 4. Apakah konsep dasar sudah terakomodasi ?
5. Implementasi dan Desiminasi Penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah Dalam langkah ini dilakukan : 2. Pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan berkaitan dengan aspek penerapan kurikulum
Kelemahan Model Taba Model induktif Taba mungkin tidak menarik bagi pengembang kurikulum yang lebih memilih mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih global dari kurikulum sebelum melanjutkan ke spesifik. Beberapa pengembang mungkin ingin melihat model yang mencakup langkah-langkah baik dalam mendiagnosis kebutuhan masyarakat dan budaya dan untuk menurunkan kebutuhan dari materi pelajaran, filsafat, dan teori belajar.
Kelemahan Model Taba Perencana lain mungkin lebih memilih untuk mengikuti pendekatan deduktif, dimulai dengan umum - spesifikasi filsafat, tujuan dan sasaran - dan pindah ke spesifik - tujuan, teknik pengajaran,dan evaluasi.
Ada Pertanyaan ? Tanggapan ?
Terima Kasih