BAB 8 VALIDITAS DAN RELIABILITAS Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman BAB 8 VALIDITAS DAN RELIABILITAS Validitas (validity) menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur (Ghiselli et al., 1981, hal. 266). Azwar (2000, hal. 5) mengartikan validitas sebagai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Isaac dan Michael (1981, hal. 120) menjelaskan bahwa informasi validitas menunjukkan tingkat dari kemampuan tes untuk mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan kenyataan (actually). Validitas juga berhubungan dengan tujuan dari pengukuran.
Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Reliabilitas (reliability) suatu pengukur menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur (Sekaran, 2003, hal. 203). Ghiselli et al. (1981, hal. 191) mendefinisikan reliabilitas suatu pengukur sebagai seberapa besar variasi tidak sistematik dari penjelasan kuantitatif dari karakteristik-karakteristik suatu individu jika individu yang sama diukur beberapa kali. Isaac dan Michael (1981, hal. 123) mendefinisikan reliabilitas sebagai konsistensi antar pengukuran-pengukuran secara berurutan. Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliablitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurnya. Sebaliknya, suatu pengukur yang valid yang mengukur senyatanya belum tentu dapat diandalkan (reliabel) karena mengukur dengan tidak konsisten.
Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Contoh: Misalnya pengukuran termometer di suatu ruang sebanyak 10 kali didapatkan hasil sebagai berikut ini. Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasil (0Celcius) 18 19 28 30 34 36 38 39 40 Rata-rata temperatur ruang yang diukur oleh termometer adalah (18 + 18 + 19 + 28 + 30 + 34 + 36 + 38 + 39 + 40)0 C / 10 = 300 C. Jika kenyataannya, temperatur ruang adalah 300 C, maka dapat dikatakan bahwa termometer tersebut mengukur dengan valid atau mempunyai validitas yang tinggi, karena mengukur temperatur ruang yang senyatanya. Akan tetapi, termometer ini mengukur temperatur ruang dengan tidak akurat dan tidak konsisten bervariasi dari 180 C sampai dengan 400 C.
Gambar. Perbedaan validitas dan reliabilitas. Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Validitas Tinggi Rendah Reliabilitas Rendah Tinggi Gambar. Perbedaan validitas dan reliabilitas.
1. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua obyek yang berbeda. Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman VALIDITAS EKSTERNAL Validitas eksternal (external validity) menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid yang dapat digeneralisasi ke semua obyek, situasi dan waktu yang berbeda. Validitas eksternal ini banyak berhubungan dengan pemilihan sampel. 1. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua obyek yang berbeda. 2. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua situasi yang berbeda. 3. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua waktu yang berbeda.
Contoh: Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Contoh: Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2003) menggunakan data untuk periode 1979-1993. Penelitian ini menggunakan sampel tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di NYSE saja, tetapi juga menggunakan perusahaan-perusahaan kecil yang tercatat di NASDAQ. Untuk menghindari survivorship bias, Hartono (2003) tidak hanya menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang masih hidup saja tetapi juga menggunakan perusahaan-perusahaan yang sudah tidak ada karena akibat bangkrut, diakusisi, dimerjer, dibeli dengan cara leveraged buyout, atau going private. Penelitian ini mempunyai validitas eksternal yang cukup tinggi, karena sebagai berikut ini. a) Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua obyek yang berbeda, karena melibatkan tidak hanya perusahaan-perusahaan besar dan yang bertahan saja tetapi juga perusahaan-perusahaan kecil dan yang sudah tidak ada. b) Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua waktu yang berbeda, karena melibatkan data seri-waktu yang panjang, yaitu 14 tahun.
Validitas internal dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman VALIDITAS INTERNAL Validitas internal (internal validity) menunjukkan kemampuan dari instrumen riset mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Validitas internal dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu validitas isi (content validity), validitas berhubungan dengan kriteria (criterion-related validity) dan -validitas konstruk (construct validity).
Validitas isi (content validity) Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Validitas isi (content validity) Validitas isi (content validity) menunjukkan tingkat seberapa besar item-item di instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas isi dapat dilakukan dengan validitas tampang (face validity) yang merupakan validitas isi yang minimum dapat diterima. Validitas tampang (face validity) menunjukkan bahwa item-item mengukur suatu konsep jika dari penampilan tampangnya sepertinya mengukur konsep tersebut. Beberapa periset tidak menganggap ini sebagai validitas internal yang valid.
Validitas berhubungan dengan kriteria (criterion-related validity) Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Validitas berhubungan dengan kriteria (criterion-related validity) Validitas ini digunakan untuk mengukur perbedaan-perbedaan individual berdasarkan kriteria yang digunakan. Ada dua macam validitas ini, yaitu validitas serentak (concurrent validity) dan validitas prediktif (predictive validity). Validitas serentak (concurrent validity) digunakan jika suatu skala membedakan individu-individu yang sudah diketahui berbeda berdasarkan kriteria tertentu pada saat pengukuran dan supaya dikatakan valid, skala pengukuran tersebut harus dapat memberikan nilai yang berbeda terhadap individu-individu yang berbeda tersebut pada saat pengukuran. Validitas prediktif (predictive validity) menunjukkan kemampuan dari instrumen untuk mengukur perbedaan antara individu-individu berdasarkan kriteria-kriteria yang diprediksikan.
Validitas konstruk (construct validity) Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Validitas konstruk (construct validity) Validitas konstruk (construct validity) menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Validitas konstruk dapat dinilai melalui validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (discriminant validity). Validitas konvergen (convergent validity) terjadi jika skor-skor yang diperoleh dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi yang tinggi. Sedang validitas diskriminan (discriminant validity) terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang mengukur dua buah konstruk yang diprediksikan tidak berkorelasi menghasilkan skor-skor yang memang tidak berkorelasi. Validitas konstruk dapat diukur dengan menggunakan analisis faktor (factor analysis).
*)Lima titik skala: 5=sangat penting; 1=tidak penting; N=27. Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Contoh: Fuller dan Swanson (1992) mengadakan penelitian eksploratori dengan mengirim daftar pertanyaan kepada beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat tentang pusat informasi atau information center (IC) ini. IC merupakan suatu unit di dalam departemen sistem informasi yang dimaksudkan untuk membantu manajer mengembangkan aplikasinya. Untuk tiap-tiap perusahaan, daftar pertanyaan harus diisi oleh manajer TI dan manajer IC jika ada. Secara random dipilih sebanyak 500 perusahaan yang menjadi anggota Asosiasi Manajemen Pengolahan Data (Data Processing Management Association). Kuestioner atau daftar pertanyaan yang kembali adalah sebanyak 81 perusahaan atau sekitar 16%. Jawaban responden adalah anonimus (tidak berindentitas supaya responden mau menjawab kuestioner). Sembilas responden tidak memenuhi kriteria (misalnya perusahaan terlalu kecil dengan hanya dua pemrogram saja) dengan sampel tersisa adalah sebanyak 62 perusahaan. Dari 62 perusahaan ini, 35 perusahaan tidak mempunyai IC pada saat itu dan 27 perusahaan mempunyai IC. *)Lima titik skala: 5=sangat penting; 1=tidak penting; N=27. Analisis faktor (factor analysis) digunakan oleh penelitian ini untuk melihat faktor-faktor apa yang menjadi alasan mengadopsi IC. Hasil dari analisis faktor menunjukkan empat faktor yang dapat dibentuk yaitu 1) alasan jasa (service rationale), 2) alasan biaya (cost rationale), 3) alasan hubungan-pemakai (user-relations rationale) dan 4) alasan pengendalian (control rationale). Dari empat faktor ini dapat disimpulkan bahwa beberapa alasan adopsi IC dapat dikelompokkan kedalam empat alasan ini. Hasil dari analisis faktor dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel. Analisis faktor alasan mengadopsi IC. Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Tabel. Analisis faktor alasan mengadopsi IC. Alasan Faktor-faktor jasa Hubung-an Ala-san kontrol Bia-ya Kebutuhan pemakai mengakses data organisasi dengan cepat Menggali kemampuan 4GL (generasi keempat) Meningkatkan pengetahuan komputer pemakai akhir Meningkatkan produktivitas pekerjaan pemakai akhir Meningkatkan hubungan staf TI dengan pemakai akhir Membebaskan staf TI lainnya untuk pengembangan baru Meningkatkan imej departemen TI Mandat atau instruksi manajemen atas Menurunkan kemacetan (backlog) departemen TI Meningkatkan kualitas aplikasi- aplikasi pemakai akhir Pengendalian peningkatan penggunaan komputer mikro Mengurangi biaya-biaya timesharing Menurunkan biaya-biaya perawatan dan pengembangan 0,77* 0,75* 0,73* 0,48* -0,13 -0,15 0,23 -0,14 -0,04 0,46 0,06 0,01 0,04 -0,05 0,02 -0,10 0,84* 0,81* 0,69* -0,23 0,24 0,17 0,11 -0,02 0,09 -0,01 0,03 0,44 0,14 -0,16 0,70* 0,54* -0,53* -0,07 0,0 0,25 -0,06 0,27 0,88* 0,86* Eigenvalues 3,83 1,73 1,48 1,04
RELIABILITAS DAN KOEFISIEN RELIABILITAS Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman RELIABILITAS DAN KOEFISIEN RELIABILITAS Telah dibahas sebelumnya bahwa reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas mengukur tingginya reliabilitas suatu alat ukur. Beberapa pendekatan digunakan untuk menghitung nilai koefisien reliabilitas. Pendekatan-pendekatan ini adalah sebagai berikut ini. 1. Tes-tes-ulang (test-retest). 2. Bentuk-paralel (parallel-form) 3. Separuh-dipecah (split-half).
Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Tes-tes-ulang Pendekatan tes-tes-ulang (test-retest) dilakukan dengan melakukan dua kali tes berurutan pada kelompok subyek yang sama dengan alat ukur atau instrumen yang sama. Skor-skor dari tes yang pertama dibandingkan dengan skor-skor dari tes yang kedua. Analisis korelasi dapat digunakan untuk membandingkan dua kelompok skor tersebut. Bentuk-paralel Bentuk-paralel (parallel-form) atau disebut juga bentuk-alterneit (alternate-form) dilakukan dengan melakukan dua tes bersamaan (paralel) pada dua kelompok subyek yang berbeda dengan alat ukur atau instrumen yang sama.
Koefisien konsistensi internal dapat diperoleh dari: Jogiyanto HM - Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman Separuh-dipecah Separuh-dipecah (split-half) dilakukan dengan melakukan sebuah tes pada satu kelompok subyek dan membagi item-item di tes menjadi dua separuhan. Pemecahan item-item menjadi dua separuhan dapat dilakukan secara acak atau secara atas-bawah atau secara ganjil-genap. Skor-skor dari separuh pertama dibandingkan dengan skor-skor dari separuh kedua. Analisis korelasi juga digunakan untuk membandingkan dua kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi ini menunjukkan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal consistency) dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi internal item-item di alat ukur. Koefisien konsistensi internal dapat diperoleh dari: koefisien korelasi product moment biasa atau koefisien korelasi Spearman-Brown yang merupakan koreksi dari koefisien korelasi product moment atau dengan dengan Cronbach’s coefficient alpha.