Teori Dasar (2)
Peran Teori dalam Pendekatan Induktif Positivisme Fenomenologi Interaksionisme simbolik Feminisme Postmodernisme
Positivisme (1) Positivisme sebenarnya bukan sebuah teori, tetapi sebuah perspektif umum yang mencakup sejumlah teori, yang secara khusus digunakan untuk memahami metode induktif Dalam penelitian sosial, positivisme mengacu pada sebuah kepercayaan bahwa pendekatan induktif bisa ilmiah (scientific) dengan cara-cara yang sama seperti pendekatan positifistik dari almu-ilmu alam (fisika dan kimia) Positivisme mempegnaruhi pendekatan induktif karena (dalam beberapa cara) ia merupakan lawan dari pendekatan ini
Positivisme (2) Positivist lebih menyukai penjelasan strukturalist dan menghindari penjelasan interpretatif yang mengacu pada niat dan emosi (Giddens, 1974) Oleh SEBAB ITU, positivist dalam ilmu-ilmu sosial dan perilaku juga lebih menyukai metodologi yang distandarisasi dan bisa diulang serta menyukai pengujian hipotesis yang ada sebelumnya DENGAN DEMIKIAN, positovist berusaha menghilangkan dan mencegah interpretasi yang mempengaruhi proses penelitian agar menjamin obyektivitas
Positivisme (3) Pendekatan induktif menyatakan positivist terbukti salah dalam upaya meneliti orang-orang dengan cara seperti benda Manusia pada dasarnya berbeda dengan benda karena adanya sentralitas makna dan interpetasi terhadap kehidupan sosial manusia Untuk memhami kenapa orang melakukan sesuatu, maka harus memahami interpetasi mereka terhadap perisitiwa dan tindakan
Fenomenologis (1) Fenomenologi menilai bahwa sebuah studi kualitatif yang benar adalah meneliti situasi-situasi dalam dunia sehari-hari dari sudut pandang orang yang mengalaminya Aliran fenomenologi menempatkan konsep “kesengajaan” (intentionality) sebagai pengaruh awal pada perkembangan metode penelitian kualitatif untuk menguji makna dan interpretasi berdasarkan tindakan-tindakannya
Fenomenologis (2) Oleh sebab itu, berbeda dengan penekanan pada interpretasi budaya pada etnografi, fenomenologi menekankan pada pembentukan ‘dunia kehidupan’ seseorang Dunia kehidupan adalah keseluruhan pengalaman subyektif yang tak diragukan dari orang mengenai dunia bilogis mereka Dunia kehidupan meliputi asumsi-asumsi tertentu tertentu mengenai kehidupan sehari-hari, seperti pakaian apa yang ahrus dkenakan, cuaca apa yang akan terjadi, apakah seseorang menulis dari kiri ke kanan atau senbaliknya
Fenomenologis (3) Masing-masing dunia kehidupan individu adalah berbeda, dan tindakan seseorang dapat dipahami dengan menempatkan mereka dalam dunia kehidupan dari pelaku tersebut Dengan demikian, fokus fenomenologis adalah pembentukan sosial dari dunia kehidupan yang memandang bahwa tindakan orang hanya mungkin dipahami apabila ditempatkan dalam makna dan rutinitas tertentu yang menyusun dunia sehari-hari mereka Penelitian-penelitian fenomenologis seringkali menggunakan wawancara mendalam
Interaksionisme simbolik (1) Tokoh interaksionisme simbolik yang terpenting adalah George Herbert Mead. Teori ini muncul sebagai pertentangan terhadap aliran “behaviorist Psychology” yang percaya bahwa hanya observasi terhadap perilaku yang dapat menjelaskan perilaku secara benar
Interaksionisme simbolik (2) Sebaliknya Mead justru menyatakan bahwa perilaku itu adalah akibat. Oleh sebab itu makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia Pengertian makna dan simbol yaitu melalui proses “pengambilan peran”, seseorang membayangkan bagaiman mereka tampak terhadap orang (interaksi), dan menjadi obyek simbolik bagi dirinya sendiri
Interaksionisme simbolik (3) Aliran teori ini menyatakan bahwa untuk memahami manusia maka perlu memahami bagaimana orang memaknai pengalaman mereka melalui seperangkat simbol Simbol-simbol tersebut dikembangkan dan menemukan makna melalui dan dalam interkasi Dengan demikian, makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia
Interaksionisme simbolik (4) Analisis makna melalui simbol-smbol yang ditampilkan dalam perilaku adalah pernyataan seseorang mengambil peran, seseorang membayangkan bagaimana mereka sendiri tampak pada orang lain, menjadi obyek simbolik dari diri mereka sendiri Oleh sebab itu makna selalu diciptakan ulang, dimodifikasi secara terus menerus dalam interkasi melalui simbol-simbol
Interaksionisme simbolik (5) Interactionist berpandangan bahwa pengalaman menjadi bermakna untuk ditelaah bila siginifikan secara simbolik ketika interaksi yang terbagi Para interaksionist simbolik meneliti sumber-sumber interaksi dan perkembangan sistem simbol yang terbagi serta menjelaskan tindakan-tindakan (perilaku) dengan mengancu pada interkasi dan sistem simbol
Interaksionisme simbolik (6) Interkasi simbolik menggunakan secara khusus metode-metode kelompok fokus, wawancara mendalam dan etnografi dalam melaksanakan penelitian kualitatif
Feminisme (1) Pengungkapan fenimisme sebagai salah satu teori dasar dalam pemahaman cara induktif tidak bermaksud untuk menmberikan gambaran umum mengenai feminist Tetapi yang ditinjau adalah bagaimana pemikiran feminist diketahui mempengaruhi pendekatan induktif dalam penelitian
Feminisme (2) Pemikiran dasar tentang feminisme sebagai teori induktif disampaikan oleh Doroty Smith (1987) berdasarkan kritikan bahwa penelitian sosiologis tentang gender tidak memiliki konteks. Sub-teks gender tersembunyi, oleh sebab sebahagian besar dipikirkan, diselidiki dan ditulis berdasarkan perspektif peran pria Kritik feminist terhadap penelitian sosiologis gender pada dua fokus
Feminisme (3) Feminis menyoroti ketiadaan wanita dalam topik-topik gender yang sedang diteliti dan lapaoran penelitian yang diajukan. Keraguan terhadap metode sosiologis yang dibentuk Metode sosiologis positivis tradional mengobyektifkan proses sosial, dengan memperlakukan sasaran secara pasif ketimbang menyusun secara aktif dunia sosial mereka
Feminisme (4) Sands (1996) Menyatakan bahwa selama tahun 1980an literatur feminis yang ditulis hanya menganjurkan keberdanaan wanita ”berbeda” yang membisu dan kakum ldah karena hanya ingin mendengar suaranya sendiri Feminist menganjurkan metode penelitian yang memungkinkan wanita menyatakan pengalaman mereka dari perspektifnya sendiri, yang dapat dipersandingkan dengan metode positivistik yang mengklaim obyektif tetapi disusun, dilaksanakan dan dianalisis dari perspektif pria.
Feminisme (5) Terdapat tiga cara dimana feminisme mempengaruhi cara induktif yaitu: Pemikiran feminis memudahkan penelitian-penelitian induktif melalui anjuran tentang pemahaman dan legitimasi metode –metode penelitian yang meneliti pengalaman dan subyketifitas orang yang sedang diteliti
Feminisme (6) Pemikiran feminis mempolitikkan proses penelitian, karena bertentangan dengan ide bahwa penelitian bisa obyketif, maka pemikiran feminis memadukan politik dan etika dalam seluruh proses penelitian Feminis menyelidiki sifat refleksi dari penelitian yang yang dihadapi
Feminisme (7) Dorothy Smith (1987) menyatakan bahwa: Penelitian sosial peminist adalah sebuah bentuk “peningkatan kesadaran” dan selalu berupaya mengidentifika bagaimana pengalaman penindasan pribadi bisa dipahami sebagai bagian dari sistem penindasan umum yang membentuk pengalaman wanita Smith terkenal dengan model pembedaan terhadap “kesulitan pribadi dan masalah masyarakat” Smith kemudian menyatakan bahwa teori feminist memberikan laporan yang lebih akurat mengenai realits empirik