Teori Dasar (2).

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF
Advertisements

SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN II
TEORI ANTROPOLOGI NON POSITIVISTIK
Sosiologi Pedesaan Pertemuan I I
Kelompok 2 : investigasi ilmiah
Metode Penelitian.
METODE BERPIKIR KRITIS
Tindakan Sosial  Seluruh perilaku manusia yang dilakukan dengan sadar ataupun tidak sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak semua perilaku dapat.
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
MetPen2 8: Validitas penelitian kualitatif
MPS PENDEKATAN DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF.
Fenomenologi.
PENDEKATAN & KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
OBSERVASI dalam penelitian kualitatif
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Metodologi Penelitian Kualitatif
Pendekatan/Perspektif dalam Sosiologi
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
PSIKOLOGI – UNTAR metodologi penelitian kualitatif ninawati
Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 3
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
SEJARAH PENELITIAN KUALITATIF
Kuliah II & III: Metodologi Penelitian Dalam Psikologi Sosial
Kuantitatif penelitian Kualitatif.
PARADIGMA PENELITIAN SUATU PENDEKATAN PENELITIAN SELALU MELIBATKAN ASUMSI FILOSOFIS (PARADIGMA) DAN METODE YANG BERBEDA-BEDA.
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
Model metode penelitian
KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES SIMBOLIK
>>Perspektif Sosiologi
Metode Penelitian Ilmu Politik & Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ilmiah vs non ilmiah
METODOLOGI PENELITIAN
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI
BAB I : Pondasi Penelitian Kualitatif
Sosiopsikologi Tradisi sosiopsikologi memandang individu sebagai mahluk sosial Tradisi pemikiran sosiopsikologi membantu kita memahami berbagai situasi.
Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat
METODOLOGI PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
Bab 2 Paradigma Penelitian Kualitatif
Rancangan Penelitian Kualitatif
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
Penelitian Kualitatif
PENDEKATAN KUALITATIF: METODE PENELITIAN ETNOGRAFI
KOMUNIKASI EFEKTIF Nia H. Septianni, S. Psi -Pengantar Psikologi-
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK George Herbert Mead
MENGAPA MANUSIA HARUS BERKOMUNIKASI OLEH : ARIS FEBRI RAHMANTO
Rancangan Penelitian Kualitatif
METODOLOGI PENELITIAN BISNIS
Metode Penelitian Komunikasi I
3 Paradigma Dasar Komunikasi
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Genta Maghvira, S.I.Kom, M.I.Kom
Fenomenologi.
PARADIGMA PENELITIAN Apakah Paradigma Penelitian itu……?
PERSPEKTIF SOSIOLOGI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
3 Paradigma Dasar Komunikasi
PENELITIAN KUALITATIF
Teori Dasar (1).
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
Teori Penunjang Metodologi Kualitatif
INTERPRETIF Pertemuan 5
Teori Komunikasi : Awal Mula Teori dan keilmuan komunikasi
PENELITIAN KUALITATIF
Reseach methode Julio Skom.,MMSi.
Etnografi “Penelitian etnografi dilakukan untuk menggali atau menemukan esensi dari suatu kebudayaan dan keunikan beserta kompleksitas untuk.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
KOMUNIKASI EFEKTIF -Pengantar Psikologi-. 2 *Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dari si pengirim ke si penerima. *Suatu ide, tidak peduli.
Metode Penelitian Kualitatif KELOMPOK 10 Lestari Suryaningsih Stepanus( ) Ni Wayan Nova Apsari( ) 2019.
Transcript presentasi:

Teori Dasar (2)

Peran Teori dalam Pendekatan Induktif Positivisme Fenomenologi Interaksionisme simbolik Feminisme Postmodernisme

Positivisme (1) Positivisme sebenarnya bukan sebuah teori, tetapi sebuah perspektif umum yang mencakup sejumlah teori, yang secara khusus digunakan untuk memahami metode induktif Dalam penelitian sosial, positivisme mengacu pada sebuah kepercayaan bahwa pendekatan induktif bisa ilmiah (scientific) dengan cara-cara yang sama seperti pendekatan positifistik dari almu-ilmu alam (fisika dan kimia) Positivisme mempegnaruhi pendekatan induktif karena (dalam beberapa cara) ia merupakan lawan dari pendekatan ini

Positivisme (2) Positivist lebih menyukai penjelasan strukturalist dan menghindari penjelasan interpretatif yang mengacu pada niat dan emosi (Giddens, 1974) Oleh SEBAB ITU, positivist dalam ilmu-ilmu sosial dan perilaku juga lebih menyukai metodologi yang distandarisasi dan bisa diulang serta menyukai pengujian hipotesis yang ada sebelumnya DENGAN DEMIKIAN, positovist berusaha menghilangkan dan mencegah interpretasi yang mempengaruhi proses penelitian agar menjamin obyektivitas

Positivisme (3) Pendekatan induktif menyatakan positivist terbukti salah dalam upaya meneliti orang-orang dengan cara seperti benda Manusia pada dasarnya berbeda dengan benda karena adanya sentralitas makna dan interpetasi terhadap kehidupan sosial manusia Untuk memhami kenapa orang melakukan sesuatu, maka harus memahami interpetasi mereka terhadap perisitiwa dan tindakan

Fenomenologis (1) Fenomenologi menilai bahwa sebuah studi kualitatif yang benar adalah meneliti situasi-situasi dalam dunia sehari-hari dari sudut pandang orang yang mengalaminya Aliran fenomenologi menempatkan konsep “kesengajaan” (intentionality) sebagai pengaruh awal pada perkembangan metode penelitian kualitatif untuk menguji makna dan interpretasi berdasarkan tindakan-tindakannya

Fenomenologis (2) Oleh sebab itu, berbeda dengan penekanan pada interpretasi budaya pada etnografi, fenomenologi menekankan pada pembentukan ‘dunia kehidupan’ seseorang Dunia kehidupan adalah keseluruhan pengalaman subyektif yang tak diragukan dari orang mengenai dunia bilogis mereka Dunia kehidupan meliputi asumsi-asumsi tertentu tertentu mengenai kehidupan sehari-hari, seperti pakaian apa yang ahrus dkenakan, cuaca apa yang akan terjadi, apakah seseorang menulis dari kiri ke kanan atau senbaliknya

Fenomenologis (3) Masing-masing dunia kehidupan individu adalah berbeda, dan tindakan seseorang dapat dipahami dengan menempatkan mereka dalam dunia kehidupan dari pelaku tersebut Dengan demikian, fokus fenomenologis adalah pembentukan sosial dari dunia kehidupan yang memandang bahwa tindakan orang hanya mungkin dipahami apabila ditempatkan dalam makna dan rutinitas tertentu yang menyusun dunia sehari-hari mereka Penelitian-penelitian fenomenologis seringkali menggunakan wawancara mendalam

Interaksionisme simbolik (1) Tokoh interaksionisme simbolik yang terpenting adalah George Herbert Mead. Teori ini muncul sebagai pertentangan terhadap aliran “behaviorist Psychology” yang percaya bahwa hanya observasi terhadap perilaku yang dapat menjelaskan perilaku secara benar

Interaksionisme simbolik (2) Sebaliknya Mead justru menyatakan bahwa perilaku itu adalah akibat. Oleh sebab itu makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia Pengertian makna dan simbol yaitu melalui proses “pengambilan peran”, seseorang membayangkan bagaiman mereka tampak terhadap orang (interaksi), dan menjadi obyek simbolik bagi dirinya sendiri

Interaksionisme simbolik (3) Aliran teori ini menyatakan bahwa untuk memahami manusia maka perlu memahami bagaimana orang memaknai pengalaman mereka melalui seperangkat simbol Simbol-simbol tersebut dikembangkan dan menemukan makna melalui dan dalam interkasi Dengan demikian, makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia

Interaksionisme simbolik (4) Analisis makna melalui simbol-smbol yang ditampilkan dalam perilaku adalah pernyataan seseorang mengambil peran, seseorang membayangkan bagaimana mereka sendiri tampak pada orang lain, menjadi obyek simbolik dari diri mereka sendiri Oleh sebab itu makna selalu diciptakan ulang, dimodifikasi secara terus menerus dalam interkasi melalui simbol-simbol

Interaksionisme simbolik (5) Interactionist berpandangan bahwa pengalaman menjadi bermakna untuk ditelaah bila siginifikan secara simbolik ketika interaksi yang terbagi Para interaksionist simbolik meneliti sumber-sumber interaksi dan perkembangan sistem simbol yang terbagi serta menjelaskan tindakan-tindakan (perilaku) dengan mengancu pada interkasi dan sistem simbol

Interaksionisme simbolik (6) Interkasi simbolik menggunakan secara khusus metode-metode kelompok fokus, wawancara mendalam dan etnografi dalam melaksanakan penelitian kualitatif

Feminisme (1) Pengungkapan fenimisme sebagai salah satu teori dasar dalam pemahaman cara induktif tidak bermaksud untuk menmberikan gambaran umum mengenai feminist Tetapi yang ditinjau adalah bagaimana pemikiran feminist diketahui mempengaruhi pendekatan induktif dalam penelitian

Feminisme (2) Pemikiran dasar tentang feminisme sebagai teori induktif disampaikan oleh Doroty Smith (1987) berdasarkan kritikan bahwa penelitian sosiologis tentang gender tidak memiliki konteks. Sub-teks gender tersembunyi, oleh sebab sebahagian besar dipikirkan, diselidiki dan ditulis berdasarkan perspektif peran pria Kritik feminist terhadap penelitian sosiologis gender pada dua fokus

Feminisme (3) Feminis menyoroti ketiadaan wanita dalam topik-topik gender yang sedang diteliti dan lapaoran penelitian yang diajukan. Keraguan terhadap metode sosiologis yang dibentuk Metode sosiologis positivis tradional mengobyektifkan proses sosial, dengan memperlakukan sasaran secara pasif ketimbang menyusun secara aktif dunia sosial mereka

Feminisme (4) Sands (1996) Menyatakan bahwa selama tahun 1980an literatur feminis yang ditulis hanya menganjurkan keberdanaan wanita ”berbeda” yang membisu dan kakum ldah karena hanya ingin mendengar suaranya sendiri Feminist menganjurkan metode penelitian yang memungkinkan wanita menyatakan pengalaman mereka dari perspektifnya sendiri, yang dapat dipersandingkan dengan metode positivistik yang mengklaim obyektif tetapi disusun, dilaksanakan dan dianalisis dari perspektif pria.

Feminisme (5) Terdapat tiga cara dimana feminisme mempengaruhi cara induktif yaitu: Pemikiran feminis memudahkan penelitian-penelitian induktif melalui anjuran tentang pemahaman dan legitimasi metode –metode penelitian yang meneliti pengalaman dan subyketifitas orang yang sedang diteliti

Feminisme (6) Pemikiran feminis mempolitikkan proses penelitian, karena bertentangan dengan ide bahwa penelitian bisa obyketif, maka pemikiran feminis memadukan politik dan etika dalam seluruh proses penelitian Feminis menyelidiki sifat refleksi dari penelitian yang yang dihadapi

Feminisme (7) Dorothy Smith (1987) menyatakan bahwa: Penelitian sosial peminist adalah sebuah bentuk “peningkatan kesadaran” dan selalu berupaya mengidentifika bagaimana pengalaman penindasan pribadi bisa dipahami sebagai bagian dari sistem penindasan umum yang membentuk pengalaman wanita Smith terkenal dengan model pembedaan terhadap “kesulitan pribadi dan masalah masyarakat” Smith kemudian menyatakan bahwa teori feminist memberikan laporan yang lebih akurat mengenai realits empirik