Oleh: Ani P.Wijaksono DCN M.Kes Bahan kuliah HIV/AIDS (HUMAN IMMUNO DEFICIENSY VIRUS) (THE ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME) Oleh: Ani P.Wijaksono DCN M.Kes
REFERENCY Food, Nutrition, & Diet Therapy, Krause’s,Kathleen Mahan, Sylvia Escoot Stump, edisi ke 11, Sauders, 2000 Penuntun Diet edisi baru,Dr. Sunita Almatsier, Instalasi Gizi RSCM & ASDI, Gramedia, 2006 Pedoman penatalaksanaan , perawatan dan pengobatan dalam rangka penanggulagan penyakit AIDS, Dep Kes RI, 1997
PENDAHULUAN Penyakit AIDS didefinisikan sebagai merupakan suatu keadaan dimana tingkat progresif virus HIV sudah cukup serius dalam menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyakit AIDS pertama kali disebutkan sebagai penyakit oleh CDC tahun 1981 ( Gottlieb ,1981 ) Pertama ditemukan pada remaja laki-laki dengan gejala infeksi yang berbeda-beda- Pneumonia, cytomegalovirus, candidiasis, Kaposi’s sarcoma yang dengan depresi berat.
PENDAHULUAN Tahun 1983 - ditemukannya virus baru pada gejala yang sama dan diberi nama Human Immunodefisiency Virus ( HIV ) Tahun 1998 -- ditemukan pada orang dewasa yang terjangkiti virus HIV setelah menggunakan sampel darah dari The Belgian Congo ( Zhu et. Al. , 1998 ) HIV adalah virus yang menyebar melalui kontak dengan darah maupun cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Virus HIV menyerang lymphocytes T helper di dalam darah, bahkan menyamar menjadi CD4 atau T cell.
PENDAHULUAN CDC ( The Centres of Disease Control dan Prevention ) -- HIV dengan gejala yang menyerupai AIDS adalah 37 %. Dalam penelitian lanjutan didapatkan 63 % dari pasien HIV mengalami malnutrisi berat Gejala --- Penurunan berat badan dengan cepat lebih dari 10 % batas yang ditolerir, diare kronis lebih dari 30 hari, Demam dan lemah lebih dari 30 hari. Penyebabnya --- Kompleks dan multifaktorial
PATHOFISIOLOGY Saat tubuh terinfeksi HIV,partikel virus akan bergabung denga DNA sel penderita - sekali terinfeksi seumur hidup akan tetap terinfeksi. 3 – 10 tahun - Pengindap HIV akan berkembang menjadi AIDS Dalam perjalanan 3 – 10 tahun penderita akan menunjukan gambaran penyakit yang kronis sesuai dengan pengrusakan sistem kekebalan tubuhnya. Sel yang terserang adalah salah satu jenis sel darah putih ( Lymphosit jenis T Helper ) Lymphosit jenis T Helper memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh manusia Penderita HIV/AIDS akan mengalami pengurangan jumlah Lymphosit jenis T Helper ini
TRANSMISI Penyebaran HIV/AID dapat terjadi melalui kontak darah , dan ciaran tubuh ( semen, vagina, ASI, dan cairan lain) dari tubuh penderita HIV/AID. Penyebaran juga dapat terjadi melalui sharing jarum suntik yang digunakan oleh penderita HIV/AIDS. Penyebaran juga dapat terjadi pada anak yang baru dilahirkan/disusui ASI oleh ibu yang menderita penyakit HIV/AIDS. Penyebaran tidak dapat terjadi melalui kontak langsung, udara, sentuhan, pelukan/ciuman, alat makan dan minum.
Gejala yang tampak Pada fase awal tidak menunjukkan keluhan / gejala ringan kadang-kadang disertai pembengkakan kelenjar getah bening ( penderita merasa sehat tetapi berpotensi untuk menyebarkan ) Pada penderita HIV /AIDS terkadang disertai infeksi oportunis seperti PPK, TBC, renitis CMW, Kandidiasis, sarkoma kopsi, lipmphoma malignum, toksoplasmosis, kriptospodiasis
Gejala yang tampak Gangguan yang tampak pada penderita HIV/AIDS adalah penurunan BB ( lambat / cepat ) Penurunan BB yang cepat umumnya sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik ( ↓BB yang cepat dan > 20 % sering menunjukkan prognosa yang buruk )- ↓ status gizi ↓ status gizi terutama disebabkan asupan makan yang kurang, gangguan absorbsi, gangguan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik dan kurangnya aktifitas. Asupan yang kurang - anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah , sesak nafas, diare, infeksi, penyakit syaraf yang menyertainya.
TUJUAN DIET PADA PENDERITA HIV/AIDS Memberikan intervensi gizi dengan cepat dan tepat Mencapai dan mempertahankan BB normal & ideal serta komposisi tubuh sesuai yang diharapkan terutama jaringan otot ( lean Body Mass). Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya Mengatasi masalah yang timbul akibat gejala sekunder (anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah , sesak nafas, diare, infeksi, penyakit syaraf yang menyertainya) Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga, dan relaksasi
Syarat-syarat Diet Energi tinggi ( memperhitungkan faktor stress, aktifitas fisik, kenaikan suhu tubuh 13 % setiap kenaikkan 1 oC) Protein tinggi 1,1 – 1,3 gr / kg BB (Hati2 pada kasus gangguan fungsi ginjal dan hati ) Lemak cukup 10 – 25 % dari total kebutuhan energi ( bila ada malabsorbsi lemak - MCT/ Medium Chain Triglyserida ) Asam lemak omega 3 diberikan dengan lemak MCT ---- memperbaiki fungsi kekebalan Vitamin dan mineral diberikan tinggi --- 1,5 x AKG ( khususnya A,B12,C, E, folat, kalsium, magnesium, seng dan selenium ) Cukup serat khususnya yang mudah dicerna
Syarat-syarat Diet Cairan cukup sesuai dengan kondisi pasien ( terutama pada kasus kesulitan menelan ) konsistensi berupa cairan kental, semi kental dan cair. Keseimbangan cairan elektrolit harus dijaga ( khususnya kehilangan elektrolit akibat muntah dan diare ) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien Pemberian makan disarankan dalam bentuk porsi kecil tapi sering. Hindari makanan yang terlalu merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun kimia Pemberian makanan dapat melalui 3 cara : secara oral,enteral dan parenteral
PENATALAKSANAAN DIET PERHITUNGAN KALORI ( Cara 1 ) RUMUS HARRIS BENEDICT : 1. ♂ 66,47 + ( 13,75 x BB + 5 x TB - 6,76 U ) 2. ♀ 655,1 + ( 9,56 x BB + 1,85 x TB – 4,68 U ) Perhitungan kalori perorang : - Dikalikan Aktifitas : Ringan ( 1-1,2), Sedang (1,3-1,5), Berat (1,5-1,8) - Dtambahkan Faktor stress ( Kondisi penyakit --- bila ada Komplikasi tertentu ) Ringan (+10 %), Sedang ( +25%), Berat (+50 – 80 %)
LANJUTAN Penentuan status gizi dengan menggunakan IMT ( Cara II ) BB (TB)2 Klasifikasi IMT ( Klasifikasi Asia Pasific ): BB kurang = IMT < 18,5 BB Normal = IMT 18,5 - 22,9 BB Lebih = IMT > 23 BB Lebih dengan resiko = IMT 23,0 - 24,9 BB Obesitas I = IMT 25,0 - 29,9 BB Obesitas II = IMT > 30
LANJUTAN Perhitungan Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan : BB Idaman : ( TB – 100 )- 10 % BMR : BBI x Faktor jenis kelamin Laki-laki : 30 kkal/kg BB/hari Wanita : 25 kkal/kg BB/hari Aktifitas pasien : a. Bed rest kebutuhan energi ditambah 5 – 10 % b. Pasien mampu berjalan energi ditambah 10 – 20 % c. Aktifitas ringan energi ditambah 30 % d. Aktifitas sedang energi ditambah 40 % e. Aktifitas berat energi ditambah 50 % Berat badan kurang kebutuhan energi ditambah 20 – 30 % sedangkan untuk berat badan lebih energi dikurangi 20 – 30 % Kenaikan suhu badan 1 0C kebuthan energi ditambah 13 %
TAHAPAN PEMBERIAN MAKANAN BAGI PASIEN HIV/AIDS Tahap I HIV positif tanpa gejala Tahap II HIV dengan gejala ( demam lama, batuk, diare, sulit menelan, sariawan, pembesaran kelenjar betah bening dll ) Tahap III HIV dengan gangguan syaraf Tahap IV HIV dengan TBC Tahap V HIV dengan kanker dan wasting syndrome
DIET DAN BENTUK MAKANAN Dalam pemberian diet HIV/AIDS dibedakan dalam 3 tahap diet : a. Diet AIDS I Infeksi akut b. Diet AIDS II Setelah masa akut teratasi. c. Diet AIDS III Infeksi HIV tanpa gejala
Masalah yang sering dihadapi dalam penatalaksanaan Diet Anoreksia/nafsu makan hilang Status Gizi buruk Sulit menelan HATI-HATI DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PORSI KECIL TAPI LEBIH SERING KOMBINASI MAKANAN ORAL DAN ENTERAL
TERIMA KASIH