Pertemuan 3 Metode Gaya Dan Metode Perpindahan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Rangka Batang Statis Tertentu
Advertisements

ANALISA STRUKTUR I RETNO ANGGRAINI.
KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011
Pertemuan 7 METODE DISTRIBUSI MOMEN
Pertemuan 4 Aplikasi Perhitungan Gaya Dengan Program Komputer
Pertemuan 3 Mencari Titik Berat Penampang Majemuk
Pertemuan 9 Portal Dan Kerangka Batang
Pertemuan #3 Input Data dan Bagan Alir Program Analisis Struktur
Pertemuan 23 Metode Unit Load
Pemrograman Komputer dalam analisa Struktur Baja
Pertemuan 26 Lendutan dan Putaran Sudut pada Balok Kantilever
Pertemuan 24 Mathrix laboratory
Pertemuan 05 dan 06 Keseimbangan
Pertemuan 15 Flexibility Method
Pertemuan 10 Gaya – gaya dalam
Pertemuan 07 Keseimbangan pada Konstruksi Rangka Kuda-Kuda
1 Pertemuan 9 Gaya Horisontal Matakuliah: S0512 / Perancangan Struktur Baja Lanjut Tahun: 2006 Versi: 1.
Pertemuan 21 Tegangan Geser, Lentur dan Normal
Pertemuan #4 Perhitungan Derajat Kebebasan Struktur
Pertemuan #11 Perakitan Matriks Kekakuan Struktur Portal 2D
Pertemuan 8 METODE DISTRIBUSI MOMEN
Pertemuan 21 Stiffnes method
Pertemuan 26 Conjugate Beam Method
1 Pertemuan 25 Mathrix laboratory Matakuliah: S0114 / Rekayasa Struktur Tahun: 2006 Versi: 1.
Pertemuan 1 Pengantar Mekanika Bahan
Pertemuan 14 Hukum Castigliano I
Pertemuan 13 Hukum Castigliano I
Pertemuan 8 Analisis Balok Menerus
1 Pertemuan 22 Stiffness method Matakuliah: S0114 / Rekayasa Struktur Tahun: 2006 Versi: 1.
Vera A. N. Slope deflection.
Pertemuan 10 Reaksi pada Balok Gerber
Dosen : Vera A. Noorhidana, S.T., M.T.
METODE CLAPEYRON Pustaka: SOEMADIONO. Mekanika Teknik: Konstruksi Statis Tak Tentu. Jilid 1. UGM.
Pertemuan 23 s.d 26 Garis Pengaruh Rangka Batang
Pertemuan 03 dan 04 Keseimbangan
Kuliah III KONSEP KESEIMBANGAN.
Pertemuan 3 MEKANIKA GAYA
Pertemuan 24 Metode Unit Load
Pertemuan 4 MOMEN DAN KOPEL
Pertemuan 01 Dasar-Dasar Mekanika Teknik
Pertemuan 09 s.d. 14 Gaya Dalam
Pertemuan 19 Besaran dan Sifat Batang (Secara Grafis)
Pertemuan 5 GAYA-MOMEN DAN KOPEL
Pertemuan 13 Slope Deflection Method
Pertemuan 5 METODE DISTRIBUSI MOMEN
Pertemuan 17 Tegangan Lentur dengan Gaya Normal yang bekerja Sentris
Pertemuan 10 ANALISA GAYA PADA KERANGKA BATANG
Pertemuan 4 METODE DISTRIBUSI MOMEN
Pertemuan 9 PORTAL DAN KERANGKA BATANG
Matakuliah : R0124 / Teknik Komunikasi Arsitektur
Kuliah IV Aplikasi Konsep Keseimbangan
Pertemuan 03 Macam Perletakan dan Stabil / Labilnya Konstruksi
Pertemuan 25 Lendutan dan Putaran Sudut pada Balok diatas 2 Tumpuan
Pertemuan #10 Analisis Struktur Portal 2D
Pertemuan 11 Struktur Pelengkung 3 Sendi
Pertemuan 09 Pemakaian dari Hukum Hooke
Pertemuan 14 Slope Deflection Method
Pertemuan 12 Konstruksi komposit
Matakuliah : S0494/Pemrograman dan Rekayasa Struktur
Pertemuan 18 Besaran dan Sifat Batang (secara analitis)
Pertemuan 17 Konstruksi Rangka Batang
Pertemuan 9 Algoritma Program Analisis Balok
Pertemuan 7 Ikatan Angin
Pertemuan 12 Energi Regangan
Pertemuan 11 Torsi dan Tekuk pada Batang
Pertemuan 6 METODE DISTRIBUSI MOMEN
Pertemuan 25 Conjugate Beam Method
Matakuliah : D0164/ PERANCANGAN ELEMEN MESIN Tahun : 2006
Kuliah V Sistem Pembebanan Portal
Transcript presentasi:

Pertemuan 3 Metode Gaya Dan Metode Perpindahan Matakuliah : S0114 / Rekayasa Struktur Tahun : 2006 Versi : 1 Pertemuan 3 Metode Gaya Dan Metode Perpindahan

Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menghitung struktur dengan metode gaya Mahasiswa dapat mneghitung struktur dengan metode perpindahan

Materi 1 : Derajat Ketidaktentuan Statis Outline Materi Materi 1 : Derajat Ketidaktentuan Statis Materi 2 : Derajat Ketidaktentuan Kinematis

Derajat Ketidaktentuan Statis Dalam cara Flexibilitas struktur digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu struktur statis tertentu dan statis tidak tertentu. Struktur disebut statis tak tertentu bila respons gayanya tak dapat dihitung hanya dengan syarat-syarat keseimbangan, yaitu: Fx = 0 (jumlah komponen gaya-gaya arah X = 0) Fy = 0 (jumlah komponen gaya- gaya arah Y = 0) M = 0 (jumlah momen terhadap suatu titik = 0) Derajat ketidaktentuan statis adalah jumlah gaya yang kelebihan dari suatu struktur.

Derajat Ketidaktentuan Statis Pada Rangka Batang Rata : Contoh: m = 6 j = 4 r = 3 i = (6+3) - 2x4 = 1 Bila m = jumlah batang / member j = jumlah titik kumpul (termasuk perletakan) / joint r = jumlah reaksi perletakan. Jumlah persamaan keseimbangan yang dapat dibuat = 2j jumlah respons gaya = m + r jumlah gaya kelebihan = m + r – 2j Jadi Derajat ketidaktentuan statis = i = m + r – 2j m = 2j – 3 = 24 – 3 = 21 6 > 5 i = 1

Derajat Ketidaktentuan Statis Pada Rangka Bidang Kaku : Contoh: m = 3 j = 4 r = 4 i = 3.3 + 4 – 3.4 = 9 + 4 – 12 = 1 Portal bidang (= rigid plane frame) jumlah persamaan keseimbangan di titik kumpul = 3j jumlah respons gaya = 3m + r (di tiap batang ada 3 gaya dalam kelebihan) jumlah gaya kelebihan = 3m + r–3j 3m = 3j - 4 9 =3.4 - 4 = 8 9 > 8 i = 1 Jadi derajat ketidaktentuan statis = i = 3 m + r - 3j

Derajat Ketidaktentuan Statis Pada rangka bidang dengan titik-titik kumpul campuran (ada yang sendi, ada yang rigid-jointed) kita memakai persamaan i untuk portal bidang tapi dengan koreksi. Contoh: C = sendi Maka di C hanya ada 2 persamaan keseimbangan. Sedangkan gaya dalam kelebihan di batang 2 dan 3 masing-masing berkurang 1. ( M = 0) A Jadi i = (3m + r – 2) – (3j - 1) = (3.4 + 4 – 2) – (3.5 – 1) = 0 (statis tertentu)

Derajat Ketidaktentuan Kinematis Derajat ketidaktentuan kinematis adalah besaran yang menyatakan jumlah komponen bebas atau peralihan yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan diberikan suatu pembebanan pada struktur. Contoh: 1. Joint A : tak ada displ. Joint B : 2 peralihan, yaitu peralihan horisontal dan rotasi. Jadi derajat ketidaktentuan kinematis =2. Bila deformasi axial pada batang AB diabaikan maka titik B tidak beralih horisontal. Derajat Ketidaktentuan kinema-tis = 1

Derajat Ketidaktentuan Kinematis 2. Joint A : tak ada displ. Joint B : tak ada displ. Jadi derajat ketidaktentuan kinematis = 0 disebut kinematis tertentu. 3. Joint A, B, D, E : Masing-masing 2 peralihan, yaitu arah X dan arah Y. Joint F : 1 peralihan, yaitu arah Y. Joint C : tak ada peralihan. Peralihan rotasi tiap-tiap joint tidak mempengaruhi gaya-gaya batang karena joint dianggap sendi, sehingga tidak diperhitungkan. jA = 2; jB =2; jD = 2; jE = 2; jC = 0; jF = 1. Jadi derajat ketidaktentuan kinematis =9 = 2 + 2 + 2 + 2 + 1.

Derajat Ketidaktentuan Kinematis Pada 1 titik pertemuan dalam struktur 2 dimensi dengan titik hubung kaku umumnya akan timbul lendutan translasi (arah vertikal dan horizontal) dan rotasi sehingga secara lengkap akan ada 3 komponen peralihan (degree of freedom)