BIAS BUDAYA DAN AGAMA DALAM “KLAB”

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Bimbingan dan Konseling
Advertisements

PERANAN GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TUGAS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PRIBADI, PENDIDIKAN DAN KARIER, DAN KEHIDUPAN BERKELUARGA PTIK.
TUGAS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PRIBADI, PENDIDIKAN DAN KARIER, DAN KEHIDUPAN BERKELUARGA PTIK.
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KIP / K
Perbedaan Individu dan Prilaku Kerja
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KONSELOR “KLAB”
KOMUNIKASI DALAM KERAGAMAN BUDAYA
NILAI DAN NORMA SOSIAL Oleh : ABD. BASIT,S.Sos.
MODEL-MODEL ’’KLAB’’.
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
HAKEKAT MANUSIA Pandangan tentang hakikat manusia adalah bagian dari filsafat antropologi manusia yang merupakan karya Tuhan yang paling sempurna/istimewa.
Kebudayaan Dari kata - Buddhayah (Buddhi) – “budi” atau akal
KONSELING PROSES PEMBERIAN BANTUAN DARI KONSELOR KEPADA KLIEN YANG DILAKUKAN MELALUI WAWANCARA BANTUAN KONSELOR KLIEN WAWANCARA.
Struktur sosial masyarakat
A. Orientasi Umum : 1. Pelayanan 2. Pelayanan Pendidikan 3
KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Pertemuan 3 Charisma Ayu Pramuditha, B. Tech Mgt, MHRM
Pembentukan Sikap Dan Tingkah Laku
KIP/K (Komunikasi Interpersonal atau Konseling)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Komunikasi Antar Pribadi (part 1)
Matakuliah : O0174/Komunikasi Antar Budaya
Peran konselor pada abad 21
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Komunikasi Lintas Budaya
KONSELING KELOMPOK.
BIMBINGAN PSIKO-EDUKATIF DI SEKOLAH DASAR
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PSIKOLOGI KOMUNIKASI.
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya
Kebutuhan Manusia menurut Abraham Maslow
POKOK BAHASAN Pertemuan 01 KESADARAN DIRI
SELAMAT DATANG DI KELAS PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
Hambatan Dalam Komunikasi Massa
PENILAIAN POTENSI DIRI WIRAUSAHA
Struktur sosial masyarakat
BIMBINGAN KONSELING Sy LULU ASSAGAF, S.Psi.
SIKAP DAN TINGKAH LAKU. TINGKAH LAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN SOSIAL (HUMAN BEHAVIOR AND SOCIAL ENVIRONMENT)
KONSELOR YANG BERBUDAYA
Terapi Gestalt Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls
PENDEKATAN EKLEKTIK DALAM PSIKOLOGI KONSELING DAN TERAPI
Tania Clara Dewanti BK/B
PERBEDAAN INDIVIDU Nataya Charoonsri R.
BIMBINGAN KONSELING.
Komunikasi Antar Budaya
KOMUNIKASI BUDAYA DALAM BISNIS
ASUMSI – ASUMSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
BIMBINGAN KONSELING INDONESIA.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Struktur sosial masyarakat
PENDEKATAN-PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Nama : Brigita Dewanti NIM : BK off B
PANDUAN Layanan Akademik Siswa
KONSEP DASAR “KLAB”.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI “KLAB”
LANDASAN KONSELING LINTAS AGAMA BUDAYA
KONSELING MULTIKULTURAL DAN MULTIAGAMA
Kerjasama Tim Pertemuan 8
Pendekatan seni budaya
PENGANTAR KONSELING LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Muhammad Riyadi Nasution
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) Tri Yunita FD STr. Keb.
Komunikasi dengan latar belakang budaya
Persamaan dan Perbedaan. Dalam konseling lintas budaya, budaya atau kebudayaan (culture) meliputi tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan.
Transcript presentasi:

BIAS BUDAYA DAN AGAMA DALAM “KLAB”

KONSEP “KLAB” Pada interaksi sosial antara masyarakat yang satu (konselor) dengan masyarakat lain (klien) yang berbeda budaya sering terjadi “tawar-menawar” budaya. Perbedaan-perbedaan yang ada pada masing- masing kelompok (konselor dan klien) akan berpengaruh (bias) terhadap proses konseling. Dalam konteks ini, perlu ditemukan suatu nilai bersama yang bisa menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut.

KONSELOR PEKA AGAMA BUDAYA KONSELOR BIAS AGAMA BUDAYA JENIS KONSELOR KONSELOR PEKA AGAMA BUDAYA KONSELOR BIAS AGAMA BUDAYA

KONSELOR PEKA BUDAYA Konselor peka budaya: konselor yang menyadari bahwa secara kultural individu memiliki karakteristik yang unik dan ke dalam proses konseling individu membawa karakteristik unik tersebut

LANJUTAN.... “KLAB” mengharuskan seorang konselor peka dan tanggap terhadap adanya keragaman dan perbedaan budaya antara klien yang satu dengan klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan kliennya. Konselor harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses konseling.  Dalam interaksi antar manusia sangat mungkin terjadi masalah dalam kaitannya dengan unsur-unsur kebudayan yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya yang ada di lingkungan individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di sekitar individu. 

CIRI2 KONSELOR PEKA BUDAYA dan AGAMA Pertama: Konselor lintas Agama Budaya harus sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimiliki dan asumsi-asumsi terbaru tentang prilaku manusia Konselor sadar bahwa dia memiliki nilai-nilai sendiri yang dijunjung tinggi dan akan terus dipertahankan. Disisi lain, klien juga menyadari bahwa klien memiliki nilai-nilai dan norma yang berbeda dengan dirinya. Oleh karena itu, konselor harus bisa menerima nilai-nilai yang berbeda itu sekaligus mempelajarinya.

Lanjutan.... Kedua: Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum Konselor harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai konseling, dan sadar terhadap pengertian dan kaidah dalam melaksanakan konseling. Hal ini sangat perlu karena pengertian terhadap kaidah konseling akan membantu konselor dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.

Lanjutan..... Ketiga: Konselor lintas agama budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan atau keyakinan, serta mereka mempunyai perhatian terhadap lingkungannya Konselor dalam melaksanakan tugasnya harus tanggap terhadap perbedaan yang berpotensi untuk menghambat proses konseling. Terutama yang berkaitan dengan nilai, norma dan keyakinan yang dimiliki oleh suku agama tertentu. Terlebih apabila konselor melakukan praktik konseling di Indonesia yang mempunyai lebih dari 357 etnis dan 5 agama besar serta penganut aliran kepercayaan.

KONSELOR BIAS AGAMA BUDAYA Dalam proses konseling, konselor membawa serta karakteristik-karakteristik psikologinya, seperti kecerdasan, bakat, sikap, motivasi, kehendak, dan tendensi-tendensi kepribadian lainnya. Konselor masih kurang perhatian terhadap latar belakang agama budaya konselor maupun klien yang ikut membentuk perilakunya dan menentukan efektivitas proses konseling, seperti etnik, afiliasi kelompok, keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan, bahasa verbal maupun non-verbal adalah termasuk bias-bias budaya yang sering muncul.

CIRI2 KONSELOR BIAS BUDAYA Pelayanan konseling yang bias budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai perbedaan. Konselor tidak menyadari perbedaan latar belakang kebudayaan yang dimilikinya. Konselor tidak mampu mengenali nilai2 universal dari agama budaya keduanya Konselor merasa nyaman dengan perbedaan yang ada antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik, kebudayaan, dan kepercayaan, dan tidak berupaya mencari titik persamaannya.  

Lanjutan..... Agar konseling berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan yang responsif secara kultural. Konseling yang demikian dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien.