MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL Disusun oleh : Novy Wahyunengsi Lowa G99152001 Pembimbing : Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG
TETANUS
TETANUS Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat Timbul melalui: luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat
ETIOLOGI Bakteri gram positif (Cloastridium tetani) Dapat menginfeksi luka, benda daging atau bakteri lain, Bakteri masuk kedalam tubuh Mengeluarkan Toksin : tetanospasmin dan tetanolisin
30–39 tahun dan umur lebih 60 tahun EPIDEMIOLOGI 3:1 Pria : wanita 9 X lipat : 30–39 tahun dan umur lebih 60 tahun 7 X lipat : 5–19 tahun dan 20–29 tahun
MANIFESTASI KLINIK 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan inkubasi tetanus 3–21 hari, 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya
Tetanus umum: Paling sering dijumpai Timbul mendadak Kekakuan otot (leher, wajah, rahang) Diikuti dg kejang umum Spasme otot laring & pernafasan Spasme otot spinghter ani (Retensi urin)
Derajat Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
Tetanus lokal tuk Gambaran klinis tidak khas Keluhan nyeri, kekakuan otot–otot pada bagian proksimal dari tempat luka dapat berkembang menjadi tetanus umum tuk
Bentuk cephalic Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadi bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
PENATALAKSANAAN UMUM Tujuan terapi pada tetanus mengeliminasi sumber toksin menetralkan toksin yang tidak berikatan mencegah kejang merawat luka dan membersihkan luka sebaik-baiknya diet cukup kalori dan protein mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, memberi dukungan terutama pada saluran nafas sampai penderita membaik Penderita sebaiknya dirawat di ruangan yang tenang, di unit perawatan intensif (ICU) agar observasi dan monitor kardiopulmoner dapat dilakukan terus-menerus dengan stimulus minimal.
Antibiotik Penisilin G sebesar 10-12 juta unit/hari dalam dosis terbagi selama 10-14 hari Antitoksin Human Tetanus Immuns Globulin (TIG) 3.000 – 6.000 U (Unit) IM Anti Tetanus Serum (ATS). Equine tetanus antitokisn (TAT) Anti Kejang Diazepam, Dosis awal 10-30 mg intravena dapat juga diberikan sampai dosis 120 mg/kg/BB/hari. Fenobarbital. dosis dewasa 1 mg/kg (im) setiap 4-6 jam, tidak melebihi 400 mg/hari
MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL
Manifestasi klinis tetanus dapat berhubungan dengan : karies gigi tindakan ekstraksi gigi abses periodontal serta laserasi lidah Penyakit tetanus jenis ini biasanya memiliki masa inkubasi yang lebih pendek (1-2 hari) dan angka mortalitas tinggi.
PATOGENESIS Spora yang terdapat di lingkungan dapat masuk kedalam tubuh pasien melalui karies dentis yang dideritanya Diawali dengan adanya kebiasaan buruk yaitu mencongkel gigi yang berlubang dengan alat yang tidak steril. Spora yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob). Bila keadaan menguntungkan di mana tempat luka tersebut menjadi hipaerob sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, lekosit yang mati, benda–benda asing maka spora berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang.
Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin Aktivitas tetanospamin pada motor end plate akan menghambat pelepasan asetilkolin, tetapi tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron sehingga tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot (kekakuan)
Manifestasi klinis terjadinya Spasme pada tetanus Oral : Kekakuan mulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada extremitas, otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul kejang. Bilamana toksin mencapai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan.
Hubungan tetanus Cephalic dengan karies dentin dan Root Canal. Gambar 2.1. Seorang pria berusia 47 mengalami kontraksi otot wajah yang tidak disengaja, kejang otot bilateral, trismus, tonjolan lidah tak disengaja, trauma lidah, dan refleks muntah yang berlebihan (UBM medica, 2012).
Manifestasi klinis terjadinya kejang pada tetanus Oral : kejang disebabkan oleh eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor end plate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal ke dalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan akhirnya menyebar ke SSP.
Efek toksin tetanospasmin pada sistem saraf simpatis : Terjadi overaktivitas simpatis berupa hipertensi yang labil, takikardi, keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi katekolamin dalam urine. Tetanospamin yang terikat pada jaringan saraf sudah tidak dapat dinetralisir lagi oleh antitoksin tetanus.
Tatanospasmin bekerja pada SSP dg cara : 1. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot 2. Karekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord. 3. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside. 4. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine
Pengaruh toksin tetanus pada sistem kesadaran Toksin dari tetanus tidak menyebabkan penurunan karena terjadi penurunan pelepasan GABA di ARAS (Ascending Reticular Activating System). ARAS adalah sistem yang menjaga kesadaran. Neurotransmiter yang berperan dalam sistem ini antara lain: asetilkolin, dopamin, serotonin, dan norepinefrin yang dipengaruhi oleh GABA
KESIMPULAN Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani Tetanus dapat berhubungan dengan karies gigi, tindakan ekstraksi gigi, abses periodontal, serta laserasi lidah Masa inkubasi tetanus pada kasus oral lebih pendek (1-2 hari) dan angka mortalitas tinggi. Kebiasaan yang buruk seperti mencongkel gigi yang berlubang dengan alat yang tidak steril dapat menjadi jalur utama masuknya spora tetanus pada oral.
KESIMPULAN Dengan keadaan yang hiperaerob atau anaerob Spora tetanus dapat berkembang kemudian megeluarkan toxin (tetanospasmi dan tetanolisin). Toksin tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tonus otot dan kontraksi otot berupa spasme otot (kekakuan) diantaranya otot–otot laring dan otot pernapasan sehingga menyebabkan gangguan menelan, asfiksia, sianosis dan kematian karena kegagalan pernafasan.
SARAN Meningkatkan kesadaran setiap individu untuk menjaga kebersihan Gigi dan Mulut dengan rajin menggosok gigi, serta rutin memeriksakan ke dokter gigi. Bila terdapat gigi yang berlubang jangan mencongkel gigi dengan tangan maupun alat yang tidak bersih (steril), namun segera periksakan ke dokter gigi. Alangkah baiknya menanamkan sejak kecil kepada anak tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut beserta cara perawatan dan pemeliharaannya.
TERIMA KASIH