MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENANGANAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK TETANUS
Advertisements

Darwis Dosen Jurusan Gizi
SURVEILANS TETANUS NEONATORUM.
P3K OFF. OLIVIA CHRISTINE M. OFF. RAYMOND SIAGIAN STAGE 3.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
SOSIALISASI DAN PENGENALAN PENYAKIT RABIES
TETANUS M. Atoillah.
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
PENYAKIT TROPIS & INFEKSI I
.. SUSPEK TYPOID ...
Kanker Payudara. Pengertian dan Penyembuhan
Tetanus pada Orang Dewasa
ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
APLIKASI PADA PENYAKIT (ENVIRONMENT)
RESIKO HIGIENE TERKAIT KERACUNAN MAKANAN. Bahan makanan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin.
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
TETANUS OLEH : DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST
BAKTERI.
Oleh Dr. Nugroho Susanto
INFEKSI BAKTERI ANAEROB FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
DIABETES MELLITUS.
Program Pengendalian Penyakit ANTHRAX
GIZI PADA IBU HAMIL DAN KOMPLIKASINYA
JANTUNG KORONER Tessa Ayu Koropit.
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
YONI MAI PUTRI IIB.
Penyakit tetanus Tabita wahyu a.
Demam Tifoid Eggi Arguni.
VITA NIRMALA ARDANARI,DR, SP.PROS, SP.KG
DIFTERIa.
MARASMUS MATERI KULIAH.
RIWAYAT ALAMI PENYAKIT &
PENYAKIT HIPOKALEMIA.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
POLIOMYELITIS Oleh: Dewi Rini Astuti Zega, SST
Sindrom Guillain–Barré
Nama kelompok : 1. Berliana Nugraheni 2. Beatrico Lyo 3
Perawatan bayi baru lahir
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ENCEPHALITIS.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
PELATIHAN KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
TUGAS PATOLOGI DIFTERI.
PENYAKIT RABIES.
HUBUNGAN PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Terjadi dalam 3 bentuk: 1.Penanahan akut dalam kelenjar limf retrofarings sesudah infeksi saluran nafas atas. Biasanya terjadi pada anak-anak. 2. Benda.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
TRAUMA ABDOMEN.
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
BAB 5 ASFIKSIA.
ABSES GIGI.
KERACUNAN STRYCHNIN KELOMPOK 2. Isep Ramdan Ayuni Stevia Nurul Febriana Safitri Ni Putu Devi W
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Lili Eriska Sianturi, M.K.M Kuliah Dasar Epidemiologi
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Akut 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR PENYEBAB 3. KLASIFIKASI ISPA 4. FAKTOR AGEN, HOST,
Transcript presentasi:

MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL Disusun oleh : Novy Wahyunengsi Lowa G99152001 Pembimbing : Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG

TETANUS

TETANUS Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat Timbul melalui: luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat

ETIOLOGI Bakteri gram positif (Cloastridium tetani) Dapat menginfeksi luka, benda daging atau bakteri lain, Bakteri masuk kedalam tubuh Mengeluarkan Toksin : tetanospasmin dan tetanolisin

30–39 tahun dan umur lebih 60 tahun EPIDEMIOLOGI 3:1 Pria : wanita 9 X lipat : 30–39 tahun dan umur lebih 60 tahun 7 X lipat : 5–19 tahun dan 20–29 tahun

MANIFESTASI KLINIK 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan inkubasi tetanus 3–21 hari, 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya

Tetanus umum: Paling sering dijumpai Timbul mendadak Kekakuan otot (leher, wajah, rahang) Diikuti dg kejang umum Spasme otot laring & pernafasan Spasme otot spinghter ani (Retensi urin)

Derajat Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.

Tetanus lokal tuk Gambaran klinis tidak khas Keluhan nyeri, kekakuan otot–otot pada bagian proksimal dari tempat luka dapat berkembang menjadi tetanus umum tuk

Bentuk cephalic Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadi bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.

PENATALAKSANAAN UMUM Tujuan terapi pada tetanus mengeliminasi sumber toksin menetralkan toksin yang tidak berikatan mencegah kejang merawat luka dan membersihkan luka sebaik-baiknya diet cukup kalori dan protein mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, memberi dukungan terutama pada saluran nafas sampai penderita membaik Penderita sebaiknya dirawat di ruangan yang tenang, di unit perawatan intensif (ICU) agar observasi dan monitor kardiopulmoner dapat dilakukan terus-menerus dengan stimulus minimal.

Antibiotik Penisilin G sebesar 10-12 juta unit/hari dalam dosis terbagi selama 10-14 hari Antitoksin Human Tetanus Immuns Globulin (TIG) 3.000 – 6.000 U (Unit) IM Anti Tetanus Serum (ATS). Equine tetanus antitokisn (TAT) Anti Kejang Diazepam, Dosis awal 10-30 mg intravena dapat juga diberikan sampai dosis 120 mg/kg/BB/hari. Fenobarbital. dosis dewasa 1 mg/kg (im) setiap 4-6 jam, tidak melebihi 400 mg/hari

MANIFESTASI KLINIS TETANUS PADA PENYAKIT ORAL

Manifestasi klinis tetanus dapat berhubungan dengan : karies gigi tindakan ekstraksi gigi abses periodontal serta laserasi lidah Penyakit tetanus jenis ini biasanya memiliki masa inkubasi yang lebih pendek (1-2 hari) dan angka mortalitas tinggi.

PATOGENESIS Spora yang terdapat di lingkungan dapat masuk kedalam tubuh pasien melalui karies dentis yang dideritanya Diawali dengan adanya kebiasaan buruk yaitu mencongkel gigi yang berlubang dengan alat yang tidak steril. Spora yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob). Bila keadaan menguntungkan di mana tempat luka tersebut menjadi hipaerob sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, lekosit yang mati, benda–benda asing maka spora berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang.

Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin Aktivitas tetanospamin pada motor end plate akan menghambat pelepasan asetilkolin, tetapi tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron sehingga tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot (kekakuan)

Manifestasi klinis terjadinya Spasme pada tetanus Oral : Kekakuan mulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada extremitas, otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul kejang. Bilamana toksin mencapai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan.

Hubungan tetanus Cephalic dengan karies dentin dan Root Canal. Gambar 2.1. Seorang pria berusia 47 mengalami kontraksi otot wajah yang tidak disengaja, kejang otot bilateral, trismus, tonjolan lidah tak disengaja, trauma lidah, dan refleks muntah yang berlebihan (UBM medica, 2012).

Manifestasi klinis terjadinya kejang pada tetanus Oral : kejang disebabkan oleh eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor end plate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal ke dalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan akhirnya menyebar ke SSP.

Efek toksin tetanospasmin pada sistem saraf simpatis : Terjadi overaktivitas simpatis berupa hipertensi yang labil, takikardi, keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi katekolamin dalam urine. Tetanospamin yang terikat pada jaringan saraf sudah tidak dapat dinetralisir lagi oleh antitoksin tetanus.

Tatanospasmin bekerja pada SSP dg cara : 1. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot 2. Karekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord. 3. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside. 4. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine

Pengaruh toksin tetanus pada sistem kesadaran Toksin dari tetanus tidak menyebabkan penurunan karena terjadi penurunan pelepasan GABA di ARAS (Ascending Reticular Activating System). ARAS adalah sistem yang menjaga kesadaran. Neurotransmiter yang berperan dalam sistem ini antara lain: asetilkolin, dopamin, serotonin, dan norepinefrin yang dipengaruhi oleh GABA

KESIMPULAN Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani Tetanus dapat berhubungan dengan karies gigi, tindakan ekstraksi gigi, abses periodontal, serta laserasi lidah Masa inkubasi tetanus pada kasus oral lebih pendek (1-2 hari) dan angka mortalitas tinggi. Kebiasaan yang buruk seperti mencongkel gigi yang berlubang dengan alat yang tidak steril dapat menjadi jalur utama masuknya spora tetanus pada oral.

KESIMPULAN Dengan keadaan yang hiperaerob atau anaerob Spora tetanus dapat berkembang kemudian megeluarkan toxin (tetanospasmi dan tetanolisin). Toksin tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tonus otot dan kontraksi otot berupa spasme otot (kekakuan) diantaranya otot–otot laring dan otot pernapasan sehingga menyebabkan gangguan menelan, asfiksia, sianosis dan kematian karena kegagalan pernafasan.

SARAN Meningkatkan kesadaran setiap individu untuk menjaga kebersihan Gigi dan Mulut dengan rajin menggosok gigi, serta rutin memeriksakan ke dokter gigi. Bila terdapat gigi yang berlubang jangan mencongkel gigi dengan tangan maupun alat yang tidak bersih (steril), namun segera periksakan ke dokter gigi. Alangkah baiknya menanamkan sejak kecil kepada anak tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut beserta cara perawatan dan pemeliharaannya.

TERIMA KASIH 