Sosiologycal Approach

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SEGMENTASI PASAR Segmentasi Pasar : Yaitu sebagai suatu proses membagi pasar menjadi irisan-irisan (bagian-bagian) konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan.
Advertisements

Partisipasi Politik Amerika Serikat
KEMUNCULAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRASI BARAT DAN PENGARUH-PENGARUH PARTAI TERHADAP SISTEM PEMILIHAN.
KELUARGA DAN SOSIALISASI POLITIK
Materi kuliah Pemilu dan Perilaku Politik
BUDAYA POLITIK Budaya politik pada hakikatnya merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri- ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik.
Nama: Tatik kurnianingsih PSIK II B Dosen Pengampu Bpk Mujiana.
DATA IDENTIFIKASI DAN LINGKUNGAN
Media Komunikasi Massa: Karakteristik dan Perkembangan
Teori Komunikasi Organisasi
Ideologi dan Prediksi Perkembangan SJSN
GOOD GOVERNANCE.
Alur Simpang dari Demokrasi Postcommunist (Herbert Kitschiest)
Struktur sosial masyarakat
P ARTAI POLITIK AMERIKA SERIKAT Rachmalia Dewi Sukmawati Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat (2012)
DEMOKRASI Prof. Dr. Amir Santoso.
By: Mustopa JEJARING ADVOKASI.
SPLIT TICKET VOTING DAN STRAIGHT TICKET VOTING
TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9
Pengantar Partai Politik
Pertemuan 9 PERILAKU DAN PARTISIPASI POLITIK
PARTAI POLITIK Ahmad Nasher.
PARTISIPASI POLITIK.
Penguatan Posisi Tawar Rakyat dalam Pemilu
DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA
MEMBANGUN TRADISI PEMILU LUBER DAN JURDIL
Teori DEMOKRASI Zaman Klasik
ELEMEN-ELEMEN DEMOKRASI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “Hak Dan Kewajiban Warganegara”
PERILAKU KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK
Kepemimpinan Kelompok 1 : Intan Beauti Leoni Lia Septiana Melissa Laik.
TEORI-TEORI SIBERNETIKA-2
Partai Politik & Pemilu
JENIS-JENIS SISTEM EKONOMI DI DUNIA
PARTISIPASI POLITIK DALAM DISTRIBUSI DAN ALOKASI SUMBER POLITIK
Budaya Politik (political culture)
POLITIK DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PEMERINTAHAN YANG BERSIH
Pengarustamaan Pemilu
Efek komunikasi massa Komunikasi Persuasif Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
BUDAYA POLITIK DI I N D O N E S I A
Perilaku Politik Partisipasi Politik
DEMOKRASI Pertemuan 9 Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si.
Struktur sosial masyarakat
PERAN SERTA BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
Apa dan Mengapa Demokrasi?
MAZHAB DALAM KRIMINOLOGI
DEMOKRASI Pertemuan 9 Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si.
Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani
Mahasiswa dan Pemilihan umum
PERAN SERTA DALAM BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
Pendekatan Struktural
Presented by: Syaiful Bakhri, S.Sos, MM
Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Politik
Struktur sosial masyarakat
Pancasila Sebagai Ideologi
PROVINSI X, Y, Z PAST & PRESENT. PROVINSI X, Y, Z PAST & PRESENT.
Teori Perilaku Politik
KONFLIK SOSIAL By: Supriaini, S.Pd.
Kelompok 2 PERILAKU MEMILIH (PENDEKATAN SOSIOLOGIS) Dwi Indra Kurniawan ( ) Yusrizal Yasmar ( ) Bella Okdyana ( )
NILAI-NILAI DEMOKRASI
Tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam Masyarakat Indonesia
PERILAKU MEMILIH.
PARTISIPASI MASYARAKAT & HAK WARGA NEGARA DALAM PEMILU
CONTOH PENGHITUNGAN SAMPEL VERIFIKASI
PARTAI POLITIK Aryani Yeni Eko Wati. Pengertian Partai Politik (3) Berdasarkan UU No. 2 tahun 2008 ttg Partai Politik pasal 1 (ayat 1) : Organisasi yang.
Arti dan Konsep Sehat  WHO (1947) Sehat : suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau.
PARTISIPASI POLITIK KAUM MUDA DI PEMILU 2019 Jakarta, 19 Februari 2019
Representatif dan Backlash LGBT Keterwakilan Legislator LGBT dan Serangan Balik dari kelompok Mayoritas.
Masyarakat Multikultural dan Partikularisme Masyarakat.
Transcript presentasi:

Sosiologycal Approach Akhdian Elfi Adumsari 1410832004 Heby Hara Octabrian 1410831019 Salmi Nurhidayah 1410832023 Wendy Romadhona 1410832013 Perilaku Memilih Sosiologycal Approach

Pendekatan Sosiologis Mazhab sosiologis adalah yang terawal muncul dalam tradisi perilaku memilih. Mazhab ini berkembang di Eropa dan di Amerika pada tahun 1950-an dan dibangun dengan asumsi bahwa perilaku memilih ditentukan oleh karakteristik sosiologis para pemilih, terutama kelas sosial, agama, dan kelompok etnik/kedaerahan/bahasa.

Model sosiologis untuk voter turnout telah dikembangkan secara canggih dengan apa yang disebut sebagai model SES (Social Economic Status), lalu disempurnakan dalam apa yang disebut Civic Voluntary Model. Inti kedua model ini ialah bahwa seseorang berpartisipasi dalam pemilu karena kesadaran tentang arti penting pemilu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat banyak.

Status Sosial Ekonomi Dalam status sosial ekonomi terdapat beberapa indikator, yaitu pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaan. Hasil pemilu akan menentukan kebijakan publik yang akan berkaitan dengan semua warga Negara, termasuk dirinya. Orang yang punya kesadaran ini biasanya orang yang relatif berpendidikan. Oleh karena itu, dibanding yang kurang berpendidikan, mereka yang berpendidikan lebih mungkin ikut pemilu

status pekerjaan juga dianggap mempengaruhi keikutsertaan seseorang dalam pemilu. Orang yang bekerja lebih mungkin ikut pemilu dibandingkan dengan orang yang sedang mencari pekerjaan. Alasannya, perhatian orang yang tak memiliki pekerjaan lebih terfokus pada upaya mencari pekerjaan, dan karena itu kemungkinan besar ia akan absen dalam kegiatan–kegiatan politik seperti pemilu. Jenis pekerjaan juga dipercaya memengaruhi keikutsertaan dalam pemilu. Orang yang bekerja di sektor yang rentan terhadap kebijakan pemerintah, cenderung ikut serta dalam pemilu ketimbang sebaliknya

Terkait dengan pendidikan dan jenis pekerjaan ini adalah tingkat pendapatan. Orang dengan pendapatan yang lebih baik memiliki kemungkinan lebih tinggi ikut serta dalam pemilu karena mereka mempunyai akses lebih luas terhadap informasi yang berkaitan dengan kebijakan publik. Orang dengan pendapatan lebih baik terbiasa hidup dalam lingkungan dengan norma – norma tertentu, sehingga memandang positif keikutsertaan dalam pemilu, dan memandang negatif absen dalam pemilu.

Orang yang mempunyai status soial ekonomi yang lebih baik, memiliki kemungkinan lebih kuat untuk ikut dalam pemilu hanya bila ia berada dalam jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya proses mobilisasi politik.

Kelas Sosial Seorang pemilih dengan latar belakang kelas bawah (dilihat dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan kesadaran akan posisi kelas sosial) cenderung akan memilih partai politik dan pejabat publik yang dipandang memperjuangkan perbaikan kelas sosial mereka. Ex: di eropa, buruh dipercaya cenderung memilih partai buruh atau partai sosialis ketimbang partai konservatif atau partai liberal.

Agama Faktor sosiologis lain yang dipercaya penting memengaruhi keputusan seseorang untuk memilih partai politik atau seorang calon pejabat adalah agama. Partai politik atau calon pejabat publik yang memiliki platform keagamaan yang sama dengan pemilih cenderung akan dipilih oleh oleh pemilih tersebut.

Sentimen kedaerahan dan etnis Selanjutnya faktor yang dianggap berpengaruh dalam perilaku memilih yaitu sentimen kedaerahan. Pemilih akan cenderung memilih calon pejabat yang berasal dari daerah mereka dan yang berasal dari etnis yang sama dengan pemilih. Calon pejabat publik yang punya asal–usul atau keterikatan dengan daerah tertentu cenderung akan dipilih dan didukung oleh pemilih dari daerah yang bersangkutan. Seorang pejabat publik yang yang tinggal, atau biasa memperjuangkan kepentingan suatu daerah tertentu, cenderung akan dipilih dan didukung oleh pemilih dari daerah bersangkutan

Umur Umur adalah faktor demografis yang diyakini bukan hanya berpengaruh terhadap pilihan presiden dan anggota DPR atau partai, tetapi juga partisipasi politik. Dalam hubungannya dengan partisipasi politik, Milbrath berpendapat bahwa partisipasi politik secara bertahap meningkat sesuai dengan umur, mencapai puncaknya dan menajam pada umur 40-an dan 50-an, tetapi kemudian secara bertahap menurun ketika mencapai umur 60-an.

Sumber Mujani, Saiful, dkk. 2012. Kuasa Rakyat. Jakarta: Mizan Media Utama