Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imun

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Sistem Imun (Antibodi)
Advertisements

REAKSI HIPERSENSITIVITAS
ANTIGEN-ANTIBODI PENGERTIAN : ANTIGEN ANTIBODI
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
IMMUNOLOGI Antibodi.
HIPERSENSITIVITAS Oleh : Netti Suharti.
Radang Burhannudin Ichsan.
Reaksi Alergi Hipersensitivitas Aldo Candra ( )
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
Suatu respon imun yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan bahkan dapat menyebabkan kematian Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon hipersensitif.
Sistem Pertahanan Tubuh
Sistem Pertahanan Tubuh
SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt..
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
Fisiologi dan mekanisme respon imun adaptif
SANTI KARTIKASARI,dr SISTEM IMUNITAS.
ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Sistem Pertahanan Tubuh
MANFAAT MENYUSUI 1/1 MENYUSUI A S I Membantu bonding dan perkembangan
ASKEP URTICARIA Luky dwiantoro.
Imunitas humoral Yang bertanggung jawab: sel limfosit B (Bursa fabicus/Bone) Sel B membawa antibodi pada permukaan selnya, juga dapat mengeluarkan antibodi.
Sistem Kekebalan Tubuh
PENGENALAN PENYAKIT GLOMERULONEPHRITIS DAN SYSTITIS
IMUNOLOGI DAN ORGAN LIMFATIK Oleh: Yelsa Perian Marsyah
Imunologi DISUSUN OLEH: MILA ASTASIA TINGKAT: 1A.
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
Kelainan pada Sistem Pertahanan Tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
Dermatitis Atopik Peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan (alergi) Melibatkan limfosit dan sel mast Histamin dari sel mast menyebabkan.
BIOLOGI DASAR MANUSIA IMUNOLOGI DAN SISTEM ORGAN LIMFATIK
Polip Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Lisa Andina, S.Farm, Apt. RESPON IMUN SPESIFIK.
Syok anafilaktik Nasman Puar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
SISTEM IMUNOLOGI BY. MAIYANTI.
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
LEUKOSIT (Sel Darah Putih) Disusun Oleh : ANNISA RIZQI DAMYANTI
Imunologi Oleh: Irene Katrin 1A AKBID ALIFAH PADANG.
Sindrom Guillain–Barré
HIPERSENSITIVITAS TYPE III
Senjata Cerdas Manusia : “ANTIBODY”
Materi Ajar Sistem Kekebalan
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
BAB 11 Sistem Imun.
BAB 11 SISTEM IMUN.
IMUNOLOGI DASAR dr. Ali Sodikin, SpPD dr. Bangun Oktavian, SpJP
Tanda dan Gejala Anafilaksis
18 DIABETES DAN ALERGI KULIT SEMBUH OLEH BIOSPRAY
ANTIGEN-ANTIBODI PENGERTIAN : ANTIGEN ANTIBODI
DASAR IMUNOLOGI 11 JANUARI 2018.
Respon Imun Non Spesifik (Respon Imun Innate)
BAB 10 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem Kekebalan Pada Manusia.
Organ Limfoid & Sel-sel Imun yang berperan
PROGRAM PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN 2014.
ADAPTASI A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan.
 Imunologi: Ilmu yang mempelajari sistim imunitas tubuh  Sistim imunitas : mekanisme pertahanan tubuh terhadap foreign antigen.
TRAUMA ABDOMEN.
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
KELOMPOK 3 DOSEN PEMBIMBING SISTEM IMUN NON SPESIFIK DAN PERADANGAN TUGAS IMUNOBIOLOGI SUWARNY, S.Si, M.Si.
Syara Marsa Pembimbing dr. Cut Putri Yohana, M.sc, Sp.KK.
BAB 11 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Asam urat adalah penyakit yang berasal dari sisa metabolisme zat purin dari sisa makanan yang kita konsumsi secara berlebihan.
Ns. Yanti Rostianti, S.Kep, M.SI
Transcript presentasi:

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imun Ns. M. Shodikin,M.Kep,Sp.Kep.MB.CWCS

I. Reaksi HipersensitiVitas dan Alergi

PENDAHULAN Tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik dan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) Sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.

Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.

DEFINISI Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya non-imunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

4 tipe Reaksi hipersentsitivitas

Tipe I : Reaksi Anafilaksi Hipersensitivitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen, namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam. Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh keping darah, neutrofil, dan eosinofil.

Uji diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe I adalah tes kulit (tusukan dan intradermal) dan ELISA untuk mengukur IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk melawan alergen (antigen tertentu penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar IgE merupakan salah satu penanda terjadinya alergi akibat hipersensitivitas. Pengobatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin. Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai dalam tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.

Tipe II : reaksi sitotoksik Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler. Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi silang) yang berikatan dengan antibodi sel sehingga dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa tipe dari hipersensitivitas tipe II adalah: 1. Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal). 2. Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin yang dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darahmerah), 3. Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal).

Tipe III : reaksi imun kompleks Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengejawantahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks.

Tipe IV : Reaksi tipe lambat Sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka (sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator (limfokin) yang ditemukan pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan keratitis diskiformis. Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak dengan allergen.

ETIOLOGI Faktor Internal 1) Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu. 2) Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat. 3) Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen bertambah.

Fakor Eksternal Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga). Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya. BAHAN MAKANAN PERSENTASE Ikan Telur Susu Kacang Gandum Apel Kentang Coklat Babi Sapi 15,4 % 12,7 % 12,2 % 5,3 % 4,7 % 4,7 % 2,6 % 2,1 % 1,5 % 3,1 %

PATOFISIOLOGI Saat  pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh  seseorang  yang mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala – gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut. Setelah tanda – tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang  akan memicu aktifnya sel T ,dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk  mengaktifkan antibodi ( Ig E ). Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil.

Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2 hal  yaitu,: 1.  Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas. 2.   Alergen  tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak , kemudian histamin tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah.   Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal,prutitus,angioderma,urtikaria,kemerahan pada kulit dan dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian

TANDA DAN GEJALA   Adapun Gejala klinisnya : 1. Pada saluran pernafasan : asma 2. Pada saluran cerna:mual,muntah,diare,nyeri perut. 3. Pada kulit: urtikaria. angioderma,dermatitis,pruritus,gatal,demam, gatal. 4. Pada mulut: rasa gatal dan pembengkakan bibir.

PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi :  apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan  terdapat gejala adanya urtikaria, angioderma, pruritus dan pembengkakan pada bibir. Palpasi : ada nyeri tekan  pada kemerahan. Perkusi : mengetahui apakah diperut terdapat udara atau cairan. Auskultasi : mendengarkan suara napas, bunyi jantung, bunyi usus( karena pada oarng yang menderita alergi bunyi usunya cencerung lebih meningkat).

PEMERIKSAAN PENUNJANG Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan). Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan  terpajan allergen 2.Hipertermi berhubungan dengan  proses inflamasi 3.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder 4.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan  cairan berlebih 5.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)

INTERVENSI KEPERAWATAN Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Berikan oksigen tambahan Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic. Berikan kompres /mandi hangat; hindari penggunaan alcohol. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah). Monitor intake dan output  cairan. Berikan bedak talek pada kulit. Kolaburasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Hentikan penyebab alergi.

II. Gangguan Autoimun

DEFINISI Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang dianggap sebagai benda asing atau berbahaya. Benda asing itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.

Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendiri. Tetapi, sistem imunitas kadang-kadang rusak dalam menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri.

Respon ini disebut reaksi autoimun Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.

Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit dan kasus infertilitas

PENYEBAB Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal : 1. Senyawa yang ada di badan. 2. Senyawa normal di tubuh berubah. 3. Senyawa asing yang menyerupai senyawa dalam badan. 4. Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan. 5. Keturunan.

GEJALA Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi, gejala bervariasi bergantung pada gangguan dan bagian badan yang terkena. Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jaringan di seluruh badan misalnya, pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit. Gangguan autoimun lainnya mempengaruhi organ khusus : ginjal, paru-paru, jantung, dan otak. Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan rasa sakit,kelemahan, penyakit kuning, gatal, gangguan pernafasan, penumpukan cairan (edema), demam, bahkan kematian.

PENEGAKAN DIAGNOSA Peningkatan pengendapan laju erytrosit karena protein yang dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk tetap ada di darah. Jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang mengurangi produksi erytrosit. Adanya antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik. Faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid.

Penatalaksanaan Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang. Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Konsekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

Kortikosteroid, seperti prednison, dexametason diberikan, biasanya secara oral. Obat ini mengurangi radang  mempunyai efek samping menekan sistem kekebalan tubuh. Kompres dingin, immobilisasi area yang sakit. Asupan nutrisi TKTP harus mendapatkan perhatian. Observasi tanda dan gejala infeksi. Isolasi retriksi bila dipandang perlu.

TERIMAKASIH