MK Manajemen Media Cetak Masa Depan Media Cetak MK Manajemen Media Cetak Oleh Usman Yatim
Krisis Ekonomi Global Dunia kini (2007-2009) kembali digoncang krisis ekonomi yang pusat goncangannya berada di AS, negara adidaya yang menjadi pionir faham liberalisme, kapitalisme dan globalisme. Krisis ekonomi global membuat industri media cetak berada dalam ancaman total, mempercepat dugaan akan hilangnya peran media ini dalam industri media massa.
Media Cetak AS Krisis global dewasa ini memaksa para juragan media cetak di AS terpaksa menghentikan penerbitannya ketimbang terus menerus merugi. Kondisi seperti di AS bisa terjadi di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
Bisnis Media Cetak AS AS disebut-sebut sebagai pusat dan kiblat perkembangan industri media massa, termasuk media cetak. Media cetak di AS rata-rata menyajikan halaman sangat tebal, bisa mencapai 80-100 halaman.
Media Cetak AS Bangkrut Selama ini bisnis media cetak di AS dianggap kokoh dan tak tergoyahkan krisis apapun yang terjadi di dunia. Sejumlah industri media cetak di AS terkena imbas sejak krisis financial mencuat di negeri “Paman Sam” itu tahun 2008. Saat krisis merebak, sedikitnya 7 surat kabar terkemuka di sana menjadi korban.
CSM Beralih ke Online Sejak Kamis 26 Maret 2009, tabloid Christian Science Monitor (CSM) yang terbit Senin dan Jum’at, beralih ke edisi online. CSM berkedudukan di Boston Massachusetts, AS CSM pemenang tujuh Pulitzer, sudah memiliki pelanggan fanatic cukup banyak.
Unggul dan Kuat CSM dikenal memiliki keunggulan dalam liputan aneka peristiwa yang terjadi di seluruh belahan dunia, khususnya Timur Tengah. CSM dinilai sebagai media cetak kuat dan mumpuni, yang mampu menyamai Koran-koran terkemuka seperti New York Times, Washington Post dan US Today
Chicago Tribune Media cetak sebesar Chicago Tribune sekarang gulung tikar dan memutuskan hanya menerbitkan versi onlinenya. Senior CT yang sudah berumur 176 tahun, Post-intelligencer juga mengikuti langkah Tribune.
SPI Tutup Usia Dalam Umur 161 Tahun Dua pekan sebelum CSM bangkrut, surat kabar besar dan cukup berpengaruh di Negara boros energi itu, yaitu Seattle Post Intelligence (SPI) tutup usia di saat umurnya sudah mencapai 161 tahun. Februari 2009 lalu, surat kabar Rocky Mountain News (RMN) juga meregang nyawa. Tribune Co penerbit Los Angles Times (:LAT) dan Chicago Tribune (CT) sudah mengajukan proses pailit ke pengadilan setempat akibat kerugian yang semakin menguras kocek perusahaan dan terkena dampak krisis ekonomi nasional AS.
RMN Wafat Dalam Usia 150 Tahun Surat kabar Rocky Mountain News (RMN) yang berbasis di Denver, AS, resmi berhenti terbit, 27 Februari 2009) dalam usia 150 tahun. Gubernur Colorado, Bill Ritter: “Bagi saya, penutupan ini sangat sangat menyedihkan.” “Selama 150 tahun, Rocky sangat fokus dengan berita-berita di Denver. Rocky akan diingat selamanya sebagai pemeran penting dalam sejarah dan kesuksesan kota Denver,” kata pemimpin Hariaan The Denver Post, William Dean Singleton.
Uang suap = amplop Di New Jersey, The Star-Ledger of Newark dengan sangat terpaksa membiarkan saja 151 karyawannya menerima uang suap, termasuk jika ada yang ingin memasukkan opini mereka ke halaman opini.
Memangkas Halaman Harian terbesar di Connecticut The Hartford Courant memangkas sebagian besar halamannya sejak Juli dan telah memberhentikan sekitar 25% karyawannya. Dengan bangkrutnya Tribune itu, sedikitnya 2 hingga 5 koran harian lokal milik Tribune seperti The Herald of New Britain dan The Bristol Press, serta 13 koran mingguan dari perusahaan lain yang dipublikasikan di Connecticut, diproduksi dalam skala kecil dengan halaman terbatas sehingga sulit ditemukan oleh para pembeli (masyarakat) yang membutuhkan informasi.
Kirim Berita Dari Rumah The Record of Hackensack berencana untuk tidak lagi mempertahankan keberadaan gedung kantornya dan membiarkan para pekerja melaporkan berita dari rumah mereka masing-masing. The Asbury Park Press terpaksa harus memberhentikan sementara penerbitan medianya. The Times lokal juga bertahan dengan terpaksa melakukan berbagai pengurangan.
Sudah Dimulai Tahun 1980-an Tahun 1985, Majalah Life terbitan London yang memiliki pangsa pasar di seluruh dunia dan berumur seratusan tahun, tiba-tiba menghentikan penerbitannya.
Kasus FEER Majalah Mingguan Ekonomi terkemuka di Asia Tenggara Far Eastern Economic Review (FEER) yang berbasis di Hongkong dan terbit sejak 1959, terpaksa tidak terbit lagi sejak 2004 sesudah selama 6 tahun mengalami kerugian demi kerugian yang tak bisa ditanggulangi lagi. Hancurnya FEER membuat penerbit sebuah perusahaan bursa saham dunia Dow Jones terpaksa mengambil langkah ekstrim. Hal ini disebabkan Dow Jones masih punya media bisnis lain yang dinilai lebih prospektif, yakni Harian The Asian Wall Street Jurnal (TAWSJ). Surat kabar ekonomi ini (TAWSJ) masih bisa bertahan hingga kini, namun sampai kapan?.
Pengaruh Teknologi "Teknologi sangat besar pengaruhnya. Penggabungan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan terakomodasinya kebutuhan mendapatkan informasi secara fleksibel, di mana saja, kapan saja“ Media cetak Amerika sudah berjatuhan bangkrut karena kalah dengan media elektronik yaitu televisi dan internet (media online).
Media Online Fenomena perkembangan blogger dan citizen online journalism yang begitu pesat di negara maju juga menjadi pemicu berkurangnya audience media cetak. Media baru, khususnya online dan mobile berkembang seiring dengan munculnya generasi digital yang lebih akrab dengan internet dan handphone. Media online jauh lebih murah karena tidak tergantung logistic (kertas) percetakan, distribusi yang membutuhkan tenaga kerja sangat banyak.
Kekuatan Televisi Pendengar televisi di Amerika sebesar 70% dan sebanyak 40 % warga Amerika berusia dibawah 30 tahun menggunakan reverensi internet (media online) untuk mendapatkan berita nasional dan internasional. Kekuatan televisi memang masih lebih tinggi dari pada internet, namun setidaknya naiknya audience media online di Amerika sebesar 24 % dari tahun 2007 menjadi 40% di tahun 2009 menjadi pendorong pergeseran audience media cetak ke elektronik.
MC Menjadi Lamban Keberadaan media online membuat media cetak terlihat lamban. Periodisasi koran 24 jam tidak pas lagi dengan dinamika zaman dan dirasa kurang interaktif. "Selain itu, terkendala geografi dan distribusi, rawan terkena fluktuasi harga kertas, terbatas dalam pengembangan komunitas, terbatas pada teks dan still image" (Ninok Leksono/wartawan senior Kompas)
Kelemahan Media Online Jurnalisme online punya tantangan sendiri. Kecepatan yang menjadi keunggulannya, dapat cenderung mengorbankan akurasi berita. Copy paste dan isu plagiarisme mudah dilakukan sehingga mengabaikan hak milik intelektual. Selain itu dapat mendorong jurnalis menjadi malas
Fenomena Indonesia Tanda-tanda pergeseran dari penggunaan media cetak menjadi online di Indonesia sudah mulai terlihat jelas. Media online di Indonesia masih didominasi oleh media online yang diinduk dari media tradisional seperti kompas.com, suaramerdeka.com, liputan6.com atau thejakartapost.com. Media online yang berdiri tanpa bantuan media tradisional masih terbatas pada media online penyedia berita stright news seperti detik.com dan kini sudah disusul oleh okezone.com.
PC dan HP Media online saat ini sudah mulai mengembangkan sayap di Indonesia. Jika belum menonjol penggunaan internet via laptop atau PC, masyarakat indonesia kini sudah dimasuki oleh teknologi internet via handphone. HP sendiri sekarang sudah memiliki fitur yang memungkinkan pemiliknya mengakeses internet dengan cepat dan murah.
Sampai Kapan Kompas Bertahan? Hampir semua media cetak besar, sebagian media menengah, di Indonesia sudah memiliki website. Kompas tahun 2008 sudah membangun website dengan dana milyaran. Apakah ini dalam rangka mengembangkaan saya bisnis media ataukah media sebesar Kompas juga mulai siap-siap beralih kemedia online. Artinya, kapan Kompas tidak lagi menerbitkan versi cetak?
Konvergensi Media konvergensi atau penyatuan antara media cetak, online, televisi, dan radio Tanpa konvergensi, dalam 5 tahun hingga 10 tahun ke depan, media cetak di Indonesia akan sulit untuk bersaing dan bertahan hidup. Konvergensi media yang mengarah pada tren digitalisasi media akan menciptakan kesenjangan dalam penyebaran informasi kepada warga masyarakat yang tidak memiliki daya beli dan akses terhadap informasi.