ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APPENDISITIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
DASAR DIETETIK untuk pasieN
Advertisements

POST TEST KELAS D.
Nama Pasien : Ny. U Umur : 20 th Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
KELOMPOK 33 : SYANTO REZKY DUWILA
KESEHATAN TENTANG DIARE.
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
ASKEP PADA KLIEN POST PARTUM.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “ Ny M “ DENGAN POST PARTUM HARI I DI RUANG PERAWATAN NIFAS RSUD KABUPATEN WAJO TANGGAL 25 S/D 27 JULI 2011   Karya.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORHAGIK FEVER
OLEH: Ns. Titik Anggraeni, S.Kp.,M.Kes.
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
Askep Lansia dengan Gangguan sistem pencernaan
Askep Pd Keluarga Yg Menanti kelahiran Oleh kelompok 5 PUTRI DRISSIANTI KHAIRUL AFRIZAL REZA IBRAHIM.
ASKEP GASTRITIS IRMA NUR AMALIA, m.kEP.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DGN APPENDIKSITIS
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS
Nyeri Abdomen KASUS.
TYPOID PADA ANAK.
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN GASTROINTESTINAL
Irma Nur Amalia, S.kep.,Ners., M.Kep
ASUHAN KEBIDANAN KALA I
SUCI FITRIA III B.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
Radiologi Abdomen.
PERTEMUAN KE-4 “PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA”
Asuhan Keperawatan pada Pasien Konstipasi
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Prinsip perawatan pasien medik
ASKEP PADA KLIEN POST PARTUM.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARDIUM
PRISKILA APRILIA HAMBER
Yophi Nugraha S.Kep.,Ners.,M.Kes
PENDAHULUAN. Penyakit dan Kelainan Gastrointestinal di Bagian Bedah FK UNTAN 24 Februari 2016 dr.HS Budiman, SpB.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
5.
TYPOID PADA ANAK.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
NAMA : SYUKRIA ANGELA RESHA TINGKAT : II B NIM :
ASKEP EFUSI PLEURA KELOMPOK 7. ANALISA DATA NO.DATAMASALAH 1. DS : Klien mengatakan sesak DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping.
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SKOLIOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ASUHAN PERSALINAN KALA I By. Sulistiyah, s.siT.,m.kES
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
ANATOMI FISIOLOGI KANKER PAYUDARA DISUSUN OLEH : ANGGI LESTARI
ASUHAN KEBIDANAN KALA I
ASKEP COLITIS ULSERATIF
LANSIA DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS
Asuhan keperawatan angina pectoris
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
FAJAR Lasamadi  Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Rumah Sakit Daerah Luwuk, 3 tahun terakahir dari tahun jumlah penderita.
TRAUMA ABDOMEN.
Keperawatan Perioperatif
PKMRS RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORHAGIK FEVER Ns.Sunardi,M.Kep.,Sp.KMB 1/25/20191DHF_Sunardi.
APENDISITIS AKUT Muhammad Satrio Primaeso – PEMBIMBING : dr. Muhammad Romdhoni, Sp.B.
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri Ahmad Zaini Arif. S.Kep., Ns.
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS RADANG GENETALIA INTERNAL SALPINGITIS
ASKEP PADA IBU NIFAS DENGAN SECTIO CAESARIA Rachmawati Rahim 1.
Ns. Yanti Rostianti, S.Kep, M.SI
DEFINISI  Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan.  Kematian karena syok terjadi bila kejadian ini.
Transcript presentasi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APPENDISITIS

DEFINISI Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007 Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007 Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Anonim, Apendisitis, 2007). Appendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

ETIOLOGI Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : 1. Hiperplasia dari folikel limfoid 2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks 3. Tumor appendiks 4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis 5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica

KLASIFIKASI Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

PATOFISIOLOGI

TANDA DAN GEJALA A. Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. B, Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi. C.Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.

PENATALAKSANAAN Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah. a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan dipuasakan b. Tindakan operatif ; appendiktomi c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. Identitas PasienIdentitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. 1. Riwayat Keperawatan A. Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan B. Riwayat Kesehatan masa lalu 2. Pemeriksaan Fisik A. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. B. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali. C. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. D. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. E. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening. 3, Pemeriksaan Penunjang A. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi. B. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pre operasi 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi. 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. b. Post operasi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri   3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi. 4. :Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral

TujuanNyeri berkurang / hilang dengan Intervensi   Diagnosa Keperawatan 1. :Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi TujuanNyeri berkurang / hilang dengan Kriteria Hasil :Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. Dorong ambulasi dini. Berikan aktivitas hiburan. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. Rasional Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ. meningkatkan relaksasi. Menghilangkan nyeri. terhadap infeksi dan perkembangan luka. untuk Pemula. Bina Aksara Daftar Pustaka Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal

Diagnosa Keperawatan 2. :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri   TujuanToleransi aktivitas Kriteria Hasil : Klien dapat bergerak tanpa pembatasan Tidak berhati-hati dalam bergerak. Intervensi catat respon emosi terhadap mobilitas. Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan. Rasional Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan. Memperbaiki mekanika tubuh. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

Diagnosa Keperawatan 3. :Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi   TujuanInfeksi tidak terjadi Kriteria Hasil :Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan Intervensi Ukur tanda-tanda vital Observasi tanda-tanda infeksi Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik Observasi luka insisi Rasional Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

Diagnosa Keperawatan 4. :Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral   TujuanKekurangan volume cairan tidak terjadi Intervensi Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena Rasional Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti. Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

DAFTAR PUSTAKA Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta. Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah