PERSPEKTIF TEOLOGIS KATOLIK DALAM PERAN SOSIAL KEMASYARAKATANNYA Disampaikan Pada Kegiatan Temu Orang Muda Lintas Agama Aula Atas Katedral, Minggu 20 Juni 2010

(Dokumen Gaudium et Spes Art. 1, Konsili Vatikan II) “Kegembiraan dan Harapan, Duka dan Kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (Dokumen Gaudium et Spes Art. 1, Konsili Vatikan II)

Ini mau mengatakan: Harapan dan Kegelisahan Perubahan Situasi yang mendalam Perubahan-perubahan dalam tata Masyarakat Perubahan psikologis, moral dan keagamaan Berbagai Ketidakseimbangan Aspirasi umat manusia yang makin universal Pertanyaan-pertanyaan Mendalam Umat Manusia

1. Jawaban real dari kesediaan Gereja ikut mengambil peran dalam mengatasi situasi dunia pada saat ini, di samping soal-soal sosial yang lain, saya mengajak kita semua, teman-teman muda lintas agama untuk menyoroti dua persoalan ini. Pertama, Kemiskinan, dan yang Kedua, Krisis Lingkungan Hidup. 2. Hal yang menjadi sorotan pertama-tama terkait kemiskinan adalah terancamanya keluhuran martabat manusia, sebagai gambar dan citra Allah. 3. Gereja dalam Ajaran Sosialnya menyebut kemiskinan sebagai salah satu situasi atau istilah kondisi yang tak layak manusiawi. Itu berarti kurangnya kebutuhan-kebutuhan dasar untuk menopang hidup; makanan, air bersih, kebutuhan akan rumah, tidak adanya akses terhadap kesehatan, pendidikkan, dsb.

3. Nah, bagaimana kondisi yang tidak layak manusiawi ini kemudian menjadi layak? Inilah yang menjadi tugas kita. 4. Gereja menekankan, suatu sikap hormat terhadap manusia, sehingga setiap orang wajib memandang sesamanya, tak seorang pun terkecualikan sebagai “dirinya yang lain”, terutama mengindahkan perihidup mereka beserta uapaya-upaya yang mereka butuhkan untuk hidup secara layak, supaya jangan meniru orang kaya, yang sama sekali tidak mempedulikan Lazarus si miskin itu (GS Art. 27, Konsili Vat. II) 5. Membangun Solidaritas Sesama Manusia. Bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk hidup sendiri-sendiri, melainkan untuk membentuk persatuan sosial. Begitu pula ia bermaksud mengudusakan dan menyelamatkan manusia, sebagai satu kesatuan umat manusia. (GS Art. 32) 3

5. Selain membangun Solidaritas Sosial (Karya Cinta Kasih), usaha melawan kemiskinan juga bisa melalui karya kemandirian sosial ekonomi (Wirausaha). 6. Biar menjadi nyata juga perintah Injil, yaitu apa pun yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, itu kamu lakukan untuk aku. 7. St. Ambrosius: apa yang kamu miliki, tidak kamu hadiahkan kepada orang miskin, tetapi kamu mengembalikan miliknya kepadanya.

Kesimpulan 1. Gereja Katolik adalah komunitas beriman yang percaya kepada Kristus yang berada di tengah-tengah Dunia. Karya Keselamatan yang ditawarkan dan di usahakan Allah itu adalah keselamatan yang sudah harus diusahakan sejak di dunia ini, dan karena itu diusahakan, dalam karya keadilan, melawan kemiskinan, penyelamatan lingkungan hidup, dsb. 2. Agama, sudah saatnya keluar dari ‘tidur dogmatis’, yang tidak lagi menyentuh persoalan ritual ibadat semata, tetapi mengambil peran bagi kehidupan sosial kemasyarakatannya. Agama bertranformasi, dari yang bersifat spiritual semata, menjadi sosial. Dari modal spiritual menjadi modal sosial. Selain itu, peran sosial kemasyarakatan agama-agama, kemudian mengantar pada suau dialog antar agama yang nyata. Bukan lagi pada tataran teoritis semata, tetapi dialog itu menjadi nyata dalam kerja bersama melawan masalah-masalah sosial, apa pun itu. Berharap dari pertemuan kita pada hari ini dapat memunculkan aksi nyata konkret bagi perubahan di tengah masyarkat.