EKSTERNALITAS INDUSTRI TEKSTIL By : YUSNIA RISANTI 130231100082
EKSTERNALITAS YANG DISEBABKAN OLEH INDUSTRI TEKSTIL Kegiatan sektor industri bisa dipastikan menimbulkan dampak terhadap lingkungan atau eksternalitas. Eksternalitas dapat bersifat positif maupun negatif. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Perkembangan sektor industri memiliki peran penting dalam memberikan dampak positif terhadap perekonomian seperti memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, meningkatkan devisa negara dari ekspor, dan sebagai penyumbang yang cukup besar terhadap pendapatan nasional. Di sisi lain pertumbuhan sektor industri juga membawa efek negatif terhadap lingkungan yaitu semakin meningkatnya jumlah limbah industri yang berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
EKSTERNALITAS YANG DISEBABKAN OLEH INDUSTRI TEKSTIL Industri tekstil dapat menimbulkan eksternalitas positif dan eksternalitas negatif bagi lingkungan. Eksternalitas positif dari limbah industri tekstil bagi lingkungan, apabila dilakukan pemanfaatan kembali dari sisa buangan atau limbah oleh pihak lain misal limbah padat yang dihasilkan oleh industri tekstil berupa lumpur (sludge) dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik, bahan campuran pembuatan conblok, dan batako. Eksternalitas negatif dari limbah industri tekstil bagi lingkungan : 1. Biasanya limbah akan dibuang kesungai. 2. Sungai menjadi tercemar, airnya menjadi bau dan kotor. 3.Jika warga ada yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, akan terjangkitnya penyakit seperti gatal-gatal pada kulit dan sebagainya.
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus kromofor dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan. Meningkatnya kekeruhan air karena adanya polusi zat warna, nantinya akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah yang serius. Limbah cair industri tekstil dapat diamati dengan mudah, karena limbah cairnya memiliki warna yang pekat. Warna ini berasal dari sisa-sisa zat warna yang merupakan suatu senyawa kompleks aromatik yang biasanya sukar untuk diuraikan oleh mikroba. Beberapa penelitian mengenai perombakan zat warna dari limbah cair industri tekstil secara anerobik dilaporkan telah berhasil mengurangi warna, khususnya zat warna azo ini umumnya resistan untuk dioksidasi oleh mikoorganisme aerobik.
Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil Dalam mengolah air limbah tekstil, dilakukan 3 proses, yaitu: 1. Proses Pre-Treatment : Proses ini bertujuan mengkondisikan karakteristik air limbah yang akan diolah, mulai dari : penyaringan partikel kasar, penghilangan warna (decolouring), equalisasi (penyeimbangan debit), penyaringan halus, dan penyesuaian suhu. a) Penyaringan partikel kasar Tujuan dari tahap penyaringan partikel kasar ini adalah menahan sisa benang dan kain yang memungkinkan ada dalam aliran air limbah. Saringan kasar ini berdiameter 20-50 mm. Air limbah yang tidak berwarna bisa lanjut ke tanki berikutnya, sementara air limbah yang berwarna spesifik harus melalui proses decolouring terlebih dahulu b) Penghilangan warna (decolouring), Fitriani(2012) mengatakan bahwa “Air limbah yang berwarna akan mengalami koagulasi dengan koagulan khusus (biasanya FeSO4 – Ferro sulphate, konsentrasi = 600-700 ppm) untuk mengikat warna, lalu air limbah mengalami penyesuaian pH dengan penambahan kapur (lime, konsentrasi = 150-300 ppm) akibat pencampuran koagulan Ferro Sulphate sebelumnya. Dan kemudian air limbah masuk ke tangki flokulasi dengan penambahan polymer (konsentrasi = 0,5-0,2 ppm) sehingga terbentuk flok-flok yang dapat mengendap dalam tangki sedimentasi.” c) Penyesuaian suhu Penyesuaian suhu air limbah dari pencelupan/pencapan mutlak dilakukan dalam Cooling Tower. Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya bersuhu 350-400oC, sehingga Cooling Tower dibutuhkan untuk menurunkan suhu agar kerja bakteri (proses biologis) dapat optimal.
Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil 2. Proses Primer : Dalam proses ini dilakukan main treatment (pengolahan utama), bisa secara biologis dan diikuti proses pengendapan (sedimentasi). a). Proses Biologis Apabila digunakan proses biologis sebagai proses primer pengolahannya, beberapa proses yang terbukti efektif antara lain : lumpur aktif, laguna aerob, dan parit oksidasi. b) Proses Sedimentasi Merupakan proses pengendapan partikel dalam air.
Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil 3. Proses Sekunder : Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi dalam rangka mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.