NAMA KELOMPOK : ANGGA NOFRIADY MUHAMMAD BAIHAQI XII IPA 1
A. SIMBOL 1. Simbol visual adalah simbol yang nampak dalam penglihatan penonton, meliputi seluruh wujud bentuk dan warna termasuk tubuh para pemain. Simbol visual berupa benda-benda, bentuk-bentuk, warna- warna dari barang- barang perkakas pendukung pementasan serta perilaku para ekting para pemain. 2. Sombol verbal adalah simbol yang diungkapkan dengan kata-kata, baik oleh para pemain, narator, maupun dalang. Simbol verbal berupa kata-kata yang diucapkan dalam dialog dan monolog para pemain. Kata-kata itu berasal dari teks naskah yang diciptakan pengarang. 3. Simbol auditif adalah simbol yang ditimbulkan dari bunyi- bunyi yang didengar oleh penonton. Bunyi-bunyi itu dapat dibuat oleh para pemain untuk menghasilkan kesan tertentu, atau bunyi yang dihasilkan dan dibuat sengaja sebagai tataan musik ilustrasi, karena musik pada dasarnya adalah simbol. FUNGSI NILAI ESTETIS SIMBOL TOKOH JENIS
B.FUNGSI PERGELARAN TEATER . 1. Teater sebagai Sarana Upacara Teater yang berfungsi untuk kepentingan upacara tidak membutuhkan penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri. Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah teater tradisional. 2. Teater sebagai Media Ekspresi Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan
3. Teater sebagai Media Hiburan Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus dengan persiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya penonton akan terhibur dengan pertunjukan yang digelar. 4. Teater sebagai Media Pendidikan Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.
C. JENIS PERGELARAN TEATER 1. Teater Boneka Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah yang bersifat religius (keagamaan ). 2. Drama Musikal Drama musikal merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni tari, musik, dan seni peran. Drama musikal lebih mengedepankan tiga unsur tersebut dibandingkan dialog para pemainnya. Kualitas pemainnya tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter melalui untaian kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui keharmonisan lagu dan gerak tari.
3. Teater Dramatik Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasarkan pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan. Situasi cerita dan latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Fokus pertujukan teater dramatik ialah menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan 4. Teatrikalisasi Puisi Teatrikalisasi puisi merupakan pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan, dalam teatrikal puisi dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas
D. NILAI ESTETIS Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang dibangun oleh struktur emosi. Suasana itu dapat sedih, gembira, tragis, menyayat hati, tegang, mencekam, dan sebagainya. Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan setelah menonton pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut banyak memberikan nilai-nilai informasi tentang kehidupan sosial, spiritual, moral, dan sebagainya. Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas dengan segala perkakasnya yang speaktakuler hasil tangan- tangan kreatif para pekerja teater. Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari para pemain dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas, serta irama yang dinamis.
E. TOKOH orang yang memainkan cerita sesuai dengan karakter dan watak yang telah ditentukan oleh cerita. Peran yang diemban oleh seorang pemain adalah bentuk perwujudan atau esensi sebuah teater dalam mengomunikasikan cerita kepada khalayak ramai (penonton). Dalam berteater, pemilihan tokoh yang sesuai sangatlah penting. Tokoh yang dipakai harus sesuai dengan karakter serta watak yang telah ditentukan dalam cerita. Tokoh dalam cerita dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis.
A. JENIS drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu: 1.Tragedi : drama yang penuh dengan kesedihan 2.Komedi : drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan. 3.Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi. 4.Opera : drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. 5.Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik. 6.Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. 7.Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan. 8.Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari. JENIS FUNGSI SIMBOL NILAI ESTETIS TOKOH
B. FUNGSI 1. Fungsi seni drama pada khususnya adalah berguna serta bermanfaat dan menyenangkan (dulce et utile). Jadi, di samping berfungsi sebagai hiburan (menyenangkan), seni drama juga bermanfaat (berguna). Artinya, dapat memberi sesuatu pada penikmatnya. Sesuatu itu dapat berupa pengetahuan, penerangan dan lain-lain. 2. Di dalam dunia pendidikan dan pengajaran, seni drama dapat dipergunakan sebagai metode interaksi edukatif secara kelompok. Metode pengajaran demikian dapat disebut ‘sosiodrama’ pemain peran. Dapat disimpulkan bahwa fungsi drama sebagai berikut: a. Sebagai sarana hiburan b. Sebagai sarana pendidikan c. Sebagai sarana kommunikasi d. Sebagai media interaksi edukatif secara kelompok NASKAH DRAMA
C. SIMBOL Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang simbolis. Ada sesuatu yang disembunyikan penulis naskah. Segala sesuatu dikatakan tidak secara terus terang, karena bagaimanapun naskah drama sebagai karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi. Tanda- tanda kehidupan, simbol-simbol norma, tanda-tanda kebahasaan, simbol simbol kejahatan, dsb dirangkai oleh penulis naskah yang nantinya dibawakan oleh aktor di atas panggung untuk disampaikan kepada penonton. Simbol-simbol dari penulis naskah yang nantinya dibawakan oleh aktor tersebut melalui interpreatsi sutradara berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk..
Menciptakan Naskah Berbobot Naskah drama dapat dikatagorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis dengan dilandasi proses penciptaan seperti tersebut di atas antara lain: 1. menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif: merasakan, mengahayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran kehidupan dengan proses `melihat, mendalami, dan mewujudkan 2. memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense atau ketegangan sehingga memikat untuk dibaca maupun dipentaskan. 3. menghadirkan tokoh/ pelaku sebagi penentu gerak alur cerita 4. memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan. 5. menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi 6. menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan
D. NILAI ESTETIS Ciri khas drama adalah naskah tersebut berupa dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh. Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-action dari plot yang ada. Dialog harus bersifat estetis, artinya harus memiliki keindahan bahasa, bersifat filosofi dan mampu mempengaruhi keindahan. Dari kedua teori dapat ditarik kesimpulan bahwa dialog merupakan inti dari sebuah naskah drama. Dialog bukan hanya sebuah percakapan antar tokoh saja, namun dialog merupakan pencerminan tentang pikiran dan perasaan para tokoh yang berperan dalam sebuah cerita drama.
E. TOKOH Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh atau pelaku akan menjadi penentu gerak alur cerita. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang, dan tokoh tritagonis atau tokoh pembantu, baik terhadap tokoh protagonis maupun pada tokoh antagonis. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdapat tokoh sentral (tokoh yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh pendukung dan atau penentang tokoh sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap dan atau tambahan dalam alur cerita)