DHINA SETYAWATI LUSI FEBRIARTI PUSPITA SARI NUR AFIATI ANGGRAENI HANIF MARSUDI ANNISA AFIANINGRUM
Teknik brainstorming pertama kali dicetuskan oleh Alex Osborn pada tahun 1953 dalam bukunya Applied Imagination. Penggalian ide dengan teknik ini bermula dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide spontan yang muncul dari banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang diri. Brainstorming mengacu pada penggalian ide berdasarkan kreativitas berpikir manusia. Peserta diskusi bebas menyampaikan pendapat tanpa rasa takut terhadap kritik dan penilaian sebab selama tahap pengumpulan ide semua gagasan akan ditampung tanpa memberi label ide baik atau ide buruk. Proses diskusi dan evaluasi baru dimulai ketika semua ide telah tergali habis dan tidak ada lagi gagasan menarik yang ingin disampaikan oleh anggota kelompok.
PENGERTIAN Menurut Sudjana (2010:74) menyatakan bahwa “brainstorming (curah pendapat) adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan dan pendapat dalam rangka menemukan, memilih, dan menentukan berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan, dan lain sebagainya.” Menurut Sudjana (2001:86) “curah pendapat adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.”
LANJUTAN.... Teknik pembelajaran brainstorming (curah pendapat) adalah teknik pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Teknik ini merancang prosedur pembelajaran aktif untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi. Istarani (2011:29) : “Menerapkan model brainstorming dalam mengajar mempunyai empat tahap pokok, yaitu : (1) guru menjelaskan persoalan yang dihadapi dan menjelaskan kepada siswa bagaimana cara berpatisipasi, (2) merumuskan kembali persoalan dengan jelas sehingga siswa dapat mengerti, (3) mengembangkan persoalan yang telah dirumuskan kembali dengan melemparkan ide-ide, (4) mengevaluasi ide yang dikemukakan oleh siswa dan memilih ide yang paling baik.”
KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING
IDE TANPA BATAS Dalam mengumpulkan ide-ide dari kelompok, semua pendapat diterima. Tak ada yang boleh mengkritik, menyanggah atau melewatkan satu ide pun. Segila apapun ide itu, entah logis atau tidak logis, semua diterima. Jangan biarkan satu orangpun ragu untuk mengungkapkan setiap ide yang terlintas di kepala mereka. Siapa tahu solusi jitu yang dicari berawal dari sebuah ide yang dianggap aneh atau tak masuk akal.
BATASI WAKTU Waktu yang terbatas akan membuat pikiran bekerja lebih keras. Batasi proses brainstorming dengan singkat, sekitar 10 sampai 20 menit. Pastikan brainstorming dimulai dan diakhiri tepat waktu. Singkatnya waktu juga penting untuk mengurangi candaan yang tidak perlu, meskipun tidak dilarang. Karena ide cemerlang kadang keluar saat kita mencari ide yang konyol untuk bercanda.
CATAT Yang tak boleh tertinggal dalam brainstorming adalah satu orang yang cukup cekatan untuk mencatat semuanya. Semua usulan yang masuk wajib dicatat. Lebih baik jika catatan dibuat dengan model “mind maping” sehingga pada akhirnya mudah di riview dan diambil kesimpulan. Jangan ragu untuk mencatat dengan alat yang paling kamu anggap efektif. Misalnya white board, lembaran kertas kecil, notebook, atau bahkan merekamnya.
UTAMAKAN KUANTITAS, BUKAN KUALITAS Tujuan utama brainstorming adalah mencari ide sebanyak mungkin. Jangan berhenti sejenak untuk melihat dan menilai ide-ide yang telah terkumpul. Prinsipnya, semakin banyak ide yang masuk, semakin besar kemungkinan salah satu dari ide-ide itu adalah solusi yang paling cemerlang.
GUNAKAN KEDUA BELAH OTAK Orang yang sedang berpikir serius biasanya hanya menggunaka otak kiri. Di sisi lain, ide kreatif memerlukan otak kanan. Itulah pentingnya tak ada larangan untuk bercanda, asal porsinya tak terlalu banyak. Cara mencatat ide yang terkumpul dengan pena berwarna dan format menarik juga merangsang kerja otak kanan kita.
HAVE FUN Sangat penting membuat suasana saat brainstorming tetap menyenangkan. Makanya seorang pemimpin diskusi harus mampu mengawali diskusi dengan sesuatu yang membuat suasana menyenangkan.
JANGAN TERLEWATKAN Seaneh apapun ide itu, sekalipun seperti tak ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, jika memang terlintas di pikiran jangan sampai tidak disampaikan. Keragu-raguan untuk mengungkapkan ide yang terlintas akan beresiko membuat ide bagus terlewatkan.
KONTEKS Menurut Utami Munandar (1985:104) beberapa aturan yang harus diperhatikan pada metode Brainstorming adalah: a. Kebebasan dalam memberikan gagasan b. Penekanan pada kuantitas c. Kritik ditangguhkan d. Kombinasi dan peningkatan gagasan e. Mengulang gagasan
LANGKAH Brainstorming acapkali diterapkan dalam format diskusi kelompok yang terdiri dari fasilitator (moderator), recorder (notulen), dan peserta diskusi. Fasilitator bertugas untuk mengatur aliran ide-ide dari peserta serta memandu jalannya diskusi itu secara menyeluruh. Sementara itu, recorder akan mencatat semua ide- ide kreatif yang muncul pada saat sesi brainstorming. Idealnya, jumlah peserta diskusi berkisar antara orang. Apabila peserta diskusi terlalu banyak dikuatirkan akan memakan waktu yang cukup panjang untuk menggali ide-ide dari semua peserta.
LANJUTAN... Menurut Dra.Roestiyah, (2008:73-75) penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan 2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut 3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut 5. Menarik kesimpulan
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Metode Brainstorming memiliki banyak kelebihan. Beberapa ahli seperti Sudjana (2001:88) mengungkapkan kelebihan dari metode brainstorming sebagai berikut: a. Merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan gagasan, b. Menghasilkan jawaban atau atau pendapat melalui reaksi berantai, c. Penggunaan waktu dapat dikontrol dan metode ini dapat digunakan dalam kelompok besar atau kecil, d. Tidak memerlukan banyak alat atau tenaga professional.
LANJUTAN... Menurut Subana yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:13) mengungkapkan banyak sekali kelebihan dari metode Brainstorming. Diantaranya sebagai berikut: a. Mendorong siswa untuk aktif berfikir cepat dan tersusun logis, b. Mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya dan merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru, c. Terjadi persaingan yang sehat, d. Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.
KELEMAHAN Selain memiliki banyak kelebihan, metode Brainstorming juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan- kelemahan metode Brainstorming yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2001:88) adalah sebagai berikut: a. Peserta didik yang kurang perhatian dan kurang berani mengemukakan pendapat akan merasa terpaksa untuk menyampaikan buah pikirannya. b. Jawaban mudah cenderung mudah terlepas dari pendapat yang berantai. c. Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima, d. Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang disampaikan, e. Anak yang kurang selalu ketinggalan, f. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.
LANJUTAN... Sedangkan menurut (Roestiyah, 2001:74-75) kekurangan metode Brainstorming adalah sebagai berikut: a. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik, b. Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan, c. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan, d. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah, e. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
KOMPONEN BRAINSTROMING
KESIMPULAN Brainstorming merupakan suatu alat kreatif untuk memecahkan masalah, menurut arti harfiahnya menuntut penggunaan otak (brain) untuk melakukan penghancur leburan (to storm) suatu problem. Pada pelaksanaannya brainstorming tak lain adalah pencatatan semua ide yang dilontarkan atau digagas oleh sekelompok orang terhadap suatu pertanyaan atau masalah yang disodorkan kehadapan mereka. Brainstorming dilakukan dengan terpimpin dimana seorang pemimpin yang juga berfungsi sebagai pengarah menjaga agar supaya respon-respon dari peserta tidak keluar dari permasalahan yang telah disodorkan kehadapan mereka sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para peserta diberi kebebasan untuk berfikir kreatif. Hal ini dilakukan oleh pemandu dengan cara tidak membolehkan adanya pembahasan atau tanggapan terhadap suatu ide sebelum semua ide dianggap telah dikumpulkan. Dengan demikian semua ide dianggap sah-sah saja untuk dilontarkan, bahkan ide-ide yang sangat eksentrik sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA Allman Barbara dan Freeman S. (2010). Menjadi Guru Kreatif. Jogjakarta: Golden Book. B. Uno Hamzah (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Dananjaya, Utomo. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa. Djamarah, S.B dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fathurrohman. P dan Sobry, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. Madjid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia. Nurdin, Syafrudin. (2004). Model Pembelajaran Dengan Memperhatikan Keberagaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Roestiyah N.K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soebani, B. A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia. Sudjana, N. (1998). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suprijanto. (2009). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Supriyadi. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Surjadi, A. (1989). Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana.