Oleh : Azir Alfanan, S.KM., M.Sc

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
Advertisements

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SOP 03 : PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PENUGASAN
PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
SISTEM MANAJEMEN K3 LANJUTAN P.P. NO.50 TH.2012 ( PASAL.9 ) MATERI 3
Audit Sumber Daya Manusia
Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja
TAHAPAN PENYUSUNAN ISO 9001 : 2000.
INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S..
MANAJEMEN KEADAAN DARURAT Emergency Management System
AUDIT SISTEM KEPASTIAN MUTU
Definisi Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana para karyawan terlindungi dari cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang berhubungan.
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
Pengelolaan Komunikasi dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengelolaan Sumber Daya Manusia pada Manajemen K3 Pertemuan V
SISTEM MUTU LABORATORIUM SESUAI ISO/IEC : 2005.
Tahun : <<2008>>
Tahun : <<2008>>
SISTEM MANAJEMEN OHSAS 18001:2007
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PROSEDUR KERJA STANDAR (PKS)
Interpretasi Klausul 4 ISO Sistem Manajemen Mutu
Klausul 8, SMM ISO 9001:2008 PENGUKURAN, ANALISIS DAN PENINGKATAN
BAB IV PERENCANAAN.
Harita Nickel Division
Elemen Sistem Manajemen Bencana
DOKUMEN MUTU ISO 9001:2008.
Manajemen Risiko Pertemuan XI
Daftar Kerugian Potensial
Audit Internal K3 By : Wahyuni, S.Psi, M.Kes.
Sistem Manajemen Mutu.
Implementasi Kerangka Kerja COBIT
Matakuliah : V0152 / Hygiene, Keamanan & Keselamatan
PENYUSUNAN RENCANA HACCP
INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S..
MANAJEMEN RISIKO PROYEK
MANAGEMEN RESIKO Oleh : PANITIA MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN.
Integrating Safety, Environmental and Quality Risks for Project Management Using a FMEA Method (Mengintegrasikan Keselamatan, dan Kualitas Lingkungan untuk.
Audit Lingkungan Ardaniah Abbas.
PERENCANAAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri
PENYUSUNAN Rencana On The Job Learning (ACTION PLAN)
Pengendalian Risiko Amalia Ilmiani.
FAKULTAS SAINS & TEKNIK JURUSAN MESIN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
SISTEM MANAJEMEN K3 KONSTRUKSI (SMK3 KONSTRUKSI) Disampaikan oleh
Tujuh Standar Keselamatan Pasien
SMK3 : Pengelolaan SDM dan Kepemimpinan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO (IBBR) =
PRINSIP2 DASAR HI REKOGNISI DALAM HIGIENE INDUSTRI
PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Anggota Kelompok: Muhammad Affina Hisyam Ovi Rofita Riski Nur Apriana
HAZARD MANAGEMENT Keselamatan Kerja.
Pengetahuan & Informasi Terkait Pengaruh Komitmen Manajemen K3.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM RANGKA IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH di lingkungan pemprov. Jawa barat Disampaikan oleh : JEJEN.
Devinisi Audit Internal
√ S K 3 Mekanisme dan Teknis Audit
Pemahaman Struktur pengendalian intern
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Abdul latieff HSE Officer. Definisi Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia.
PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU. Kalikan angka bulan lahir anda dengan 4.
Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007
Manajemen K3 dr. Elfizon Amir, SpPD, Finasim. Manajemen risiko pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko,  tujuan.
PERBEDAAN PERSYARATAN
Komitmen dan Kebijakan dalam Membangun Manajemen K3
DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Pokok Bahasan Pengertian audit Pengertian audit Jenis audit Jenis audit Pengertian audit internal Pengertian audit internal Manfaat audit internal.
Higiene Industri.
SOSIALISASI PENERAPAN SOP (STANDAR OPERATION PROCEDURE) WHAT SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam.
Obyektif Setelah mengikuti pembekalan materi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), audience diharapkan mampu: Berperilaku aman di tempat kerja. Bersikap.
PRINSIP DAN KONSEP PASIEN SAFETY Kelompok 1 :  Lia Siti Sonali  Lilis Setiawati  Neri Purwani  Rustayim  Yati Kusmiati.
Transcript presentasi:

Oleh : Azir Alfanan, S.KM., M.Sc Perencanaan SMK3 Oleh : Azir Alfanan, S.KM., M.Sc

3 Elemen Perencanaan MANAJEMEN RISIKO : Hazard identification, Risk assesment, dan Risk control  HIRARC Persyaratan hukum dan lainnya Objektif dan program K3

(people environment materials equipment) Manajemen Risiko Kerugian/Loss PEME (people environment materials equipment) Hazard Incident Safety Management Risk

Hubungan Manajemen Risiko dan MK3

Proses Manajemen Risiko Komunikasi dan Konsultasi Menentukan Konteks Pemantauan dan Tinjau Ulang Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Analisa Risiko Evaluasi Risiko Pengendalian Risiko

Menentukan Konteks Misal : Risiko kesehatan kerja Kebakaran Higiene dll. Dari konteks tsb. Masih dapat dikembangkan: Untuk RS Industri kimia, konstruksi dll.

Identifikasi bahaya Merupakan upaya sistematis untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya kita dapat lebih berhati-hati dan dapat melakukan langkah pengamanan

Identifikasi bahaya Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus mempertimbangkan: Aktivitas rutin dan non rutin Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja Perilaku mausia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya Identifikasi semua bahaya dari luar tempat kerja

Identifikasi bahaya Bahaya yang ditimbulkan disekitar tempat kerja dari aktivitas organisasi Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi Setiap persyaratan legal Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur operasi

Teknik Identifikasi Bahaya Teknik/metode pasif Teknik/metode semi proaktif Teknik/metode proaktif

Teknik Identifikasi Bahaya Teknik/metode pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah ketika kita mengalaminya sendiri secara langsung Cara ini bersifat primitif Metode ini sangat rawan

Teknik Identifikasi Bahaya Teknik semi proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari orang lain, kita tidak perlu mengalaminya sendiri Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalami sendiri Masih kurang efektif

Teknik Identifikasi Bahaya Metode proaktif Metode paling baik Bersifat preventif Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) Meningkatkan awareness semua pekerja Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan

Teknik Identifikasi Bahaya Teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif: Data kejadian Daftar periksa Brainstorming What if analisis Hazops (Hazards and Operability Study) Analisa moda kegagalan dan efek Task Analysis Event tree analysis Analisa pohon kegagalan Analisa keselamatan pekerjaan

Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya Yang harus dipertimbangkan : Sistematis dan terstruktur Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum dikenal sebelumnya Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan

Teknik Identifikasi Bahaya Data kejadian : Bersifat semi proaktif karena berdasarkan sesuatu yang telah terjadi. Daftar periksa : Identifikasi bahaya dengan membuat checklist Brainstorming : diskusi K3 What if : Contoh What if... Jika pompa tiba-tiba mati

Teknik Identifikasi Bahaya Hazops Merupakan teknik identifikasi yang sangat komprehensif dan terstruktur. Digunakan untuk mengidentifikasi proses/unit operasi baik pada tahap rancang bangun, konstruksi, operasi maupun modifikasi Kata bantu yang digunakan : More, No, Low, Less, High Contoh : Kata bantu dikombinasikan dengan kata aliran (Flow) akan menjadi more flow, no flow, less flow

Teknik Identifikasi Bahaya Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) : digunakan pada peralatan/sistem, teknik ini mengidentifikasi apa saja kemungkinan kegagalan yang dapat terjadi serta dampak yang mungkin ditimbulkan Task Analysis : digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan/tugas. Ex: Aktifitas tukang las, operator alat berat dll.

Teknik Identifikasi Bahaya Task Analysis dapat dilakukan dengan beberapa teknik : Aspek manusia : dapat dilakukan dengan teknik Job Safety Analysis (JSA) atau Task Risk Analysis Proses : dapat dilakukan dengan berbagai pilihan metode Hazops, What if Peralatan : dapat dilakukan dengan teknik FMEA Prosedur/sistem : what if

Manajemen Perubahan Organisasi harus mengidentifikasi bahaya dan risiko K3 berkaitan dengan perubahan dalam organisasi, SMK3 atau aktivitasnya sebelum melakukan perubahan

Penilaian Risiko Digunakan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan yang ditimbulkan (severity) Pendekatan yang digunakan kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif

Penilaian Risiko (Likelihood Kualitatif) Tingkat Uraian Contoh rinci A Hampir pasti terjadi Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal Ex. Kecelakaan lalin. B Sering terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu C Dapat terjadi Risiko dapat terjadi namun tidak sering Ex. Jatuh dari ketinggian D Kadang-kadang Kadang-kadang terjadi E Jarang sekali Dapat terjadi dalam keadaan tertentu Ex. Kesambar petir

Severity Kualitatif Tingkat Uraian Contoh Rinci 1 Tidak signifikan Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada manusia 2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil, tidak menimbulkan dampak serius pd bisnis 3 Sedang Cedera berat dan dirawat di RS, tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang

Severity Kualitatif 4 Berat Menimbulkan dampak cedera parah dan cacat tetap, kerugian finansial besar, menimbulkan dampak serius thd kelangsungan bisnis 5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah bahkan dapat menghentikan bisnis.

Matriks Risiko A T E B S C R D Konsekuensi Tidak signifikan Kecil Kemungkinan Konsekuensi Tidak signifikan Kecil Sedang Berat Bencana A T E B S C R D

E-Risiko Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan/dilanjutkan sampai risiko direduksi Jika tidak memungkinkan mereduksi risiko dg sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan T-Risiko Tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko

T-Risiko Tinggi Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan S-Risiko sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan

R-Risiko Rendah Risko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak diperlukan Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar

Pengendalian Risiko Eliminasi Subtitusi Engeenering Administritif APD

Proses Pengembangan Manajemen Risiko Langkah 1. Pemetaaan Aktivitas Masukan : Manusia, material, mesin dan peralatan kerja, teknologi yang digunakan, sumber daya (modal), lingkungan Proses : semua unsur produksi (manusia, material, mesin, metoda) Keluaran : produk/jasa yang dihasilkan, produk antara, produk sampingan, limbah

Proses Pengembangan Manajemen Risiko Langkah 2. melakukan identifikasi bahaya Langkah 3. melakukan analisis risiko Langkah 4. evaluasi risiko Langkah 5. pengendalian risiko Langkah 6. komunikasi risiko Langkah 7. dokumentasi manajemen risiko Langkah 8. implementasi manajemen risiko

Perundangan dan persyaratan lainnya Masukan yang dapat digunakan untuk menentukan perundangan dan persyaratan yang diperlukan antara lain: Rincian aktivitas organisasi Hasil identifikasi bahaya Best practices Persyaratan hukum yang sejenis

Objektif dan program K3 Objektif K3 harus memenuhi kriteria: Simple Measurable Achievement Realistic Time table jelas

Objektif dan program K3 Contoh objektif K3: Menekan angka kecelakaan kerja sampai 50% Menekan tingkat risiko Memenuhi persyaratan legal yang dianjurkan (sesuai hasil audit dan tinjau awal: Mencapai sertifikasi OHSAS 18001

Objektif dan program K3 Organisasi harus menetapkan, menjalankan, dan memelihara program untuk mencapai objektif Program harus mencakup penentuan tanggung jawab dan sarana dan jangka waktu yang jelas Program MK3 harus ditinjau secara berkala

SMK 3 : OHSAS 18001 : 2007 4.8.4.Implementasi dan operasional 4.8.4.1. Sumber daya, peran, tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang Klausul 4.4.1. Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab penuh terhadap K3 dan SMK3 Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya - memastikan ketersediaan sumberdaya utk menetapkan, menjalankan, memelihara dan meningkatkan SMK3

Catatan : Sumberdaya : manusia, keahlian khusus, infra struktur, teknologi dan finansial Menetapkan peran, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas, dan pendelegasian wewenang untuk memfasilitasi manajemen K3 yang efektif Peran, tanggung jawab, tanggung gugat, dan wewenang harus didokumentasikan dan dikomunikasikan

4.8.1.1. Peran dan tanggung jawab K3 Tanggung jawab tertinggi : manajemen puncak Tanggung jawab mengenai K3 tdk dapat didelegasikan atau dialihkan ke bawah tetapi dapat diturunkan sampai ke level terendah dalam organisasi sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. K3 : tanggung jawab semua unsur sesuai lingkup tugasnya Peran dan tanggung jawab mengenai K3 harus ditetapkan secara tertulis dan menjadi bagian integral dari uraian tugas dan jabatan masing-masing.

Peran utama dan fungsi K3 secara garis besar : Sebagai alat manajemen Sebagai agen pemenuhan persyaratan Sebagai konsultan keselamatan Sebagai pengendali rugi (loss control)

4.8.4.1.2. Komitmen Manajemen Komitmen : kunci keberhasilan pelaksanaan K3 (Tekat kuat untuk melaksanakan sesuatu) Memberikan teladan atau contoh dalam tindakan sehari-hari Menempatkan isu K3 sebagai prioritas dalam pertemuan atau rapat manajemen Meluangkan waktu utk terlibat atau hadir dalam forum atau kegiatan K3 yg diadakan organisasi Menempatkan isu dan pertimbangan K3 dalam proses pengambilan keputusan Mendorong semua pekerja dan semua unsur untuk memberikan dukungan dan kontribusi dalam K3 Mendukung penyediaan sumberdaya : waktu, dana, sarana utk menunjang program K3

4.8.4.1.3. Sumber daya Sumber Daya Manusia : tenaga ahli K3, koordinator K3, managemen reprensentative, manajemen lini Infrastruktur organisasi : struktural atau fungsional  organisasi K3, panitia pembina K3, komite K3, tim audit K3 Teknologi : gedung, APAR, hidrant, sistem proteksi petir, alat pengaman mesin (pemilihan teknik pengendalian) Finansial : kemampuan masing-masing organisasi, tergantung hasil identifikasi dan penilaian risiko

4.8.4.1.4.Management Representative Klausul 4.4.1. Organisasi harus menunjuk seorang atau lebih anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab spesifik untuk K3, disamping tanggung jawab lainnya, dan menetapkan peran dan wewenang untuk : - memastikan SMK3 ditetapkan, dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS ini. - memastikan bahwa laporan mengenai kinerja SMK3 disampaikan kepada manajemen puncak untuk kajian dan digunakan sebagai dasar untuk peningkatan SMK3

Identitas manajemen puncak yang ditunjuk harus diketahui semua pekerja dibawah pengendalian organisasi Semua yang ditunjuk dengan tanggung jawab manajemen harus menunjukkan komitmennya untuk peningkatan kinerja K3 berkelanjutan

Management Representative : tugas pokok Memastikan SMK3 ditetapkan, dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS 18001 Memastikan laporan mengenai Kinerja SMK3 disampaikan kepada manajemen puncak untuk kajian dan digunakan sebagai dasar untuk peningkatan SMK3 Mendukung pelaksanaan K3 dalam organisasi terutama dalam pemenuhan sumberdaya yang diperlukan.

4.8.4.1.5. Peran pekerja Klausul : 4.4.1. Organisasi harus memastikan bahwa semua individu ditempat kerja bertanggung jawab untuk aspek K3 yang berada di bawah kendalinya termasuk mempedulikan persyaratan K3 perusahaan yang berlaku. Pekerja harus memahami ketentuan dan persyaratan yang berlaku : penggunaan pengaman, sumber bahaya, alat keselamatan, prosedur kerja aman dan selanjutnya melaksanakan

4.8.5. Kompetensi, pelatihan dan Kepedulian Klausul 4.4.2. Organisasi harus memastikan bahwa setiap individu di bawah pengendaliannya yang melakukan pekerjaan yang dapat berdampak K3 telah kompeten, terlatih, dan berpengalaman dan memelihara rekamannya. Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan berkaitan dengan risiko K3 dan SMK3. mereka harus memberikan pelatihan atau langkah lain untuk memenuhinya, mengevaluasi efektifitas pelatihan atau tindakan lainnya dan memelihara rekaman terkait.

Organisasi harus menetapkan menjalankan dan memelihara prosedur agar para pekerja yang bekerja dibawah kendalinya sadar akan : - Konsekuensi K3, baik yang nyata atau potensial, dari setiap kegiatan kerjanya, perilaku dan manfaat K3 untuk meningkatkan kinerja individu. - peran dan tanggung jawab dan perlunya pencapaian kesesuaian terhadap kebijakan K3, prosedur serta persyaratan SMK3 -Potensi konsekuensi jika melanggar prosedur tertentu Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan adanya perbedaan dari : tanggung jawab, kemampuan teknis, bahasa, risiko

Penyebab kecelakaan : unsafe act Tidak tahu Tidak mampu Tidak mau Pengetahuan (knowledge), kompetensi (Skill) dan perilaku (Attitude) : KSA

4.8.5.1. Kompetensi Kompetensi merupakan persyaratan penting  pekerjaan dilakukan dengan baik, mengikuti standar kerja yang berlaku sertamemenuhi persyaratan keselamatan. Kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang memadai dalam melakukan tugas. Standar kompetensi untuk setiap job atau pekerjaan : standar kompetensi tukang las, operator mesin, operator bejana uap, ahli K3

4.8.5.2. pelatihan Sesuai filosofi K3 dari International Association of Safety professional) pekerja harus dilatih mengenai K3 Pemahaman atau budaya dibentuk dengan pelatihan dan pembinaan Pelatihan  meningkatkan KSA Kebutuhan pelatihan K3 dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi.

Langkah Pengembangan Pelatihan K3 Analisa Jabatan Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis (critical task) Kaji data-data kecelakaan Survey kebutuhan pelatihan Analisa kebutuhan pelatihan Tentukan sasaran dan target pelatihan Kembangkan objektif pembelajaran Pelaksanaan pelatihan Evaluasi Perbaikan

Jenis Pelatihan K3 Induksi K3 : seseorang yg mulai bekerja, memasuki suatu tempat kerja. Pekerja baru, mutasi, kontraktor, tamu yang berada di tempat kerja Pelatihan Khusus K3 : tugas dan pekerjaan. Pelatihan bahan kimia dan pengendaliannya : pekerja di pabrik kimia Pelatihan K3 umum : umum, semua pekerja mulai level terbawah sd manajemen puncak. Menanamkan awarenes dan budaya K3.

4.8.5.3. kepedulian Pengetahuan + Kompetensi + Kepedulian atau perilaku aman  bekerja secara aman Kepedulian  budaya keselamatan OHSAS 18001 mensyaratkan agar organisasi membangun dan mengembangkan kepedulian K3 di lingkungan organisasi. 1970 berkembang pendekatan perilaku atau behaviour based safety (BBS). Observasi safe behaviour dan unsafe behaviour. Intervendi untuk meningkatkan safe behaviour dan menghindari unsafe behaviour.

Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi

Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim (sender) ke penerima (receiver) dengan tujuan untuk mencapai salah satu sasaran sbb: Bertindak mengenai suatu ha (action Memastikan yang seharusnya dikerjakan Menyenangkan seseorang

Komunikasi K3 Komunikasi manusia dengan manusia Komunikasi manusia dengan manusia melalui alat media : internal – eksternal Komunikasi manusia dengan alat kerja

Partisipasi Partisipasi pekerja dalam K3: Memberi masukan Menjalankan dan melaksanakan kegiatan Terlibat aktif

Konsultasi OHSAS 18001 mensyaratkan adanya konsultasi K3 dengan semua pihak

Formulir, Daftar Periksa Dokumentasi Manual SMK3 Prosedur SMK3 Petunjuk Kerja (SOP) Formulir, Daftar Periksa

Pengendalian Dokumen Semua dokumen harus melalui proses persetujuan sebelum digunakan secara formal Semua dokumen ditinjau ulang secara berkala Setiap ada perubahan harus jelas identitasnya Versi terakhir yang berlaku senantiasa ditempatkan dimana dokumen tsb berada Dokumen kadaluarsa tidak digunakan dan ditempatkan

Pengendalian perasi Cara kerja aman Prosedur operasi aman Pengadaan dan pembelian Keselamatan kontraktor

Tanggap darurat Elemen pokok sistem tanggap darurat Kebijakan Identifikasi keadaan darurat Perencanaan awal Prosedur keadaan daarurat Organisasi keadaan darurat Prasarana Pembinaan dan pelatihan Komunikasi Investigasi dan sistem pelaporan Inspeksi dan audit

Kelemahan Sistem Tanggap darurat Kurangnya dukungan manajemen puncak Kurangnya keterlibatan dan dukungan pekerja Kurang atau tidak ada perencanaan Kurang pelatihan Tidak ada penanggung jawab yang ditunjuk khusus Sistem tidak dievaluasi Tidak terintegrasi Tidak ada komunikasi