GERAK GELOMBANG EKONOMI INDONESIA Gerak Gelombang (konjungtur) ekonomi Menaik (recovery dan prespority) Menurun (resesi dan depresi) Penyebab konjungtur Jevons dan Moore (1923): Fluktuasi terjadi karena perubahan alam Pigou (1927): Fluktuasi karena faktor pelaku bisnis (harapan pesimis atau optimis)
Malthus (1936): Krisis ekonomi karena adanya under consumption Malthus (1936): Krisis ekonomi karena adanya under consumption. Industri manufaktur makin berkembang dan masyarakat banyak melakukan kegiatan di sektor tersebut Mitchell (1951): Fluktuasi karena pengunaan sistem ekonomi kapitalis-liberalis Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi disebabkan sistem moneter dan sistem kredit
Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979) dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat yang rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi akibat. Penyebab utama tidak stabilnya investasi Schumpeter (1934): Penyebab utamanya tidak stabilnya inovasi teknologi
Siklus konjungtur (menurut Ellis/1991) berbeda-beda Kondratif: Setiap 50 tahun sekali Juglar: Setiap 10 tahun sekali Kitchin: Setiap 4 tahun sekali Batra: Setiap 60 tahun sekali Mubyarto: 7 tahun sekali untuk Indonesia(Jawa: pitu-lungan)
GERAK GELOMBANG PERJALANAN EKONOMI INDONESIA 1. Masa Orde Lama: 1945-1966 2. Masa Orde Baru: 1966-1999 3. Masa Reformasi: 1999-20…
Masa Orde Lama Indonesia Merdeka (1945-1949) Tahun 1950 Indonesia belum stabil secara politik: Belanda masih ingin menjajah Indonesia Bererapa daerah ingin tetap dijajah, atau merdeka sendiri-sendiri Membentuk RIS atau negara kesatuan Tahun 1950 Memperbaiki posisi Neraca Pembayaran Pengendalian harga (inflasi) Menggali sumber pendapatan pemerintah
Menerbitkan uang baru (pengganti ORI) Pengguntingan uang (senering): uang sebelah kiri untuk transaksi, uang sebelah kanan untuk ditukar obligasi Kurs US$ 1 = Rp 3,8 Tahun 1952 Sertifikat Devisa dihapus. Kurs US$ 1 = Rp11,4 Tahun 1957 dimulai Ekonomi Terpimpin Mendorong ekonomi pribumi Operasi militer dan politik utuk menciptakan kamanan
Tahun 1959 dilakukan senering Rp1000 dan Rp500 menjadi Rp50 dan Rp 100 Giro dan deposito di atas Rp25 000 dibekukan dan diganti pinjaman jangka panjang Kurs US$ 1 = Rp45
Tahun 1960-an Politik menjadi “panglima” pemerintah Konfrontasi dengan Malaysia Menyelenggarakan Asian Games Menyelenggarakan GANEFO Pembebasan Irian Barat Tahun 1965 Bank Indonesia (sebagai Bank Berjuang) menutup defisit anggaran pemerintah dengan mencetakuangbaru
Masa Akhir Orde Lama Penggantian uang baru (Rp1000 diganti Rp1) Akhir masa Orde Lama Pembangunan dititik beratkan pada “Nation Building” Anggaran Belanja Defisit, ditutup dengan mencetak uang, mengakibatkan inflasi sangat tinggi (Tahun 1966 sebesar 635%) Pertumbuhan ekonomi rendah, bahan pokok sulit didapatkan masyarakat Krisis politik
Masa Orde Baru 1966-1970; Masa Stabilisasi (Recovery) Menjalankan kebijakan Anggaran Belanja Seimbang Mendorong Investasi (tahun 1968: UUPMA dan UUPMDN) Menata sistem perbankan Nasional (UU No. 13 1968 tentang Bank Sentral dan UU No. 14 tahun 1967 tentang bank Umum)
lanjutan Tahun 1970; tercipta stabilitas ekonomi Nasional ( inflasi tahun 1969 = 10% dan 1971 = 2,5%) Mulai dilaksanakan kebijakan industrialisasi di Indonesia (industri substitusi impor) → misalnya industri pupuk Mulai diterapkan rencana pembangunan yang berkesinambungan (Repelita I)
1973/1974; Bonansa Minyak Harga minyak dunia meningkat 400% lanjutan 1973/1974; Bonansa Minyak Harga minyak dunia meningkat 400% Penerimaan Negara naik (± 48%), inflasi naik (± 58%) Peran minyak dominan, non migas tertinggal Peranan Swasta dalam perekonomian kecil Bank Indonesia melakukan intervensi ekonomi dengan menetapkan pagu kredit (inflasi turun menjadi 9,8%)
lanjutan 1980 an; Masa resesi Over supply minyak dunia, menyebabkan harga minyak turun Terjadi kenaikan harga mata uang yen Jepang terhadap dolar Amerika Terjadi defisit perdagangan luar negeri Amerika Pendapatan Negara turun, hutang negara naik Terjadi upaya penyesuaian (Devaluasi, deregulasi, penghematan)
1984; Deregulasi bidang Fiskal 1985; Deregulasi bidang Perdagangan lanjutan 1983; Masa Deregulasi 1 Juni: Deregulsi Perbankan (Bank bebas menentukan bunga danpagu kredit) 1984; Deregulasi bidang Fiskal UU pajak baru (prinsip Self Assessment) 1985; Deregulasi bidang Perdagangan Penurunan tariff masuk (0-225% menjadi 0-60%) 1986; Sistem pengembalian bea masuk 1987; Transparansi alokasi kuota tekstil 1988; Penghapusan monopoli impor plastik dan baja
1986; Deregulasi bidang Investasi lanjutan 1986; Deregulasi bidang Investasi PMA dapat memiliki saham 95% asalkan untuk ekspor 1987; Deregulasi pasar modal Orang asing boleh membeli obligasi di BEJ 1988; Pakto 88 Kemudahan mendirikan bank Aturan L3 (49% Cadangan minimum turun dari 15% menjadi 2%)
1990; Masa perekonomian Kepanasan lanjutan 1990; Masa perekonomian Kepanasan Kinerja Bank menurun (CAR rendah, LDR tinggi) Kredit banyak yang macet Upaya mengatasi TMP Pengendalian mega proyek CAR 8% (paling lambat 1993) dan LDR maks 100% 1995/1996; Indonesia macan Asia Baru 1996/1997; Awal krisis ekonomi lagi