PERTEMUAN IV HARGA POKOK PESANAN MASALAH WIP AWAL
PENDAHULUAN Bila dalam produksi pada akhir bulan atau akhir tahun dilakukan penutupan buku maka akan terjadi pesanan yang belum selesai yang dinamakan barang dalam proses (persediaan BDP akhir) dan akan menjadi BDP awal pada periode berikutnya.
Contoh : PT. Kurnia Meubeul memproduksi barang atas dasar pesanan, dan pada bulan Juni 2005 menerima pesanan sbb. : Pesanan A – 1 diterima bulan Mei 2005 dengan harga kontrak seb. Rp. 6.000.000,0 telah menyerap biaya bahan baku Rp. 1.200.000,0, biaya tenaga kerja langsung seb. Rp. 1.000.000,0.
Biaya-biaya yang dikeluarkan bulan Juni 2005 untuk masing-masing pesanan sebagai berikut : Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 2.350.000,0 Biaya overhead pabrik yang dibebankan 50% dari biaya Tenaga Kerja Langsung. Pesanan A-1, A-2, A-3 telah selesai dikerjakan sedangkan yang diserahkan pesanan A-1 dan A-2. Pesanan A-4 belum selesai dikerjakan. Buatlah : Jurnal yang diperlukan. Kartu Pesanan.
Jurnal yang diperlukan
Kartu pesanan
AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN Pencatatan terhadap sisa bahan Pencatatan terhadap produk rusak Pencatanan terhadap produk cacat
PENYEBABNYA Sulitnya pengerjaan pesanan Normal artinya kerusakan tidak dapat dihindari terjadinya pada kondisi operasi yang efisien Abnormal artinya kerusakan tidak perlu terjadi pada kondisi operasi yang efisien
SISA BAHAN (SCRAP) Sisa bahan berasal dari sifat pengolahan bahan, penyimpangan bahan terlalu lama dan lainnya. Sisa bahan lainnya kecil dan tidak laku dijual dilakukan jurnal, tetapi bila memerlukan biaya pemusnahan, maka biayanya ditambahkan pada : Biaya bahan baku bila peyebabnya sulit pengerjaan atau Ditambahkan pada biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal. Bila sisa bahan dapat dijual, hasil penjualan dapat : Mengurangi biaya bahan baku bila penyebabnya sulit pengerjaan atau Dikurangi pada biaya overhead pabrik atau pendapatan lain-lain bila normal
Contoh 1 : Sisa bahan Dalam proses produksi terdapat sisa bahan yang tidak laku dijual dan perlu dimusnahkan, maka bila diketahui biaya pemusnahan sebesar Rp. 100.000, perhitungan HP sbb. : Biaya bahan baku Rp. 400.000 Biaya upah langsung Rp. 500.000 Biaya FOH yang dibebankan Rp. 750.000 HP produk selesai Rp. 1.650.000 Biaya pemusnahan Rp. 100.000 HP produk selesai Rp. 1.750.000
Maka jurnal sehubungan pemusnahan sisa bahan : Bila sulit pengerjaan Work inProcess Rp. 100.000 Cash Rp. 100.000 Bila normal terjadi FOH Control Rp. 100.000 Cas Rp. 100.000
Bila diketahui hasil penjualan bahan sebesar Rp.200.000 Biaya bahan baku Rp. 400.000 Biaya upah langsung Rp. 500.000 Biaya FOH yang dibebankan Rp. 750.000 HP produk selesai Rp. 1.650.000 (Bila sisa karena normal) Dibebankan ke overhead bila sisa sulit pengerjaan : Biaya pemusnahan Rp. 200.000 HP produk selesai Rp. 1.750.000
Maka ayat jurnal yang dibuat untuk penjualan sisa bahan adalah : Bila sulit pengerjaan : Cash Rp. 200.000 Work In Process Rp. 200.000 Bila normal terjadi : FOH Control RP. 200.000 Cash Rp. 200.000 Other Inome Rp. 200.000
PRODUK RUSAK Produk rusak adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki. Produk rusak kemungkinan tidak laku dijual atau laku dijual. Kerugian yang berhubungan dengan barang rusak dapat diperlakukan sebagai: Bagian dari harga pokok pesanan bila penyebabnya adalah karena sulit pengerjaan. Dibebankan sebagai biaya overhead pabrik bila normal terjadi. Dibebankan sebagai rugi produk rusak bila terjadinya abnormal. Bila laku dijual, hasil penjualan di kurangkan pada harga pokok pesanan bila sulit pengerjaan atau mengurangi biaya overhead pabrik bila normal atau mengurangi rugi produk rusak bila abnormal.
Contoh 2 : produk rusak PT. NEDA berproduksi dengan kapasitas bulanan 12.500 unit. Produksi dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima. Kerusakan terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diperkirakan. Selama Bulan Nopember, diproduksi 10.000 unit dengan biaya sbb: Biaya bahan baku Rp. 40 per unit Biaya upah langsung Rp. 50 per unit Biaya FOH yang dibebankan dengan tarif 150% dari upah langsung. Pada hari terakhir pada bulan tersebut, seluruh hasil produksi pada hari itu diperiksa dan diketahui sebesar 400 unit rusak. Berdasarkan soal diatas buatlah jurnal yang diperlukan Bila produk rusak tidak laku dijual dan terjadinya kerusakan tersebut adalah Sulit pengerjaan Normal terjadi Abnormal terjadi Bila produk rusak laku dijual dengan harga Rp. 50 per unit dan terjadinya kerusakan adalah
PRODUK CACAT (DEFECTIVE PRODUCT) Produk Cacat adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang ditentukan tetapi masih ekonomis untuk diperbaiki. Perbedaan rusak dan cacat adalah produk rusak tidak diperbaiki sedangkan produk cacat dapat diperbaiki, sehingga masalahnya bagaimana memperlakukan biaya perbaikan produk cacat tersebut kepada pesanan yaitu: Biaya perbaikan ditambahkan pada HP pesanan yang bersangkutan bila penyebabnya sulit pengerjaan. Biaya perbaikan ditambahkan pada biaya overhead pabrik bila penyebabnya normal Biaya perbaikan ditambahkan pada rugi produk cacat bila penyebabnya abnormal
Contoh 3: Produk Cacat PT. Karya mendapat pesanan sebanyak 500 unit produk dengan biaya produksi langsung seb. Rp. 500 per unit untuk bahan dan Rp. 300 untuk upah. Overhead pabrik dibebankan seb. 200% dari biaya upah langsung. 50 unit ternyata cacat dan harus diperbaiki dengan total biaya seb. Rp. 3.000 untuk bahan dan Rp. 6.000 untuk upah dan overhead pabrik 200% dari biaya upah langsung. Diminta: Buatlah jurnal, bila produk cacat terjadinya adalah Sulit pengerjaan Normal terjadi Abnormal terjadi