BANDAR NIAGA PANTAI BARAT SUMATERA Hasan Muarif Ambary
Pendahuluan A. Geografi Nusantara pada Jalur Silang Barat-Timur Geografi wilayah Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau menyebabkan masyarakat pantai dengan sifat kemaritimannya merupakan kelompok terbesar dari masyarakat Indonesia. Pulau Sumatra di masa lalu adalah salah satu wilayah yang memiliki kedudukan penting dalam sejarah dan kebudayaan melayu atau kawasan yang lebih luas Asia Tenggara, dengan sebagian besar masyarakat bahari yang umumnya memiliki aktifitas utama yaitu berlayar sambil berdagang.
B. Peranan dan Kontrol atas Pelabuhan-pelabuhan di Samudera Hindia, Selat Sunda dan Selat Malaka oleh Sriwijaya dan Kerajaan-Kerajaan Islam Sekitar akhir abad 13 M dan permulaan abad 14 M dan abad-abad berikutnya terutama abad 16 M adalah fase munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang di Sumatra Muculnya kerajaan bercorak Islam ini telah memunculkan pula bandar- bandar di pesisir barat dan timur Sumatra yang semula tidak penting tapi karena kedudukan geografis dan ditunjang oleh kekuasaan bandar- bandar tersebut menjadi penting
Munculnya Bandar Niaga Penting Di Pesisir Barat Sumatera Kehadiran Bandar Niaga di Pesisir Barat Sumatra Secara kronologis bandar-bandar niaga dibedakan menjadi dua fase. 1. fase klasik 2. fase kolonial
Kedudukan dan Peran Beberapa Bandar Niaga di Pesisir Barat Sumatera Bandar Aceh Darussalam (Lamuri) Bandar Niaga Barus Tiku-Pariaman Sibolga
PERANAN INDONESIA DALAM KEGIATAN JALUR SUTRA Adrian B. Lapian
Proyek UNESCO yang diberi judul Integral Study on Silik Roads: Roads of Dialogue merupakan kegiatan utama dalam program Dsawarsa Kebudayaan (World Decadefor Cultural Cultural Development, 1987 - 97) Ketika proyek ini diusulkan dalam sidang Unesco, Republik Indonesia turut mendukung gagasan ini. Indonesia pun aktif berperan sebagai anggota badan konsultatif ini sehingga dapatlah dikatakan bahwa sejak semula kita selalu ikut serta dalam berbagai kegiatan “ jalur sutera” UNESCO tersebut
Beberapa Kegiatan Utama seminar dan symposium, penerbitan buku, sebuah database yang menyeluruh (The Silk Roads Docuumentary Collection) . Tetapi yang paling utama dalah ekspedisi ilmiah yang menelusuri kembali jalur-jalur dahulu kala yang menghubungi benua asaia dan eropa.
Kegiatan di Indonesia sendiri baru mulai pada tahun 1990 yang difokuskan pada persiapan kunjungan kapal Fulk al-Salamah dalam bulan januari 1991. Dalam rapat-rapat Consultative Committee ada tiga pelabuhan yang diusulkan, yaitu Pasai, Palembang, dan Tuban Seminar selam dua hari (10-11 januari) yang diadakan Surabaya tepatnya di hotel Simpang dengan tema “Harbour Cities Along the Silk Roads”. Seminar Nasional Sejarah di Semarang.
Kegiatan Mendatang Pada rapat Consultative Committe terakhir yang diadakan tanggal 28-30 April 1997 di Teheran, Iran, dinyatakan bahwa pelaksanaan sepuluh tahun proyek jalur sutra merupakan sukses. Dalam rangka ekspedisi. Sehubungan dengan hal tersebut dianggap perlu untuk melanjutkan kegiatan ini dalam bentuk lain, misalnya dalam rangka UNESCO Culture of Peace Project.