MASALAH MENYUSUI PADA IBU DENGAN KEADAAN KHUSUS DISUSUN OLEH : Kelompok 4 Adjeng Wiga Safina Andi Ira Kartika Gita Septiani Putri Munawaratul Hasanah Risa Novianti Rofi Ngatul Aziimah Suhela Susilawati Tingkat 2 B
ASI EKSKLUSIF Pemberian ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia bayi 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, keluarga maupun negara.
MASALAH MENYUSUI PADA IBU DENGAN KEADAAN KHUSUS Yang dimaksud ke dalam keadaan khusus, antara lain : Ibu dengan Bedah Sasar Ibu Sakit Ibu Pengidap HIV/AIDS (+) Ibu Pengidap TBC Ibu Pengidap Hepatitis B
IBU DENGAN BEDAH SESAR Bedah sesar adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim. Bedah sesar, meskipun merupakan bedah perut yang besar, lebih disukai daripada melahirkan lewat vagina jika persalinan atau melahirkan lewat vagina dianggap terlalu sulit atau terlalu beresiko baik untuk calon ibu maupun bayinya. Pada ibu yang mengalami bedah dengan pembiusan umum, tidak mungkin dapat segera menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pengaruh obat biusnya. Jika ibu sudah sadar maka secepatnya bayi disusukan dengan bantuan tenaga medis. Pada ibu yang mengalami pembedahan tidak dengan pembiusan umum, kontak dengan bayi melalui proses menyusui dapat sesegera mungkin dilakukan.
POSISI NYAMAN UNTUK MENYUSUI BAGI IBU DENGAN BEDAH SESAR Ibu yang telah menjalani bedah sesar semestinya tidak mengalami kesulitan dan dapat menyusui bayinya, namun ada beberapa hal yang perlu diingat Tenggang waktu sebelum menyusui pertama Mencari posisi yang nyaman Dampingi dengan pendamping (keluarga, bidan, dll). Bila dibius total, kemungkinan ada tenggang waktu sebelum ibu pulih.
POSISI NYAMAN UNTUK MENYUSUI BAGI IBU DENGAN BEDAH SESAR Pada ibu yang mengalami pembedahan tidak dengan pembiusan umum, kontak dengan bayi melalui proses menyusui dapat sesegera mungkin dilakukan. Posisi menyusui yang dianjurkan adalah ibu dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala ditopang dengan bantal, sementara bayi disusukan diatur sedemikian rupa sehingga areola mamae dapat semuanya masuk ke dalam mulut bayi. Apabila ibu sudah dapat duduk maka bayi dapat disusui dengan posisi seperi “memegang bola”.
IBU SAKIT Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang cukup. Periksakan ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun bayinya
IBU PENGIDAP HIV/AIDS (+) HIV adalah penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh, dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh. Berdasarkan Etiologinya, Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum sunik, dan alat-alat penusuk (tato, penindik, dan alat cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil dengan HIV/AIDS kemungkinan dapat memberikan resiko bagi bayi untuk terkena HIV.
Lanjutan… Penularan HIV dari Ibu ke Janin HIV kepada janin atau disusui oleh wanita yang mengidap HIV. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlangsung lama. Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah ibu. Air susu ibu dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV, maka bayi tersebut bisa tertular.
Lanjutan…. Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan HIV/AIDS melalui ASI dari ibu penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat ibu penderita tetap dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain : alasan ekonomi, aspek kesehatan bayi. Seorang ibu hamil dengan HIV Positif tetap bisa melahirkan normal dan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Lanjutan… Ketua Program Yayasan AIDS Indonesia dr. Santo W Sarwono mengatakan, selama hamil ibu harus tetap rutin mengkonsumsi obat ARV (Antiretroviral) untuk menekan jumlah virus jika terapi pengobatan dilakukan secara disiplin, resiko penularan HIV dari ibu ke bayi bisa ditekan sampai tinggal 7%. Proses persalinan normal pun harus dilakukan dengan kondisi tertentu. “bisa melahirkan normal asal proses melahirkannya dilakukan secepat mungkin, jangan lama-lama. Bayi kemudian segera dibersihkan,” kata Sarwono di Jakarta.
Lanjutan… Program pencegahan infeksi HIV dari ibu kepada bayinya ini sudah harus dilakukan sejak mengetahui positiv HIV. Untuk itu, sangat penting seorang ibu hamil melakukan tes HIV. “sering kali para ibu tak menyadari telah tertular HIV karena merasa bukan kelompok beresiko. Ibu hamil bisa saja tertular HIV saat berhubungan seksual dengan suaminya yang positif HIV. Jika diketahui positif HIV saat hamil, maka bisa segera dilakukan pencegahan penularan ke bayi,” ujarnya. Para ibu pun tetap bisa memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dengan pendampingan dokter. Yang pasti, memberikan ASI harus konsisten tanpa makanan tambahan maupun susu formula selama 6 bulan tersebut.
Lanjutan… Pemberian ASI Eksklusif bisa meningkatkan kekebalan tubuh bayi, dan justru menurunkan resiko bayi tertular HIV. Walau terinfeksi HIV wanita tak perlu takut untuk hamil. Selain itu jika suami diketahui terkena HIV, penularan ke istri bisa dicegah dengan menggunakan kondom setiap berhubungan seksual. Kemudian, jika ingin melakukan program hamil, bisa dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu Studi di Afrika juga menemukan bahwa pemberian kombinasi ARV pada ibu yang positif HIV selama kehamilan, persalinan, dan menyusui mengurangi risiko penularan HIV ke bayi sebesar 42%. Studi di Malawi juga menunjukkan risiko penularan HIV berkurang menjadi hanya 1,8% pada bayi yang diberi obat antiretroviral nevirapine setiap hari saat menyusui selama 6 bulan.
IBU PENDERITA TBC Pengertian TBC Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycrobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini. Pemberian ASI yang aman bagi Ibu Penderita TB Paru Bila ibu telah positive menglami Tb paru, hal tersebut perlu diwaspadai. Penularan TBC bukan ditularkan melalui ASI, untuk itu ibu masih dapat memberikan ASInya kepada sang bayi.
Lanjutan… TBC menular begitu mudah oleh saluran napas atau droplet infextion misalnya, ketika anda batuk. Untuk itu pada ibu penderita TBC sangat dilarang untuk melakukan rooming in. Pada ibu penderita TB paru bisa tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TB paru secara adekuat dan dianjurkan cara pencegahan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG. Sangat dianjurkan bagi ibu dan keluarga untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kontak langsung dengan bayi.
IBU PENDERITA HEPATITIS B Pengertian Hepatitis B Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan lain-lain. Hepatitis virus hepatotrik adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus yang target utamanya adalah hati. Contoh virus Hepatotropik adalah virus hepatitis A, B, C, D, dan E, yang kemudian penyakitnya disebut sesuai virus penyebabnya. Contohnya hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B dikenal sebagai hepatitis B. Diantara hepatitis virus tersebut yang dapat dicegah dengan imunisasi saat ini adalah hepatits A dan hepatitis B. Hepatitis A sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menyebabkan penyakit hati kronis (Kronisitas), namun sebaiknya hepatitis B merupakan penyebab utama kronisitas, yang kemudian dapat menjadi sirosis dan kanker hati. Hal inilah yang kemudian menjadikan hepatitis B menjadi masalah di dunia termasuk di Indonesia.
Lanjutan… Penularan hepatitis B Virus hepatitis B ini ditularkan melalui luka kulit (lapisan permukaan luar tubuh) atau melalui luka lapisan mukosa (lapisan permukaan dalam tubuh) pada saat kontak dengan darah atau produk darah. Cara penularan secara garis besar dibagi menjadi pengeluaran vertikal yaitu dari ibu ke bayinya seperti telah disebut diatas dan penularan horizontal yaitu dari anak ke anak. ASI dan hepatitis B Didapatkannya virus hepatitis B dalam jumlah kecil pada ASI menimbulkan pertanyaan tentang peran ASI tersebut dalam pengeluaran hepatitis B
Lanjutan… Banyak penelitian tentang ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B telah banyak dilakukan di dunia dan membuktikan bahwa ASI tidak meningkatkan resiko penularan hepatitis B. Berikut adalah penelitian di Taiwan yang mengikuti sekitar 147 bayi baru lahir dari ibu pembawa virus hepatitis B yang kemudian terbagi mejadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah bayi-bayi yang minum ASI dan kelompok kedua adalah bayi-bayi yang minum susu formula. Hasilnya adalah bahwa ASI tidak terbukti meningkatkan resiko penularan hepatitis B terbukti dari tidak adanya perbedaan kejadian hepatitis B pada kedua kelompok. Dengan demikian tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI untuk bayinya bagi ibu penderita hepatitis B.
Lanjutan…. Pencegahan penularan virus hepatitis B Untuk mencegah penularan dari ibu pengidap Hepatitis B ke bayi yang dilahirkan untuk mencegah terjadinya penularan horizontal berikutnya, disarankan untuk memberikan vaksin hepatitis B yang pertama segera setelah lahir (dalam 24 jam pertama) yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian yang kedua dan ketiga seperti jadwal yang telah ditentukan. Dapat diberikan juga imunoglobulin (antibody) selain vaksin bagi yang mampu.
KESIMPULAN Dari pemaparan di atas telah dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI pada keadaan-keadaan khusus seperti yang telah disebutkan di atas bahwa ASI tetap perlu diberikan kepada bayi, dengan syarat harus perlu pendampingan dari dokter mengenai hal-hal tentang penyakit yang diderita oleh sang ibu. Dari penelitian-penelitian yang telah dibahas diatas, dapat di ketahui bahwa ASI tidak menyebabkan penularan penyakit-penyakit tersebut kepada bayi, meskipun masih terdapat perbedaan pandangan mengenai hal tersebut namun perlu diketahui juga bahwa ASI justru menjadi kekuatan imun tersendiri bagi bayi untuk mengurangi resiko penularan penyakit.