Bab 15 sistem akuntansi persediaan
Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi setiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan, sistem pembelian, sistem retur pembelian, dan sistem akuntansi biaya produksi. Dalam Bab 15 ini diuraikan berbagai prosedur yang merupakan bagian dari berbagai sistem tersebut di atas yang memengaruhi persediaan. Bab ini diakhiri dengan uraian sistem penghitungan fisik persediaan, yang merupakan unsur penting dalam sistem pengendalian internal terhadap persediaan.
DESKRIPSI PERSEDIAAN Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan perlengkapan pabrik, dan persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu jenis, yaitu persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali. Transaksi yang mengubah persediaan produk jadi, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan perlengkapan pabrik, dan persediaan suku cadang, terkait dengan transaksi intern perusahaan dan transaksi yang terkait dengan pihak luar perusahaan (penjualan dan pembelian), sedangkan transaksi yang mengubah persediaan produk dalam proses seluruhnya berupa transaksi intern perusahaan.
DESKRIPSI PERSEDIAAN - lanjutan
DESKRIPSI PERSEDIAAN - lanjutan
DESKRIPSI PERSEDIAAN - lanjutan
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN Terdapat dua macam metode pencatatan persediaan: metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Contoh I Perusahaan X menggunakan metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) dalam menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai. Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 20X3 terdiri dari: 600 kg @ Rp2.400 = Rp1.440.000 400 kg @ Rp2.500 = Rp1.000.000
Contoh I - lanjutan Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 20X3 disajikan pada Gambar 15.2.
Contoh I - lanjutan Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian dicatat dalam buku jurnal pembelian dengan jurnal sebagai berikut: Persediaan Bahan Baku xx Utang Dagang xx Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam pencatatan persediaannya, pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu persediaan (sebagai buku pembantu persediaan) pada kolom “pembelian”. Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat dalam buku jurnal umum (atau buku jurnal pemakaian bahan baku) dengan jurnal sebagai berikut: Barang dalam Proses — Biaya Bahan Baku xx Persediaan Bahan Baku xx
Contoh I - lanjutan Pemakaian bahan baku ini dicatat pula dalam kartu persediaan pada kolom “pemakaian”. Data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari tersebut di atas, jika dicatat dalam kartu persediaan dengan metode MPKP, tampak pada Gambar 15.3. Pemakaian bahan baku pada tanggal 6 Januari sebanyak 700 kg ditentukan harga pokoknya berdasarkan anggapan bahwa bahan yang masuk pertama ke gudang, dipakai yang pertama kali. Oleh karena 600 kg lebih awal berada di gudang, maka 700 kg bahan baku yang dipakai tersebut dianggap berasal dari 600 kg yang harga pokoknya Rp2.400 per kg, ditambah sisanya sebanyak 100 kg (700 kg — 600 kg) berasal dari 400 kg bahan yang harga pokoknya Rp2.500 per kg.
Contoh I - lanjutan
Contoh I - lanjutan Setelah perusahaan membeli bahan baku sebanyak 1.200 kg pada 15 Januari, persediaan bahan baku yang ada di gudang terdiri dari dua macam; a. Sisa bahan baku sebanyak 300 kg dari 400 kg persediaan awal yang telah dipakai pada 6 Januari sebanyak 100 kg. b. Bahan baku dari pembelian 15 Januari sebanyak 1.200 kg dengan harga pokoknya sebesar Rp2.750 per kg. Persediaan bahan baku sebanyak 1.500 kg (300 kg +1.200 kg) tersebut dipisahkan pencatatannya, dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda. Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi hanya dapat dilakukan setelah perusahaan melakukan penghitungan fisik persediaan pada akhir periode. Misalnya dari hasil penghitungan fisik persediaan pada akhir Januari 20X3 terdapat 900 kg persediaan bahan baku yang masih ada di gudang, maka penghitungan biaya bahan baku Januari 20X3 tampak pada Gambar 15.4.
Contoh I - lanjutan Dari Gambar 15.3 tersebut dapat terlihat bahwa penghitungan biaya bahan baku dengan metode MPKP menghasilkan jumlah yang sama, baik menggunakan metode mutasi persediaan maupun metode persediaan fisik. Dengan menggunakan metode penentuan harga pokok persediaan yang lain (misalnya metode masuk terakhir keluar pertama dan metode harga pokok rata-rata tertimbang) perhitungan biaya dan persediaan akhir yang dihasilkan oleh metode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik adalah berbeda. Dalam contoh berbagai prosedur yang memengaruhi persediaan berikut ini, digunakan anggapan perusahaan memakai metode mutasi persediaan dalam pencatatan persediaannya.
Contoh I - lanjutan
SISTEM DAN PROSEDUR YANG TERKAIT DENGAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN Sistem dan prosedur yang terkait dengan sistem akuntansi persediaan adalah: 1. Prosedur pencatatan produk jadi. 2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual. 3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli. 4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses. 5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli. 6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok. 7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang. 8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang. 9. Sistem penghitungan fisik persediaan.
PROSEDUR PENCATATAN PRODUK JADI
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK-PRODUK JADI YANG DIJUAL
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PRODUK JADI YANG DITERIMA KEMBALI DARI PEMBELI
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN YANG DIBELI
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN YANG DIKEMBALIKAN KEPADA PEMASOK
PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN YANG DIKEMBALIKAN KEPADA PEMASOK- lanjutan
PROSEDUR PERMINTAAN DAN PENGELUARAN BARANG GUDANG Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik, dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan kegiatan non produksi. Dokumen sumber yang dipakai dalam prosedur ini adalah bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang dapat dilihat kembali pada Gambar 12.14 Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang.
PROSEDUR PENGEMBALIAN BARANG GUDANG Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan menambah persediaan barang di gudang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat trasaksi tersebut dalam jurnal umum adalah: Persediaan Bahan Baku xx Persediaan Bahan Penolong xx Persediaan Bahan Habis Pakai Pabrik xx Persediaan Suku Cadang xx Barang dalam Proses-Bahan Baku xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx Beban Administrasi dan Umum xx Beban Pemasaran xx
PROSEDUR PENGEMBALIAN BARANG GUDANG - lanjutan Dokumen yang digunakan dalam prosedur pengembalian barang gudang adalah bukti pengembalian barang gudang. Lihat bagan alir dokumen prosedur pengembalian barang gudang pada Gambar 12.15 Prosedur Pengembalian Barang Gudang dalam Bab 12.
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN Sistem penghitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya akan digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggungjawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang diselenggarakannya, serta untuk melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan. Dokumen yang digunakan untuk merekam, meringkas, dan membukukan hasil penghitungan fisik persediaan adalah: 1. Kartu penghitungan fisik (inventory tag). 2. Daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheet). 3. Bukti memorial.
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN - lanjutan Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penghitungan fisik persediaan adalah: 1. Kartu persediaan. 2. Kartu gudang. 3. Jurnal umum. Fungsi yang terkait dalam sistem penghitungan fisik persediaan adalah: 1. Panitia penghitungan fisik persediaan. 2. Fungsi akuntansi. 3. Fungsi gudang.
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN - lanjutan Jaringan prosedur yang membentuk sistem penghitungan fisik persediaan adalah: 1. Prosedur perhitungan fisik. 2. Prosedur kompilasi. 3. Prosedur penentuan harga pokok persediaan. 4. Prosedur penyesuaian.
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN - lanjutan Unsur Pengendalian Internal
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN - lanjutan
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN - lanjutan
Bagan Alir Dokumen Sistem Penghitungan Fisik Persediaan
Bagan Alir Dokumen Sistem Penghitungan Fisik Persediaan - lanjutan
RANGKUMAN Sistem akuntansi persediaan yang diuraikan dalam bab ini dirancang untuk perusahaan manufaktur sebagai model. Oleh karena itu, sistem akuntansi persediaan dalam bab ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: (1) prosedur pencatatan produk jadi, (2) prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, (3) prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli, (4) prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses, (5) prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli, (6) prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok, (7) prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang, (8) prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang, dan (9) sistem penghitungan fisik persediaan.
RANGKUMAN- lanjutan Dalam prosedur pencatatan produk jadi, dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam jurnal umum adalah bukti memorial yang dilampiri dengan kartu harga pokok produk dan laporan produk selesai sebagai dokumen pendukung. Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, Bagian Jurnal mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu di dalam jurnal umum berdasarkan dokumen sumber bukti memorial yang dilampiri dengan rekap beban pokok penjualan sebagai dokumen pendukung.
RANGKUMAN- lanjutan Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli, Bagian Jurnal mencatat tambahan persediaan akibat retur penjualan di dalam jurnal retur penjualan berdasarkan dokumen sumber memo credit yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang dokumen pendukung. Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk dalam proses, Bagian Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode akuntansi di dalam jurnal umum berdasarkan dokumen sumber bukti memorial yang dilampiri dengan laporan produk dalam proses.
RANGKUMAN- lanjutan Dalam prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli, Bagian Utang mencatat harga pokok persediaan yang dibeli di dalam register bukti kas keluar berdasarkan dokumen sumber bukti kas keluar yang dilampiri dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok sebagai dokumen sumber. Dalam prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok, Bagian Jurnal mencatat retur pembelian di dalam jurnal retur pembelian berdasarkan dokumen sumber memo debit yang dilampiri dengan laporan pengiriman barang sebagai dokumen pendukung. Dalam prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang, dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan di dalam jurnal pemakaian bahan baku adalah bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Sebagai dasar pencatatan transaksi pengembalian barang gudang digunakan dokumen sumber bukti pengembalian barang gudang.
RANGKUMAN- lanjutan Sistem penghitungan fisik persediaan merupakan alat untuk menguji ketelitian catatan akuntansi yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi dan ketelitian dan keandalan penyimpanan barang di gudang oleh fungsi gudang. Oleh karena itu, salah satu unsur pengendalian internal mensyaratkan bahwa karyawan dari kedua fungsi tersebut tidak diikutsertakan di dalam panitia penghitungan fisik persediaan. Dokumen penting yang dipakai sebagai alat untuk merekam hasil penghitungan fisik persediaan adalah kartu penghitungan fisik (inventory tag). Dalam prosedur kompilasi, data hasil penghitungan fisik yang direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian ke-2 dicatat di dalam daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheet). Dalam pricing procedure, Bagian Kartu Persediaan mengisi harga satuan persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik dan mengkalikan harga satuan tersebut dengan kuantitas hasil penghitungan fisik. Dalam prosedur penyesuaian, data hasil penghitungan fisik yang disahkan oleh yang berwenang digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk menyesuaikan catatan di dalam kartu persediaan yang bersangkutan dengan hasil penghitungan fisik persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik.