PRINSIP-PRINSIP JUST-in-TIME Oleh : Zul Ardian Amralis 100403003 Ridhaul Fuadi 100403021 Donny Rudi M M 100403030 Sandrina Silitonga 100403128
1. Mengapa Just-in-Time Istilah just-in-time (JIT) daalm bidang manufaktur diperkenalkan tahun 1970-an sebagai filosofi baru yang tidak terlepas dari sukses besar industri otomotif Toyota Motor Company. Konsep Toyota Production System disusun dan dikemabngkan berdasarkan keyakinan bahwa daya saing akan semakiin meningkat apabila perusahaan mampu menghilangkan pemborosan (waste). Prinsip memerangi pemborosan ialah melaksanakan setiap kegiatan pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang tepat dan mutu tepat
Taichi Ohno, seorang Chief Engineer dari Toyota Motor Company yang merupakan praktisi manufaktur secara sistematis berhasil menekan berbagai sumber pemborosan sumber daya produksi dalam industri tersebut. Keberhasilan Ohno dalam penerapan just-in- time akhirnya membuahkan pengakuan terhadap Toyota Production System tidak hanya sebagai sebuah pendekatan dalam sistem manufacturing tetapi sebagai sebuah ilmu dalam bidang produksi yang patut dipelajari.
2. Sumber Pemborosan Pada umumnya, pemborosan mudah dideteksi dari lingkungan sekitar kegiatan yang dilakukan apabila menunjukkan ketidakteraturan walaupun harus diamati dengan sangat teliti. Sumber dan besarnya pemborosan pada setiap perusahaan pada umumnya berbeda satu dengan yang lainnya. Walaupun tidak identik, terlihat banyak kesamaan dalam sumber pemborosan yang dihadapi perusahaan. Toyota Motor Company menyebut sumber pemborosan dalam Seven Wastes.
Berikut ini adalah sumber pemborosan pada perusahaan manufaktur. a. Produk Cacat Produk cacat merupakan sumber pemborosan utama. Jika produk cacat lolos kepada pelanggan dan kemudian menimbulkan kerugian mak perusahaan harus mengganti kerugian tersebut. b. Transportasi dan Material Handling Setiap perusahaan manufaktur dalam seluruh kegiatannya selalu melakukan kegiatan transportasi dan material handling baik orang, material, part, dan komponen, serta produk jadi.
c. Inventory Inventory pada dasarnya ialah sejumlah item (bahan baku, bahan penolong, part, komponen, produk setengah jadi, produk akhir) dalam keadaan menunggu untuk diperlakukan atau dikenakan kegiatan berikutnya. Beberapa skenario yang dapat menghilangkan atau menekan inventory adalah : Meredam fluktuasi Interupsi pada proses produksi Produk cacat Waktu setup
d. Jumlah output berlebihan Kebijakan ini biasanya diterapkan perusahaan untuk memaksimalkan utilitas dan kapasitas mesin dan peralatan pendukung. Namun, produk akhir yang disimpan terlalu banyak dan tersimpan dalam waktu yang lama sehingga meningkatkan biaya simpan. e. Waktu menunggu Waktu menunggu adalah waktu yang dibutuhkan untuk menunggu kedatangan order pelanggan, menunggu part tiba, komponen, sub- assembly dari departemen sebelumnya, ataupun menunggu mesin-mesin di bengkel selesai.
f. Tahapan Pemrosesan Tahapan-tahapan kegiatan dalam serangkaian proses memiliki sifat ketergantungan dengan lainnya. Tata urutan yang tepat akan memberikan total waktu operasi yang minimum sebaliknya akan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama. Tata urutan proses yang baik dapat dianalisis melalui flow process chart, operation process chart, dan flow diagram. g. Gerakan yang tidak perlu Work ialah semua gerakan yang menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Sedangkan motion ialah setiap gerakan yang tidak mengandung nilai tambah.
3. Prinsip Just-in-Time Filosofi JIT menegaskan pengeliminasian waste dan penciptaan nilai tambah. Berikut ini adalah penjelasan prinsip JIT. a. Penyederhanaan Penyederhanaan adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan untuk memotong, membuang atau mengurangi kegiatan yang tidak mengandung nilai tambah. Beberapa prinsip penyederhanaan yang telah banyak diterapkan adalah prinsip gerakan ekonomis dan rekayasa serempak, serta motion and time analysis.
b. Kerapian dan Keteraturan Lingkungan kerja yang tidak rapi dan tidak teratur dapat mengganggu kegiatan produktif bahkan meningkatkan risiko menimbulkan kecelakaan. c. Kejelasan Data dan informasi harus tersedia atau mudah dikumpulkan untuk berkomunikasi dengan smua pihak. d. Waktu Siklus Perusahaan manufaktur pada umumnya berupaya untuk menemukan waktu standar setiap pekerjaan yang bersifat pengulangan. Apabila waktu telah distandarisasi maka penjadwalan kegiatan akan dapat dibuat secara akurat, volume produksi dapat diprediksi lebih tepat dan kebutuhan sumber daya dapat ditentukan dengan baik.
e. Kecerdasan Agile manufacture tidak lain adalah lean manufacturing yang memperluas konsep perbaikan sistem terbuka yang ditandai dari kegiatan observe, kesediaan untuk melakukan perubahan pandangan sesuai dengan perkembangan kenyataan lapangan, dan mengambil keputusan yang efektif dan pada waktu yang tepat. f. Pengurangan variasi Variasi yang melebihi batas toleransi selalu menjadi pengganggu yang bermuara pada peningkatan biaya produksi. g. Pengukuran Pengukuran harus dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh perbaikan telah dicapai dan berapa besar sisa masalah yang harus diselesaikan.
4. Keterbatasan Just-in-Time a. Komitmen terhadap waktu Hasil studi menunjukkan bahwa diperlukan waktu 6 hingga 3 tahun baru manfaat finansial dapat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan JIT. b. Komitmen terhadap mutu Komitmen terhadap mutu membutuhkan perubahan berbagai kebijakan yang mempengaruhi pembelian, proses produksi, perancangan produk, pemecahan masalah dan pembinaan hubungan perusahaan dengan pemasok.
c. Pengurangan variasi JIT selalu berupaya menjaga dan meningkatkan stabilitas melalui pengurangan variasi pada pasokan, dan proses internal. Akibat pemahaman menekan persediaan, manajer berupaya menurunkannya tanpa memecahkan masalah- masalah yang terkait prinsip JIT.
5. Manufacturing yang Efektif Manufacturing yang efektif bertujuan relatif sama dengan JIT yaitu mengurangi semua penyimpanan yang terjadi dalam implementasi rencana dan program produksi yang telah ditetapkan. Prinsip diimplementasikan dalam MRP dan MRP II.