PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTEMUAN 6 RATNI PURWASIH
1. Jelaskan pengertian afektif 2. Jelaskan ciri-ciri afektif. 3 1. Jelaskan pengertian afektif 2. Jelaskan ciri-ciri afektif? 3. Bagaimana pengaruh objek evaluasi terhadap afektif
Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan AFEKTIF tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan Matematika, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran matematika disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran matematika yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan matematika.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: Receiving atau attending menerima atau memperhatikan) kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
Receiving, terdiri dari: 1) Awareness (penyadaran) 2) Willing to receive (kemauan untuk menerima) 3) Controlled or selected attention (perhatian yang terkontrol atau terpilih) (aspek afektif : minat dan apresiasi) Pada taraf pertama ini berhubungan dengan kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan rangsangan dari luar seperti masalah, gejala, situasi, dll. Dalam proses belajar mengajar, taraf ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian siswa. Yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima fenomena dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
b. Responding, terdiri dari: 1) Acquiescence in responding (persetujuan untuk menjawab) 2) Willingness to respond (kemauan untuk menjawab) 3) Satisfaction in respond (kepuasan dalam menjawab) (aspek afektif : minat, sikap, apresiasi, nilai dan penyesuaian) Pada taraf kedua ini siswa sudah memberikan respon terhadap sebuah fenomena. Respon ini tidak hanya memperhatikan sebuah fenomena tetapi siswa sudah memiliki motivasi yang cukup terhadap fenomena. Dalam kegiatan belajar mengajar terlihat adanya kemauan siswa untuk menjawan pertanyaan guru, atau kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca buku untuk kegembiraan). Jadi dalam taraf ini bertalian dengan partisipasi siswa dalam sebuah fenomena. Contoh peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi kedisiplinan dalam pembelajaran matematika
c. Valuing, terdiri dari: 1) Acceptance of a value (penerimaan suatu nilai) 2) Preference of a value (pemilihan suatu nilai) 3) Commitment (bertanggung jawab untuk mengingatkan diri) (aspek afektif : minat, sikap, apresiasi, nilai, penyesuaian) . Pada taraf ini, siswa sudah menghayati nilai-nilai tertentu. Hal ini terlihat pada perilaku siswa mulai dari penerimaan sebuah nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai. Jadi pada taraf ini tingkah laku siswa sangat konsisten dan tetap sehingga dapat memiliki keyakinan tertentu
Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization, terdiri dari: 1) Conzeptualization of a value (konseptualisasi suatu nilai) 2) Organization of a value system (pengorganisasian suatu sistem nilai) (aspek afektif : sikap, nilai dan penyesuaian) Tingkatan ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto.
e. Characterization by value complex, terdiri dari: Generalized set (perangkat yang tergeneralisasi) Characterization (karakterisasi) (aspek afektif : penyesuaian). tahap internalisasi artinya suatu sistem nilai sudah terbentuk dalam diri individu dan mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang lama sehingga membentuk karakteristik “pola/pandangan hidup”.
Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan berpikir matematik menyangkut berpikir logis, sistematis, teliti dll dilaksanakan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari baik sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat. Menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut: “Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
MENGUKUR RANAH AFEKTIF skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif.
skala Likert yang telah dimodifikasi, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Empat pilihan ini dipilih untuk menghindari pilihan ragu-ragu siswa terhadap pernyataan yang diberikan. Pernyataan-pernyataan yang diberikan bersifat tertutup, mengenai pendapat siswa yang terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif.
Kriteria Klasifikasi Persentase Skala SIKAP (Riduwan, 2007:87) 0≤𝑁𝐴≤20 Sangat lemah 20<𝑁𝐴≤40 Lemah 40<𝑁𝐴≤60 Cukup 60<𝑁𝐴≤80 Kuat 80<𝑁𝐴≤100 Sangat Kuat
Skor ideal setiap pernyataan 4 x 40 = 160 Deskriptif Statistik Pretes Self Confidence Matematika Siswa Kelas Eksperimen Indikator Banyak Pernyataan Total Kategori Skor 𝒙 % Menunjukkan rasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki. 6 573 2,39 59,69% Cukup Menunjukkan kemandirian dalam mengambil keputusan. 4 414 2,59 64,69% Kuat Memiliki kecerdasan (kemampuan matematika) yang cukup. 383 59,84% Menunjukkan rasa optimis, bersikap tenang, dan pantang menyerah. 451 2,82 70,47% Memiliki kemampuan sosialisasi. 2 248 3,1 77,50% Menunjukkan sikap positif dalam menghadapi masalah. 206 2,57 64,37% Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi. 3 308 64,17% Memiliki kemampuan untuk berpikir objektif, rasional dan realistis. 480 3,17 79,17% 28 2963 2,65 66,14% Skor ideal setiap pernyataan 4 x 40 = 160
Ulasan Tugas Makalah