ASSALAMU’ALAIKUM WR WB FIQIH 1 IBADAH MAHDOH DAN IBADAH GHOIRU MAHDOH
DI SIAPKAN OLEH : ARYANI DWI SAFITRI (0844817) ERIYONO AZIS (0845127) MISBAKHUDIN (0845747) SEPTI RAHMAWATI (0846267) TRI SETYONINGSIH (0846447)
POKOK MATERI Pengertian ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh Ruang lingkup ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh Perbandingan ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh Syarat-syarat diterimanya suatu ibadah Tujuan ibadah Hikmah ibadah
PENGERTIAN IBADAH Ibadah berasal dari bahasa Arab abada, ya’budu, ‘abdan, ‘aabidun, abid yang berarti budak. Menurut ulama tauhid, ibadah adalah mengesakan Allah, menta’dzimkannya dengan sepenuh-penuh ta’dzim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepadanya. Ulama akhlak memberikan definisi bahwa ibadah adalah mengerjakan segala ta’at badaniyah dan menjalankan segala syari’at atau hukum. Menurut ulama tasawuf, ibadah adalah seorang mukalaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan tuhannya.
BEBERAPA AYAT YANG MENERANGKAN KEWAJIBAN UNTUK BERIBADAH “dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56). “Dan (ingatlah) ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi (tulang punggung bagian bawah) mereka; dan allah mengambil kesaksian kepada jiwa mereka (seraya berfirman), “bukankah aku ini tuhanmu?” mereka menjawab “betul Engkau tuhan kami” kami barsaksi” (Al-A’raf : 172).
JENIS IBADAH DAN PENGERTIANNYA IBADAH MAHDOH (ibadah murni), adalah penghambaan yang murni hanya hubungan seorang hamba dengan Allah secara langsung. IBADAH GHOIRU MAHDOH (ibadah tidak murni), adalah ibadah yang disamping hubungan seorang hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Ibadah mahdoh ada dua jenis, yakni yang dibatasi (mahdoh muqoyadah) misalnya sholat, zakat, dll, dan yang tidak dibatasi (mahdoh ghoiru muqoyadah) misalnya tahmid, tasbih, takbir, dll. Ibadah ghoiru mahdoh ada yang berimplikasi pada diri dan keluarga seperti mencari nafkah dan yang berimplikasi dengan literatur sosial yang lebih luas, seperti gotong royong, membangun jembatan, dll.
PRINSIP-PRINSIP DALAM IBADAH PRINSIP IBADAH MAHDOH : Keberadaannya harus berdasar dalil dan perintah Tatacaranya harus berpola pada contoh Raslulullah SAW Bersifat supra rasional (diluar jangkauan akal) Azasnya adalah “taat”. PRINSIP IBADAH GHOIRU MAHDOH : Keberadaannya didasrkan atas tidak adanya dalil yang melarang Tata laksananya tidak perlu berpola pada contoh Rasul Bersifat Rasional Azasnya adalah manfaat.
RUANG LINGKUP IBADAH MAHDOH Ibadah mahdah pada hakekatnya adalah ibadah yang murni hubungan antara hamba dengan tuhannya dan memiliki syari’at dalam pengamalannya. Ibadah mahdoh ada yang dibatasi (mahdoh muqayadah) dan yang tidak dibatasi (mahdoh ghoiru muqoyadah). Contoh ibadah mahdoh muqayadah adalah : Whudu, Tayamum, Mandi hadats, Adzan, Iqomah, Sholat, Puasa, Hajif, Umrah, dan lain-lain. Contoh ibadah mahdoh ghairu muqoyadah adalah, dzikir seperti tahlil, tahmid, takbir dll, ada pula sedekah dan lain sebagainya.
RUANG LINGKUP IBADAH GHOIRU MAHDOH Ibadah ghoiru mahdah pada hakekatnya adalah ibadah yang di samping merupakan hubungan antara hamba dengan tuhannya adalah merupakan interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya dengan dasar tidak adanya dalil yang melarang. Ibadah ghoiru mahdoh dapat berimplikasi pada diri dan keluarga dan dapat pula pada jaringan sosial yang lebih luas Contoh atau ruang lingkup ibadah ini adalah : mencari nafkah untuk keluarga,jual beli yang tidak merugikan, hutang-piutang yang tidak menghasilkan riba, mdharabah, muzaro’ah. muqobaroh, dan lain-lain
PERBANDINGAN IBADAH MAHDOH DAN GHOIRU MAHDOH Rumusan ibadahnya adalah karna Allah dan sesuai syari’at (KA + SS) Ibadahnya semata-mata adalah hubungan dengan Allah semata Keberadaannya harus berdasarkan syari’ah Tata cara pelaksanaannya harus berpola pada contoh Rasulullah SAW Berazaskan taat dan bersifat supra rasional IBADAH GHOIRU MAHDOH Rumusan iabadahnya adalah berbuat baik dan karena Allah (BB + KA) Ibadahnya selain hubungan dengan Allah tapi juga hubungan dengan makhluk yang lain Keberadaannya di dasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang Tata cara pelaksanaannya tidak harus berpola pada contoh Rasulullah SAW Berazaskan manfaat dan bersifat rasional
SYARAT DITERIMANYA SUATU IBADAH (Dipandang secara umum) Ada dua faktor penting yang menjadi syarat diterimanya suatu ibadah Ikhlas, yakni suatu ibadah harus dilaksanakan dengan dasar keikhlasan bukan yang lain. Ibadah itu dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syara’ itu sendiri. “Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyambah Allah (beribadah kepadanya) seraya mengikhlaskan tatat kepadanya; dan diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepadanya” (Az-zumar : 11-12). “Barang siapa yang mengharap supaya menjumpai tuhannya hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh; dan janganlah ia mensyari’atkan seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya itu” (Al-Kahfi : 110).
SYARAT DITERIMANYA SUATU IBADAH (mahdoh dan ghoiru mahdoh) Niatnya benar (QS. At-Tiin: 5, QS. Az-Zumar: 11 dan 14) Disyari’at kan (QS. Al-Hasyr: 7) Mengikuti cara yang benar, yakni berpola pada contoh Rasulullah SAW. IBADAH GHOIRU MAHDOH Niat yang ikhlas (QS. At-Tiin: 5, QS. Az-Zumar: 11 dan 14) Tergolong dalam amal yang sholeh (QS. Al-Ashr : 3, QS. At-Tin : 8)
TUJUAN IBADAH Secara garis besar tujuan ibadah baik ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh ada 2 yakni : 1. Untuk mencapat kebahagiaan di dunia 2. Untuk mencapai kebahagiaan di akherat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan beribadah manusia akan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Sebagai contoh : seorang mencari nafkah, ia bekerja dan mendapatkan uang (ia mendapatkan kebahagiaan dunia) sehingga dengan mudah ia akan mampu menghidupi keluarga (ibadah ghoiru mahdoh), kemudian dengan uang itu dia juga akan mudah untuk melakukan zakat, sedekah, haji sehingga dengan mudah ia akan mendapatkan kebahagiaan di akherat.
Hasil Ibadah (Nataijul ‘Ibadah) Iman (QS. An-Nisa : 136) Islam (QS. Al-Baqarah : 112) Ihsan (QS. Al-Baqarah : 195) Tunduk (QS. At-Taubah : 112) Tawakal (QS. Huud : 88) Cinta (QS. Al-Baqarah : 165) Harapan/ Raja’ (QS. Al-Baqarah : 218) Takut (QS. Al-Insaan : 7) Taubat (QS. At-Taubah : 112) Do’a (QS. Al-Furqan : 77) Khusuk (QS. Al-Baqarah : 45 – 46)
Alkisah 1 Lanjut ke alkisah 2 Rasulullah bersabda “Orang yang paling mudah masuk surga adalah orang kaya yang mau bersedekah”. Mendengar itu sahabat berkata “ya Rasul bagaimana jika saya ini tidak kaya?” Rasul bertanya kepada sahabat itu “apakah kamu memiliki kurma?” “Ya, punya ya rasul” jawab sahabat tersebut “jika kamu memiliki kurma, belahlah kurma itu menjadi dua. Sedekahkanlah yang setengahnya dan yang setengahnya untuk mu. Maka kurma yang kau sedekahkan itu akan menghantarmu ke surga bersama orang-orang kaya yang mau bersedekah” penjelasan rasul pada sahabat tersebut. Lanjut ke alkisah 2
ALKISAH 2 (Lanjutan Alkisah 1) Mendengar hal itu sahabat lain berkata “Ya Rasul saya ini tidak kaya dan tidak memiliki kurma, apakah ini berarti saya susah masuk surga?” Rasul menjawab “apakah kamu memiliki segelas air?” “Ya, saya punya air segelas ya rasul” jawab sahabat tadi. “kalau begitu bagilah air itu menjadi dua gelas, yang setengahnya adalah untukmu, dan yang setengahnya lagi sedekahkanlah kepada orang yang membutuhkan, maka yang setengah itu akan menghantarmu kedalam surga bersama orang yang memiliki kurma tadi dan orang-orang kaya yang mau bersedekah”. Lanjut ke al-kisah 3
ALKISAH 3 (Lanjutan Alkisah 2) Kemudian ada yang bertanya lagi “Ya rasul saya ini tidak kaya, tidak punya kurma dan tidak punya air, kalau begitu saya juga susah masuk surga?” Rasul menjawab “jika kamu tidak mempunyai ketiganya, tidak kaya, tidak punya kurma, dan tidak punya segelas air, maka sedekahkanlah oleh mu nasehat-nasehat yang baik, ucapan-ucapan yang baik dan kalimat-kalimat yang baik maka itu akan menghantarmu kedalam surga bersama ketiga orang tadi”. Rasul juga pernah mengatakan “hak seorang muslim adalah untuk dijenguki ketika ia sedang sakit”, jika itu adalah hak seorang muslim, maka seorang muslim yang lain wajib mengunjungi muslim yang sakit tersebut.
HAKIKAT IBADAH Membina diri dengan baik, dalam artian seorang selalu berubah ketaatannya menjadi semakin taat dari ibadah yang dilakukan. Dalam rangka mensucikan diri, membersihkan diri dari sifat-sifat yang kotor, membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan yang kotor, dan menjauhkan serta membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa. Mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji, mengisi diri dengan perbuatan-perbuatan yang terpuji, dan mengisi diri dengan perbuatan yang berpahala.
HAKIKAT IBADAH 2 Ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri’tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakekatnya. Memperhambakan jiwa dan mempertundukkan-Nya kepada kekuasaan yang gaib yang tak dapat diliputi ilmu dan tak dapat diketahui hakekatnya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Hikmah. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Diponegoro. Bandung. Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1985. Kuliah Ibadah (Ibadah ditinjau dari hukum dan hikmah). Bulan Bintang. Jakarta. Fanani, Umar. 1998. Ibadah dalam Islam (Edisi Terjemahan). PT. Bina Ilmu Offset. Surabaya. Yasmin, Ummu. 2005. Materi Tarbiyah Panduan Kurikulum da’i dan murabbi. Media Insani Press. Solo. www.dutamasyarakat.com/ibadah. www.rahmatblog.blogspot.com/sasarandantujuanibadah. www.umay’swebblog.com/ibadahmahdhahdanghoirumahdhah.
Sampai jumpa di lain kesempatan!! Wassalamualaikum WR WB Masuk Golongan manakah anda ?
Pertanyaan - pertanyaan (Fitria Oktaviana) Apakah bisa bararti ibadah ghoiru mahdoh itu tidak sesuai dengan syari’at? (Dini Tri Rahmawati) Bagaimana jika sholat bakan dari hati, tetapi karena pengaruh dari dukun, bagaimana nilainya di mata Allah SWT? (Dini Tri Rahmawati) Dari kasus nomor 2 di atas apakah tidak ada unsur kemusyrikan?